144 - Diserang oleh Robot

87 19 4
                                    

144 – Diserang oleh Robot

Pindah ke sisi Gahyeon and JiU.

Tidak seperti pada hari sebelumnya di mana cuaca akan berhenti ketika langit sudah mulai berganti menjadi malam, hari ini hujan masih terus turun meski malam sudah larut. Hanya saja hujan yang turun berangsur berkurang, tidak sederas ketika siang hari.

Hujan yang mengguyur terlalu deras pada siang hari telah menghasilkan banjir pada beberapa kota, terlebih kota yang diisi oleh Yoohyeon, JiU dan Gahyeon memiliki sungai yang dihalangi oleh bendungan, karena hujan yang turun terlalu deras membuat volume air di sungai terlampau banyak sehingga tanggul jebol.

Hasilnya sudah jelas, terjadi banjir bandang yang menyerang kota dengan amukan yang dahsyat. Sampai malam ini, air dari sungai yang meluap masih membanjiri kota, meski arusnya tidak deras, ketinggian air melebihi satu meter.

Tengah malam sudah berlalu, Gahyeon yang sedang menjaga JiU sudah mengubah posisi, mereka duduk bersandar lalu Gahyeon memeluk JiU, berharap suhu hangat tubuhnya bisa sedikit membantu JiU. Ia yang terus berjaga dan khawatir dengan keadaan JiU tidak tahu menahu mengenai apa yang telah terjadi pada Yoohyeon. Yang lebih parah lagi, tanpa perlindungan, Gahyeon benar-benar tidak tahu jika sebentar lagi bahaya mendekat padanya.

“Sepertinya aku harus melakukan penjagaan.” Gahyeon yang saat itu mengantuk berusaha membuka matanya, keadaan sudah gelap karena api sudah padam. Di luar sana ia masih mendengar suara rintik hujan yang samar, sepertinya air yang diturunkan dari langit kini tidak sebanyak sebelumnya.

Gahyeon membuka laptopnya lalu menggunakan kabel yang terdapat di dalam laptop itu untuk menghubungkan pada drone kecilnya. Tidak seperti drone besar yang memerlukan energi dari suhu panas atau energi tenaga surya, tiga drone kecil yang tersisa hanya memerlukan sedikit listrik untuk dapat menyala.

Saat ini Gahyeon menggunakan energi dari laptop untuk mengisi ulang energi dari drone. Mengingat laptopnya yang tak pernah kehabisan listrik, Gahyeon tak pernah memikirkan akan hal tersebut selama ini, bahkan sekarang ketika ia mengisi daya drone secara bergilir, ia tak pernah terpikir mengenai laptop aneh yang tidak pernah kekurangan listrik itu.

Yang sedang dirinya pikiran saat ini adalah keadaan JiU yang berada bersamanya dan keselamatan Yoohyeon yang sudah pergi lama tapi masih belum kembali juga. Gahyeon tahu jika dengan kepergian Yoohyeon, maka ia harus ekstra berhati-hati dan menghadapi segala bahaya sendirian.

Maka dengan memikirkan itu, Gahyeon ingin menggunakan dronenya yang tersisa untuk menjadi penjaga mereka ketika ia tertidur. Setelah satu-persatu drone diisi energi, maka ketiganya kembali aktif dan mulai melayang di sekitar sana.

“Bayi-bayi, tolong jaga kami selama aku tidur ya.” Setelah mengatakan itu, tiga drone segera menyebar ke sekitar sana, Gahyeon melihat kepergian tiga drone itu untuk sesaat sebelum ia merapikan laptopnya lagi lalu kemudian beralih memandang JiU yang sudah seperti mayat.

“Bertahanlah, kami akan berusaha membangunkanmu. Aku juga di sini akan berusaha melindungi kakak dengan seluruh hidupku.” Gahyeon membelai wajah JiU sebelum ia kemudian terlelap.

Hari yang panjang ini amat membuatnya sangat lelah. Sepanjang pagi sampai malam hari mereka terus bergerak menghadapi banyak hal seolah bahaya terus mengejar mereka. Berhasil selamat setelah melalui semua ini membuat Gahyeon merasa lelah dan memerlukan istirahat.

***

Malam singkat itu terasa hening, tiga drone menyebar ke tiga sisi berbeda untuk memantau keadaan dan akan menjadi alarm peringatan bagi Gahyeon jika bahaya tiba-tiba saja muncul. Sekitar beberapa jam telah berlalu ketika Gahyeon tiba-tiba saja bangun lalu melepaskan diri dari JiU.

“Astaga!  Bayi-bayiku hilang!”

