122 – SuA Hilang
Siyeon menaruh kedua senjatanya lalu melompat menangkap senjata pelontar milik SuA sebelum kedua kakinya mendarat di tanah. Ia kemudian berlari secepat yang dirinya mampu mengabaikan para robot yang berlalu lalang dan drone yang melayang di sekitar sana.
Robot yang menembaknya tampak tak menyerah, mesin itu bergerak mengejar dengan senjata yang terus memuntahkan peluru. Hal tersebut membuat Siyeon berlari di antara desingan peluru berukuran besar. Karena ia tidak berlari dalam garis lurus, tidak ada satu pun peluru yang mengenainya.
“Gawat, ini gawat.” Siyeon tentu merasakan takut dan panik saat itu juga. Meski begitu, ia tetap bergerak, tidak berani menoleh, yang ia lakukan adalah terus bergerak.
Sedetik kemudian ledakan besar tercipta di belakangnya. Siyeon yang terkena efek dari ledakan terempas beberapa meter sampai membuatnya jatuh ke atas tanah basah. Ledakan itu berasal dari tas SuA yang dirinya ledakan. Tas itu berisi senjata, amunisi, bahan peledak dan pakaian ganti.
Bukan hanya ia saja yang terlempar, beberapa potong anggota tubuh drone dan robot juga ikut terlempar. Siyeon tampak lega dan senang karena ia berhasil, ledakan terjadi dan itu akan menarik perhatian para mesin yang menyisir daerah ini.
“Aku tidak menyangka jika hasilnya sebesar itu.” Siyeon menoleh melihat ke arah sumber ledakan. Meski ada hujan yang turun deras, ledakan itu masih menciptakan api, asap juga membumbung tinggi.
Ledakan dari peledak menciptakan suara dan api yang besar. Itu lebih dari cukup untuk mengambil perhatiannya banyak robot dan drone. Semua unit bergerak menuju ke arah ledakan. Sialnya, Siyeon yang masih berada di tanah terancam menjadi bulan-bulanan kaki para robot besar yang bergerak menuju ke arah sumber ledakan.
“Sialan!” Siyeon menggulingkan badan ke sana sini, ia hendak akan bangun tapi langsung menjatuhkan badannya ke belakang saat ada kaki besar melangkah hampir menendang kepalanya, baru saja punggungnya menghantam tanah, Siyeon berguling lagi saat ada kaki yang hendak menginjaknya. Bagusnya, tangan kiri tetap erat memegangi senjata milik SuA yang ukurannya lebih besar dari dua paha Siyeon sendiri.
“Sialan!” Siyeon menggulingkan badannya saat ada kaki yang hendak menginjaknya. Ia mengelak dua kali dari dua robot yang akan menendang dan menginjaknya. Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk saat menghindari kaki lain, dengan gerakan hang cepat ia melebarkan kakinya lalu mundur beberapa senti, saat itu ada kaki besar yang mendarat tepat di antara pahanya.
“Ya ampun.” Siyeon memandang kaki besar yang mendarat di tanah tepat di antara pahanya, ia segera merendahkan tubuhnya ke belakang ketika kaki robot itu melangkah, gadis berambut hitam itu segera menggulingkan badannya untuk menghindari kaki lain. Beberapa detik ia melakukan itu hingga ia tiba di dekat sebuah fondasi bangunan yang ternyata dilewati oleh para robot, mereka tidak menabrak atau menginjak fondasi-fondasi bangunan yang mencuat tinggi sekitar setengah sampai dua meter itu.
Beberapa kali Siyeon hampir terinjak, tapi ajaibnya ia lolos dengan banyak tanah menempel pada tubuhnya. Seluruh tubuh Siyeon dipenuhi oleh tanah basah. Siyeon terengah-engah ketika beristirahat bersandar pada fondasi bangunan, ia menaruh senjata pelontar itu di samping paha kirinya.
“Aku sampai harus berguling-guling di sini, tapi untungnya semua berhasil. Senjataku dan senjata SuA aman.” Siyeon berucap dalam benaknya. Ia mengulurkan kedua tangan untuk membuat air hujan membersihkannya. Setelah beberapa detik berlaluーketika tangannya bersih dari tanah, ia menyeka wajah membersihkannya dari tanah.
“Selagi mereka ke sana, ini waktunya bagiku pergi.” Siyeon menyaksikan kelompok robot terakhir yang maju menuju sumber ledakan. Ledakan sendiri sudah dipadamkan oleh hujan. Siyeon kemudian beranjak setelah menenteng senjata pelontar itu, ia langsung berlari ke arah yang berlawanan secepat yang dirinya mampu, jujur saja bergerak di atas tanah basah bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.
Selang beberapa detik setelah berlari, sepatunya sudah dipenuhi oleh tanah, ia menghentikan langkah bukan hanya untuk membersihkan sepatunya, tapi juga karena sesuatu yang buruk, Siyeon lupa ke mana arah lokasi SuA berada.
“Sial, hujan ini terlalu deras, aku benar-benar tidak bisa melihat daerah sini.” Siyeon mengumpat kesal. Kali ini ia agak bingung harus bergerak ke mana. Andaikan saja ia tidak berguling-guling menghindari kaki-kaki besar para robot itu, ia hanya perlu berjalan lurus saja, tapi kali ini ia jadi bingung, semua tampak sama, hanya warna putih dari air hujan yang ada di depan pandangannya.
“Setelah semua, aku malah tidak tahu jalan. Asap ledakan sudah menghilang, aku benar-benar kehilangan arah.” Tentu saja hal seperti ini adalah sesuatu yang benar-benar membuatnya sangat kesal. Padahal ia sudah lolos dari kejaran robot, tapi masalah lain malah menghalanginya.
Wajar memang jika Siyeon kehilangan arah, selain karena hujan deras yang menghalangi pandangan, ia beberapa kali harus berguling menghindari kaki-kaki robot yang memiliki ukuran besar itu. Karena ia bergerak ke sana-sini, itu membuatnya pusing menentukan arah yang tepat.
Siyeon memandang keadaan sekitar dengan kesal dan geram, ia berusaha mencari jalan yang tepat untuk menuju ke tempat SuA berada. Mengikuti jejak langkah kaki para robot sudah bukan pilihan karena jejak para robot mengarah ke segala arah. Bekas ledakan yang bisa digunakan sebagai titik awal juga sudah hilang, Siyeon sudah lupa di mana lokasi ledakan itu terjadi.
Siyeon sempat kehilangan jejak karena derasnya hujan, tapi tiba-tiba saja ia mendengar suara ledakan granat dari sisi lain. Di sana ia meninggalkan SuA dengan tas miliknya sendiri.
“Apa mungkin SuA bangun? Atau robot lain sudah menemukannya?” kedua pertanyaan itu terlintas dalam benak Siyeon, ia segera saja berlari menuju ke arah di mana suara ledakan itu berasal.
Dalam perjalanan itu, rasa lega dan khawatir dirinya rasakan. Ia lega karena sudah menemukan arah yang tepat menuju ke tempat SuA berada, di sisi lain ia khawatir karena tahu keadaan SuA saat ini, ia khawatir jika terjadi apa-apa pada temannya itu.
Siyeon terus berlari, wajahnya perlahan bersih dari tanah, air hujan menghanyutkan tanah dari tubuh bagian atasnya. Sayang sekali itu berbeda dengan sepatunya. Tanah malah melekat kuat pada sepatunya, sudah beberapa kali Siyeon membuang tanah pada sepatunya untuk memudahkan ia bergerak.
“SuA, aku harap kamu sudah bangun. Jika tidak, itu malah akan semakin berbahaya.”
Hanya perlu selang beberapa detik saja, Siyeon tiba di daerah bangunan yang masih berdiri, tampak di atas sana terdapat satu pesawat luar angkasa yang melayang dengan ketinggian sekitar lima puluh meter. Siyeon menghentikan langkahnya, ia memandang ke sekitar coba mencari keberadaan robot atau drone yang berada di sekitar sana. Tapi tampaknya keadaan sangat sepi, hanya suara guyuran hujan yang deras saja yang terdengar.
“Sepertinya di sini aman, mungkin saja para robot itu juga terpancing dengan ledakan granat yang tadi.”
Setelah memastikan jika daerah sana aman, Siyeon melanjutkan larinya kemudian berjalan dengan hati-hati saat akan memasuki bangunan di mana ia menempatkan SuA. Perasaannya berdebar, takut tiba-tiba ada kekuatan dari robot yang tiba-tiba muncul di hadapannya lalu menyerang.
Untungnya semua itu hanyalah pikiran buruk saja, nyatanya saat ia memasuki bangunan, tidak ada apa pun yang menyerangnya. Bukan hanya musuh yang tidak ada, tapi SuA dan tasnya juga tidak ada di tempat seharusnya. Tentu saja hal itu membuat Siyeon dilanda kekhawatiran yang lebih,berbagai kemungkinan bisa saja terjadi.
SuA mungkin saja tertangkap ketika masih berada dalam keadaan tidak sadarkan diri, lalu kemungkinan kedua, gadis itu bangun lalu melakukan perlawanan kemudian pergi.
“SuA, dia tidak ada di sini.” Siyeon berusaha mempertajam penciumannya, ada bau mesiu bekas ledakan sebelumnya.
“Sepertinya SuA bangun dari pingsannya.” Memiliki perkiraan itu membuat Siyeon mendapatkan keyakinan baru. Ia segera pergi dari sana, mencari tempat yang menjadi sumber ledakan sebelumnya, sisa bau ledakan tercium di sekitar sini, harusnya tidak jauh lokasinya.
“Jaraknya tidak jauh, aku harap dia baik-baik saja.” Siyeon berlari menuju ruangan lain yang mana tampak jika di sana terdapat bekas pertarungan, dinding dan lantai ruangan tersebut telah retak dan rusak, beberapa unit robot sudah tumbang dalam keadaan tubuh yang rusak. Siyeon menghentikan langkahnya saat menyaksikan pemandangan itu.
Saat Siyeon akan menyerukan nama SuA, tiba-tiba saja di belakangnya ada sesuatu yang menekan tempurung kepala Siyeon, tanpa harus melihat, Siyeon tahu jika itu adalah moncong sejata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...