Kostum baru buat dongdong, aku gak nemu yang lebih baik, keren dan cool. Mungkin nanti bakal diubah lagi.***
Part Handong.
Seonghwa tiba di tempat Hongjoong berada, sebenarnya jika dirinya mau, sudah sejak tadi ia akan sampai di sana, hanya saja ia sengaja memperlambat kecepatan drone besar yang menjadi tunggangannya. Ia juga ingin lebih lama lagi dalam perjalanan, hanya saja keadaan saat ini tidak mendukungnya untuk bermalas-malasan. Saat ini Hongjoong berada dalam keadaan bahaya, pria itu terancam dilucuti dan dilecehkan oleh seorang perempuan yang membuatnya pingsan.
Seonghwa tiba di sana, posisinya saat ini berada di atas Handong dengan jarak beberapa puluh meter, pandangannya tertuju pada sosok gadis cantik berambut pirang dengan panjang sedikit melebihi pundak. Tampak saat ini gadis itu sedang mengamuk sambil berteriak-teriak tidak jelas.
Banyak reruntuhan dilemparkan ke sembarang arah, banyak cekungan dan retakan terdapat pada jalanan, banyak kendaraan yang sudah terlempar ke sekitar. Tentu saja ini adalah dampak dari kemarahan Handong setelah Dami berhasil melarikan diri darinya dengan membawa kabur batu meteor es miliknya.
“Kenapa perempuan ini terlihat menyeramkan ya. Dari data yang sudah kukumpulkan darinya, kekuatan fisiknya besar dan ia tidak mudah lelah. Tapi bagaimana bisa dia melakukan semua ini? Sepertinya aku juga harus menambahkan catatan mengenai ini juga.” Seonghwa bergumam dengan ekspresi agak ngeri saat menyaksikan apa yang telah diperbuat oleh Handong pada lingkungan sekitar.
Karena merasakan kedatangan makhluk lain, ditambah dengan suara gumaman Seonghwa yang agak samar, Handong segera menghentikan aktivitasnya. Ia segera menoleh memandang ke arah pria yang melayang di udara dengan pijakan berupa benda besar pipih yang tampak mirip seperti ikan pari terbuat dari logam. Di sekitarnya ada sekitar empat benda hitam yang melayang.
“Hai, maaf mengganggu kegiatan kamu, silakan lanjutkan, abaikan saja aku.” Seonghwa tersenyum seramah mungkin pada Handong. Melihat samsak hidupーatau keterangan lengkapnya adalah mangsa yang bisa dirinya buat sebagai bahan pelampiasan atas kemarahannyaーmaka Handong memandang tajam pria itu sambil menyeringai jahat. Tangannya mengepal seolah sangat tidak sabar untuk menonjok wajah Seonghwa.
“Datang satu lagi. Bagus sekali dan benar-benar datang di waktu yang tepat.” Handong memandang ke arah Seonghwa dengan penuh minat dan ketertarikan. “Sangat kebetulan aku memerlukan seseorang untuk melampiaskan kemarahanku.”
“Ekspresinya sangat mengerikan, meski dia cantik tapi jika ekspresinya yang terlalu jahat, aku bisa juga merasa takut padanya.” Seonghwa berucap dalam benaknya saat menyaksikan ekspresi jahat Handong.
“Aku tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan, biar kuperjelas, aku di sini bukan untuk bertarung.”
“Tutup mulutmu dan turun saja kemari. Hadapi aku lalu akan kubuat kau seperti dia.” Handong menunjuk pada Hongjoong yang masih saja belum sadarkan diri. Sepertinya ia benar-benar suka untuk mengadu kekuatan dengan semua makhluk yang ada di tempat ini, entahlah apa yang ada di dalam pikirannya. Sepertinya gadis yang satu ini sama sekali tak memedulikan kenapa ia hilang ingatan dan kenapa bisa semua ini bisa terjadi.
“Sepertinya kamu benar-benar salah paham. Lagi pula, Nona, apa yang mau kamu lakukan? Melakukan anu-anu dengan orang pingsan sepertinya bukan sesuatu yang bagus untuk dilakukan, itu sangat nakal.” Seonghwa berucap dengan ekspresi yang tampak polos, dari sisi mana pun, ia sama sekali tak terlihat berbahaya.
“Tentu saja, dungu. Mana mungkin aku melakukan hal menjijikkan itu, apalagi di tempat terbuka seperti ini.” Handong benar-benar tak menyaring kalimatnya, ia blak-blakan berbahasa kasar.
“Itu cukup melegakan, lalu apa yang hendak dirimu lakukan? Kenapa membuka pakaian temanku?” tanya Seonghwa yang agak memiringkan kepala seolah berusaha sedikit mengintip ke arah belakang Handong.
“Apa urusanmu? Mau melawanku? Kemarilah dan akan kubuat wajah sok tampan itu menjadi kotoran.” Lagi-lagi, Handong membalas dengan kalimat tantangan, ia seperti agak susah untuk diajak berbicara.
“Kasarnya.” Seonghwa tersenyum miris, “Sudah aku katakan sebelumnya bukan, aku tak datang untuk bertarung.” Untuk kesekian kalinya, Seonghwa mengatakan jika dirinya datang ke sana bukan untuk berhadapan dan adu kekuatan dengan Handong, entahlah kenapa ia memilih tak langsung beradu serangan dengannya.
“Oh, dasar pecundang, kalau begitu enyahlah dari sini dan jangan menggangguku.” Handong mengibaskan tangan seolah sedang mengusir seekor lalat.
“Aku akan pergi, dengan membawanya,” katanya sambil menunjuk pada Hongjoong, Handong mengikuti arah telunjuk pria itu. “Dengan keadaan baik-baik saja, utuh tanpa ada yang hilang.” Seonghwa menambahkan, ia kemudian menurunkan tangannya.
“Ambil saja. Aku tak memerlukan lelaki jelek dan memuakkan seperti dia.” Meski mengatakan itu, Handong tetap tak melakukan apa-apa seolah menunggu Seonghwa mendekat. Pria itu juga tak langsung bergerak meski sudah mendengar kalimat itu, ia memasang mode berpikir seolah sedang mempertimbangkan atau memperkirakan sesuatu.
“Ah, dari yang kulihat, kamu mau merampok pakaiannya.” Seonghwa berekspresi seolah ia baru saja mendapatkan jawaban dari sebuah pertanyaan yang sulit.
“Otakmu memang terlalu kecil, sudah jelas dari tadi itu yang akan kulakukan, kau malah baru sadar sekarang.”
“Kasar sekali bahasanya.” Seonghwa berucap miris dalam benaknya. Ia melihat jika Handong berjongkok siap untuk melucuti Hongjoong. Dalam keadaan itu, Seonghwa tiba-tiba mendapatkan suatu ide, ia segera beralih pada gadis itu.
“Nona, jika kamu ingin pakaian, aku bisa memberikannya untukmu. Jangan ambil yang itu, dia akan depresi berat nanti.” Mendengar ucapan Hongjoong, Handong segera berhenti dari aktivitasnya lalu mendongak memandangnya.
“Aku suka ini, lagi pula aku tak perlu mendengar pendapat siapa pun untuk sesuatu yang kusuka dan kumau.”
“Selain kasar, dia juga keras kepala, bagaimana bisa ada gadis seperti dia? Astaga, apa yang dia makan sehingga karakternya seperti ini?” tanya pria itu yang langsung dibuat pusing oleh sosok gadis di bawah sana. Ia berkeluh kesah dalam benaknya, tidak langsung mengucapkan semuanya secara terus terang.