“Gawat, apa yang sebenarnya terjadi?” Gahyeon langsung histeris ketika ia bangun, pasalnya tiga drone yang beberapa jam yang lalu ia tugaskan untuk berjaga sudah lenyap. Ketiga drone itu hilang kontak dengannya sehingga Gahyeon panik sendiri.

Gahyeon memandang ke sekitar dengan ekspresi yang panik, ia berusaha mencari sesuatu yang ganjil yang membuat drone-dronennya hilang begitu saja.

“Ini pasti disebabkan gelombang kejut. Bayiku, ada yang menyerang bayiku.” Gahyeon tahu jika bahaya sudah menghampirinya, ia berhenti memikirkan drone-dronenya, pandangannya segera terfokus pada JiU yang saat ini menjadi prioritasnya.

“Aku harus membawa kakak pergi dari sini, keadaannya tempat ini berbahaya.” Ketika Gahyeon hendak melangkah, tiba-tiba saja terjadi sebuah ledakan yang menghancurkan dinding ruangan itu. Karena ledakan yang kuat,  daya empas yang dihasilkan juga langsung melemparkan Gahyeon sejauh beberapa meter.

“Aaahhh!”

Gahyeon berada dalam posisi tengkurap, ia sedikit meringis karena merasa sakit setelah terlempar. Ia sesegera mungkin bangkit berdiri lalu berlari menuju ke arah JiU. Dalam waktu yang sama, indra pendengarannya mendapat suara para pelaku yang membuat ledakan sebelumnya. Mereka sudah masuk dan sepertinya mencari mereka.

“Mereka datang.” Gahyeon berbisik pelan. Dari suara langkah kaki yang dirinya dengar, ia menduga jika yang datang adalah robot yang jumlahnya tidak hanya satu.

Karena para pendatang itu, Gahyeon memutuskan untuk diam-diam membawa JiU pergi dari sana, meski sebenarnya ia belum memikirkan bagaimana cara membawa JiU turun dari tangga, yang saat ini dirinya pikirkan adalah bisa pergi dari sana untuk menjauhi para pendatang itu.

Gahyeon tidak ingat untuk membawa laptop dan dronenya, ia lupa memakai sepatu dan jaketnya, begitu juga ia lupa memakaikan sepatu pada JiU. Saat ini pikirannya hanya tertuju pada keselamatan, ia harus menyelamatkan JiU dari musuh-musuh yang berniat buruk.

“Astaga, menyusahkan sekali membawa kakak dalam keadaan seperti ini.” Gahyeon berusaha menggendong JiU. Karena perbedaan tinggi dan stamina yang lemah, Gahyeon agak kesulitan membawa JiU. Ledakan kembali terjadi membuat mereka terlempar lalu membentur lantai dalam posisi tengkurap.

Suara-suara langkah itu sudah berada di belakang mereka, Gahyeon menoleh ke arah belakang dan saat itulah pandangan matanya tertuju pada tiga sosok di balik asap bekas ledakan. Mereka adalah tiga unit robot yang bentuknya sama seperti unit-unit robot yang sebelumnya pernah ia hadapi.

“Aahhh, gawat. Mereka lagi.” Gahyeon sangat panik, terlebih ia mengkhawatirkan keselamatan JiU. Ini adalah kali kedua Gahyeon berhadapan dengan robot, sayang sekali situasi kali ini tak sebagus seperti situasi terakhir kali.

Sebelumnya ia memiliki banyak bom dan ranjau yang diam-diam sudah ditanam oleh para drone mini miliknya. Saat ini, ia bahkan tak dapat merasakan satu pun drone miliknya yang aktif. Jika tidak hancur, maka ada gelombang elektromagnetik yang membuat drone kehilangan tenaga lalu nonaktif.

Ketiga robot itu melangkah perlahan sambil membawa senjata. Gahyeon buru-buru berdiri lalu memandang ke arah jendela yang jaraknya hanya sekitar dua langkah saja dari tempatnya jatuh setelah terlempar.

“Jendela, kita mungkin bisa melarikan diri melewati jendela itu.” Saat Gahyeon akan melangkah menuju ke arah jendela, tiba-tiba saja muncul satu unit robot di sana membuat Gahyeon luar biasa kaget.

“Aaahhh!” Gahyeon sontak mundur beberapa langkah, robot itu mengarahkan senjata padanya.

“Kamu... kalian semua curang!” Gahyeon berteriak lalu melarikan diri menuju sisi lain, peluru-peluru beterbangan di sekitarnya.

“Ini bahaya, malah ada empat robot. Aku bisa mati jika seperti ini.” Gahyeon sangat panik, ia terus berlari mencoba sebisa mungkin agar tidak tertembak sementara peluru-peluru terus memberondongnya. Sepertinya keempat robot itu mengejarnya.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang