86 - Memprovokasi

142 30 32
                                    

Panda lagi 🐼🐼🐼😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panda lagi 🐼🐼🐼😍

***

Kalau sekiranya cerbungku dijadikan audio novel dan kupublish di youtube, pada setuju gak? Cerita tetap bakal upload di wattpad dan versi audionya bakal update belakangan. Dikarenakan aku nggak punya dubbernya, mungkin aku bakal pake senjata pusaka andalanーyaitu google voice 😅. Tapi aku nggak tahu nih aplikasi apa yang bagus buat edit video yang bagus. Kalau bisa gak ada nama aplikasi itu sendiri yang tercantum dalam video biar screennya nyaman. Seandainya setuju, apa kalian ada rekomendasi aplikasi edit video yang bagus? Audio Novel ini mungkin bakal digarap pada bulan november mendatang.

***

Handong tersenyum meremehkan, ia memandang ke arah Hongjoong.

“Apa hanya ini kemampuanmu? Kau bahkan tak akan memberi goresan apa-apa padaku. Turun ke sini dan kita adu pukulan!” Ia berteriak memerintahkan pria itu untuk turun, jujur saja untuk petarung jarak dekat, hal seperti ini sangat menyulitkan dirinya untuk dapat bertarung melawan musuh yang berada di luar jangkauannya.

Hongjoong tampak mengabaikannya sehingga gadis cantik itu jadi kesal dan marah, ia ingin melemparkan batu atau reruntuhan apa pun yang ada untuk menjatuhkan tubuh lelaki terbang itu. Sayangnya jarak yang signifikan ini akan membuat lelaki itu melihat serangan sehingga menghindarinya akan sangat mudah. Tak akan ada gunanya melakukan serangan padanya karena itu.

“Huh, susah sekali menyuruhmu turun. Apakah aku harus telanjang dulu agar kau turun ke sini?!” Kini Handong malah melontarkan kalimat yang agak nyeleneh, namun entah Dami atau Hongjoong, keduanya sama sekali tak ada yang menggubrisnya.

“Kita tak akan mendapat kemajuan, lelaki itu akan terus berada di jarak yang aman. Sepertinya dia sangat waspada terhadap wanita menyebalkan ini.” Dami membaca situasi. Ia kemudian beralih memandang Handong, mencari strategi yang bagus di mana kekuatan wanita itu akan berguna untuk menjatuhkan lelaki bersayap di atas sana. Sedetik kemudian ia menemukan suatu ide yang mungkin saja akan berguna dan berhasil.

“Hei, wanita sialan.” Dami segera memanggil Handong, posisi mereka dipisahkan oleh jalan Raya yang memiliki empat arah. Handong segera mengalihkan perhatiannya dari Hongjoong ke Dami. Ekspresinya agak tak suka saat dirinya dipanggil seperti itu oleh Dami. Namun seperti apa lagi caranya Dami harus memanggilnya? Mereka bahkan belum berkenalan, tak tahu nama satu sama lain dan hanya saling menghina saja setiap terjadi dialog di antara mereka.

“Hah? Kau memanggilku?” tanya Handong dengan tatapan tajam terarah pada Dami. Tapi gadis bersenjata tombak itu tak memedulikan tatapan dan pertanyaan itu.

“Ikuti aku, kita kabur saja. Lelaki itu waspada pada kemampuan seranganmu.” Dami mengajak Handong untuk melarikan diri. Namun Handong tersenyum merendahkan setelah mendengar ucapan Dami.

“Kau pikir aku akan mengikutimu?” tanyanya dengan angkuh. Dami sadar jika Handong bukan seseorang yang bisa dirinya ajak kerja sama.

“Sial, wanita ini susah diajak kerja sama.” Dami berdecak kesal ketika menggerutu di dalam benaknya.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang