169 – Kembali ke Permukaan
Part SuA and Handong.
Handong agak meringis, ia yang hendak menghancurkan pintu malah terjatuh ke bawah lagi dikarenakan terjadi sebuah ledakan yang menghasilkan getaran kuat. Saat ia akan beranjak berdiri, beberapa ledakan kembali terulang, hal tersebut jelas menandakan jika di atas sana sedang terjadi pertarungan di permukaan. Sepertinya di atas sana jelas merupakan jalan keluar baginya.
“Sialan! Aku bosan terus naik tangga!” Handong mengumpat geram setelah ia terjatuh dari tangga untuk kesekian kalinya. Handong beranjak berdiri lalu mengepalkan tangannya, dari gelagatnya, sudah jelas apa yang akan dirinya perbuat, ia hendak menghancurkan langit-langit ruangan luas tersebut.
****
Dalam pikiran yang kalut dan perasaan pilu, SuA melupakan rasa sakitnya yang seluruh tubuhnya rasakan. Bayangan Siyeon yang pergi mengumpankan diri untuknya masih tergambar dengan jelas dalam memorinya.
Bagaimana bisa ini terjadi? Bukankah mereka sudah berjanji untuk selalu bersama? Lalu apa maksudnya ini? Mengapa sekarang ia sendirian, terbaring tertimpa reruntuhan bangunan dengan tangan tertusuk besi baja, sehingga darahnya mengalir membasahi potongan reruntuhan di bawahnya.
“Ini jelas salahku, jika saja aku memperkirakan ledakannya, jika saja aku tidak memaksakan diri untuk menggunakan senjataku. Jika saja ....” SuA tidak melanjutkan ucapannya, semua sudah terjadi, tidak ada gunanya mengeluhkan segala hal dan menyalahkan diri sendiri, semua itu tidak akan membuat Siyeon kembali.
Untuk beberapa detik lamanya, keadaan tampak hening. Tidak ada suara apa-apa setelah keributan dan kebisingan yang terjadi sebelumnya. Ketika sedang neratapi kesedihannya, SuA merasakan adanya getaran dari sebuah hantaman kuat, ia merasa jika ada sesuatu yang mendekat dari bawah tanah, sesuatu itu seperti menghancurkan satu persatu dinding yang menghalanginya untuk naik ke permukaan.
“Apa ini? Ada sesuatu di bawah.” SuA yang pikirannya berkenalan dalam kesedihan dan keterpurukan kini kembali pada dirinya. Beberapa suara hantaman terjadi dalam rentan waktu sekitar sepuluh sampai dua puluh detik.
“Sesuatu itu semakin dekat. Ini gawat, jangan-jangan yang di bawah sana adalah monster.” Setelah SuA menggumamkan kalimat itu dengan ekspresi yang agak panik, ia mendengar dan merasakan jika benturan yang terjadi sangat dekat dengannya.
Benturan kali ini terasa sekitar tiga sampai empat meter tepat di bawahnya. Tentu saja itu adalah jarak yang sangat dekat, kemungkinan tidak lama lagi hantaman itu akan menghantamnya jika terus mendekat lagi.
“Makhluk itu, ada di bawahku.” SuA berteriak dalam benaknya, pandangan matanya memelototi penuh teror. Benar saja apa yang ia pikirkan karena sedetik kemudian tiba-tiba terjadi sebuah ledakan yang besar, tentu saja itu adalah perbuatan Handong yang merusak segalanya. Pukulan yang dilepaskan oleh Handong membuat segalanya beterbangan terlempar ke mana-mana.
Sama seperti reruntuhan bangunan, tubuh SuA juga terlempar yang secara otomatis membuat dirinya terbebas dari reruntuhan, bahkan besi yang menancap pada tangan kirinya juga sudah tercabut. Tubuhnya terpelanting jauh, senjata dan tas yang Siyeon tinggalkan juga terbang entah ke mana.
“Sialan, makhluk macam apa yang melakukan ini?” SuA mengumpat dalam benaknya saat ia masih berada di udara dalam keadaan terlempar.
Kehancuran yang dilakukan oleh Handong bukan sesuatu yang kecil. Semua reruntuhan yang menggunung dan berada dalam radius tiga puluh meter dibuat terlempar ke mana-mana. Tentu saja Handong tidak merasa bersalah setelah melakukan kehancuran itu, ia malah senang karena setelah beberapa lama berada di bawah tanah, kini ia bisa menghirup udara permukaan.
“Ah sialan! Reruntuhannya malah menimpaku.” Handong menggerutu dari balik reruntuhan. Gadis berambut pendek itu meloncat ke atas menuju ke tumpukan reruntuhan yang paling tinggi. Sementara di sisi lain, SuA mendarat dengan kasar di atas jalanan yang bersih, sangat kebetulan ia tidak mendarat mencium lumpur basah yang masih menggenang.
“Suara ini, aku mengenali siapa dia.” SuA berucap dalam benaknya, karena posisi Handong yang ada di belakangnya dan SuA yang berada dalam posisi tengkurap, ditambah banyak reruntuhan yang menjadi pembatas antar mereka, SuA tidak bisa melihat siapa sosok perempuan yang tiba-tiba datang ke sana. Hanya saja suaranya yang dirinya dengar jelaslah tidak asing lagi di telinganya, sebelumnya ia sudah pernah bertemu dengan Handong sehingga ia mengenalinya.
Handong yang tidak menyadari keberadaan SuA segera bertolak pinggang lalu menyisir keadaan sekitar, ia berniat mencari sumber dari ledakan-ledakan sebelumnyaーyang ia yakini berasal dari pertarungan antar dua jenis makhluk.
Handong sama sekali tidak memikirkan tentang dirinya yang harusnya senang karena berhasil keluar dari bawah tanah, ia malah mencari keberadaan penyebab dari ledakan-ledakan yang sebelumnya terjadi.
Setelah beberapa detik lamanya ia mencari, ia sadar jika di sekitar sana tidak ada tanda-tanda pergerakan apa-apa, bahkan ia merasa jika hanya dirinya saja makhluk hidup yang berada di sana. Penyebab dari banyaknya ledakan yang sebelumnya terjadi telah lenyap.
“Apa-apaan ini? Mana pertarungannya? Apa sudah selesai?! Sialan! Aku terlambat datang!” Handong mengumpat kesal karena saat ini ia tidak melihat makhluk apa pun ada di sekitar sana, apalagi melihat ada yang sedang bertarung.
“Dasar para kotoran dungu! Harusnya mereka menungguku agar aku bisa memusnahkan mereka semua!” Handong yang kesal segera saja menendang bongkahan reruntuhan gedung yang memiliki ukuran lebih dari lima meter. Bongkahan itu hancur seketika setelah mendapat serangan darinya.
Setelah itu, Handong yang tidak merasa puas atas pelampiasannya, ia melanjutkannya dengan melemparkan dan menghancurkan segala hal yang ada di sekitar sana.
“Wanita itu, bukannya dia adalah wanita yang pernah kami tolong? Sialan, bagaimana bisa ada wanita segila itu?” SuA yang sudah terbebas dari timpaan reruntuhan segera saja beranjak duduk. Ia tidak sadar jika pendarahan pada lengan atasnya telah berhenti sejak lama, bahkan setelah besi baja itu tertarik tanpa sengaja, lukanya secara perlahan pulih. Bukan hanya pada lengan yang tertusuk saja, tapi cedera yang dirinya dapatkan dari tertimpa reruntuhan dengan bobot sangat berat juga mulai pulih dengan sendirinya.
“Siyeon ....” SuA bergumam lirih, mengingat keberadaan Handong malah membawanya pada ingatan dirinya bersama Siyeon. SuA yang tanpa sadar jika rasa sakit pada fisiknya sudah tidak terasa lagi malah membuat rasa sakit pada batinnya semakin kuat dan terasa.
SuA sudah tidak mendengarkan berbagai umpatan dan cacian yang Handong keluarkan sambil menghancurkan reruntuhan yang tersisa di sekitar sana, pikiran dan perasaannya saat ini tengah dilanda duka yang amat mendalam.
Ketika reruntuhan di belakangnya hancur, SuA juga tidak bereaksi apa-apa. Sementara di sisi Handong, setelah mendapati jika di dekat reruntuhan yang ia hancurkan ada sosok wanita yang sedang duduk membelakanginya merasa penasaran.
“Heh, sepertinya ada makhluk lain selain aku di sini.” Handong memandang punggung SuA dengan seringai jahatnya. Setelah tiga detik berlalu, Handong tiba-tiba seolah mengenali sosok yang ada di hadapannya.
“Wanita ini ... sepertinya aku pernah melihatnya.”
****
Apa yang akan terjadi berikutnya? Seperti yang sudah diceritakan, Handong sebelumnya punya niat untuk memberi perhitungan pada SuA karena telah menembaknya. Sementara SuA saat ini sedang berduka cita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...