Aku lagi depresi dan setres nih, bener-bener ngedown. Aku kalah lomba, perasaan kalah mulu, belum pernah menang.
Ditambah wp eror, susah update cerita. Ada yang bisa ngehibur aku nggak? Part SuA&Siyeon ada banyak nih. Sayang kalau delay gara-gara kondisi ku yang down.
Aku pengen pindah platform penulisan lain juga, tapi kalian mungkin gak bakal ngikut, apalagi di tempat lain mungkin bakal berbayar. Duh, makin down aja nih.
***
Di luar sana, tubuh Jiwoo menghantam dinding, tapi tak sampai hancur, di sana Handong menyerang dengan pukulan lagi.
Sayangnya Jiwoo menangkap tangan handong untuk kedua kalinya, tubuh Handong dibenturkan pada dinding dengan kuat hingga Handong menembus banhunan. Ia telempar dan tergeletak di lantai.
“Dia tak pernah mengerang meringis atau mengekspresikan rasa sakit. Apa jalang ini tak punya syaraf sakit? Gerakannya juga tetap sama seolah dia tak kelelahan, sementara ketahananku terus berkurang sehingga aku langsung cedera. Kenapa degan tubuhnya?” Handong bertanya-tanya dala benaknya. Ia beranjak berdiri dengan sempoyongan. Jiwoo masuk ke dalam sana dengan ekspresi yang datar dan lurus.
“Dan ekspresinya yang menyebalkan itu, dia seperti bukan manusia, tapi ia terluka dan berdarah.” Handong melihat adanya darah pada sudut bibir wanita itu, ada darah juga pada hidungnya. Itu adalah hal yang disebabkan oleh pukulan Handong yang sebelumnya ketika telak mengenai wajah Jiwoo.
Ketika Handong mengangkat tangan dengan lelah, Jiwoo melesat maju dan terjadi adu pukulan di antara mereka lagi, tapi daya tahan Handong yang terus berkurang membuatnya klah pukulan. Handong terlempar menuju sebuah lorong, ia bangkit dan berdiri lalu berlari menjauh.
Sayangnya baru beberapa langkah saja, Jiwoo sudah berhasil mengejarnya dan ia menangkap lalu melemparkan Handong menuju dinding. Lagi-lagi dinding hancur, Handong memegang sisi dinding membuatnya tergantung bebas di sana.
Tepat di dekat tangannya, kedua kaki Jiwoo berada. Handong menyeringai tanpa takut dan minta ampun. Ia mendongak memandang wajah datar wanita itu, jika Yoohyeon memasang wajah dingin tanpa suatu ekspresi, Jiwoo benar-benar tak memiliki reaksi dan raut yang jauh lebih parah dari itu, ia seolah tak memiliki raut wajah yang layak seperti manusia normalnya, bahkan ia tak bisa dibilang sebagai manusia jika gelagat dan reaksinya seperti itu.
“Kau mau menginjak tanganku? Lakukan saja, tangan ku tak akan hancur, aku juga yak akan mati jika jatuh dari ketinggian ini.”
Namun apa yang Handong perkirakan salah, bukannya menginjak jari-jari tangannya, Jiwoo melompat turun dengan menekan wajah Handong pada dinding untuk membuat wajah itu hancur karena bergesekan dengan dinding bangunan. Keduanya terus jatuh. Handong merasa sakit luar biasa, sebelum wajahnya benar-benar hancur, ia memutuskan bergerak
Handong mengentakkan kakinya ke dinding dan berputar salto lalu menangkap bahu Jiwoo, dengan ayunan tangan yang kuat, ia melemparkan tubuh wanita itu dengan kuat ke daratan sana. Tubuh Jiwoo bagaikan peluru, ia melesak ke dalam tanah menghancurkan asal n tempat pendaratannya.
Jiwoo menggerakkan badannya, perlahan ia berdiri lalu menatap ke atas memandang handong
“Kuat sekali dia.” Handong berkomentar, ia melihat jika Jiwoo menggerakkan tangan bersiap menyambut Handong yang jatuh dengan tangan yang menyiapkan pukulan.
“Gawat.” Handong melihat itu, ia juga mampu menebak jika lawannya akan melepaskan serangan ketika ia berada dalam jangkauan.
Handong mengalirkan energi pada sarung tangannya, ia melepaskan pukulan kuat-kuat sehingga menghasilkan tekanan udara yang besar menuju Jiwoo, tapi wanita itu membuat dinding transparan untuk melindunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...