“Tapi itu pakaian pria, aku memiliki yang cocok untuk wanita. Ini keren.” Seonghwa coba membujuk dan meyakinkan. Dari gelagatnya ia seperti sedang ingin membuat Handong percaya bahwa dirinya lemah, tak ingin bertarung dan lebih suka berbicara. Handong sebernarnya merasa jengah dan bosan karena menanggapi Seonghwa, ia hanya ingin memiliki pakaian ganti dikarenakan pakaian yang dikenakannya sudah rusak pasca kejadian kemarin, kejadian yang membuatnya harus mengeluarkan segenap kekuatan untuk mengalahkan wanita yang mengincar harta miliknya.
“Apa yang kau mau, hah? Jika ingin berhadapan denganku, jangan banyak bicara, turun kemari dan hadapi aku.” Sorot matanya tampak sangat tajam, ia mulai menampakkan ekspresi yang murka pada Seonghwa.
“Jangan salah paham dulu, aku tak mau bertarung, sungguh.” Seonghwa mengangkat kedua tangan di depan dada, ia tampak takut dengan perubahan ekspresi pada diri Handong. “Aku hanya ingin memberi kamu pakaian, sebagai gantinya tolong tinggalkan temanku dalam keadaan seperti itu, tanpa ada yang hilang dan rusak darinya.”
“Cih, kalau begitu cepat berikan padaku, jika hasilnya buruk, aku akan langsung mematahkan semua tulangmu.”
“Oke, tidak perlu mengancam.” Seonghwa kemudian perlahan turun ke daratan bersama dengan para drone yang terbang di dekatnya. Ia melompat turun lalu memandangi Handong lalu memasang gaya berpikir.
“Apa lihat-lihat!” bentak Handong yang langsung membuat pria itu terlonjak kaget. “Kau mau kubuat matamu pecah?!” Handong yang tidak suka ditatap segera saja memberikan ancaman.
“Astaga, tenanglah, aku sedang mengukur ukuran badanmu.” Seonghwa menjelaskan.
“Dengan cara menatapku seperti bajingan mirip anjing?”
“Huh, selalu serba salah dengan perempuan ini.” Seonghwa menunduk lalu memerintahkan dua dronennya untuk maju.
“Apa ini? Apa yang mau kau perbuat?!” tanya Handong yang langsung meningkatkan penjagaan, ia bersiap bertarung.
“Kamu tidak mau kutatap, jadi aku akan menggunakan droneku untuk mwngukur bentuk dan ukuran tubuhmu.” Seonghwa menjelaskan, mendengar itu, Handong lega lalu menurunkan penjagaan. Tampak kedua benda itu memindai Handong dalam waktu beberapa detik saja. Kedua benda itu kembali, Seonghwa yang sudah mendapatkan datanya langsung memunculkan layar hologram, di sana terdapat desain pakaian untuk wanita.
“Benda benda terbang itu dapat memunculkan hologram juga, sepertinya manusia ini memiliki teknologi yang canggih dan bagus.” Handong berucap dalam benaknya saat menyaksikan layar hologram itu.
“Apa ini sesuai untukmu?” tanya Seonghwa sambil memperlihatkan desain yang ada di dalam layar hologram.
“Terlalu jelek.” Handong menggeleng, ia tidak menyukai desain yang ditunjukkan padanya.
“Kalau begitu bagaimana dengan ini?” tanyanya sambil memperlihatkan desain lain. Selama beberapa menit lamanya Handong memilih model pakaian yang akan dibuat, tapi tidak ada satu pun yang cocok. Hingga ia akhirnya habis kesabaran.
“Ah! Sudah cukup! Yang mana saja boleh, yang penting cocok untukku!” Handong berteriak membuat Seonghwa menutup telinganya.
“Baiklah, baiklah, tidak perlu berteriak juga.” Seonghwa bergumam pelan. Maka setelah itu ia langsung memilih sendiri desain yang sekiranya cocok untuk dikenakan Handong, dengan menggunakan dronenya, bahan mentah yang jelas bukan kain dikeluarkan dari drone besar yang ia tumpangi. Drone segera bekerja membuat pakaian yang sesuai dengan desain yang sudah ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...