Cerita dilanjut lagi.
***
Pagi ini udara agak dingin, hutan ini memang memiliki tingkat kelembapan yang tinggi, banyak embun yang membuat dedaunan basah sampai mengucurkan air. Ketiga gadis itu berjalan tanpa peduli keadaan. Yoohyeon masih berjalan paling depan. Gahyeon masih cemberut karena penjelasannya yang sia-sia.
Gahyeon menoleh pada Yoohyeon.
“Jadi, kita mau ke mana? Kakak dari tadi memimpin jalan.” Ia melontarkan pertanyaan tersebut dengan penasaran.
“Mencari jalan keluar. Jika alatmu bekerja, cari lokasi yang terdekat untuk mengeluarkan kita lebih cepat.” Yoohyeon melontarkan balasan dengan nada datarnya. Mendengar perintah itu, Gahyeon mengangguk dengan semangat.
“Tunggu sebentar.” Gahyeon mengeluarkan laptop dari tasnya. Ia berhenti berjalan, JiU juga ikut berhenti, karena mereka berhenti, Yoohyeon juga berhenti lalu berbalik memandang ke arah mereka. Kedua tangannya dilipat di dada, tampak jika pergelangan tangan kirinya agak merah akibat cubitannya sendiri.
Gahyeon tampak serius bekerja, ia memegang laptop dengan tangan kiri lalu mengetik dengan tangan kanannya. JiU berdiri di belakang Gahyeon karena penasaran, ia bahkan terlalu dekat dengannya hingga napasnya mengenai leher Gahyeon.
“Kakak, menjauh sedikit, aku tak bisa bekerja.” Gahyeon mendorong JiU dengan pantatnya agar gadis itu menjauh dan ia mendapat sedikit ruang.
“Oh, maaf, maaf.” Jiu tersenyum. Gahyeon kembali bekerja.
Ketika mereka berada dalam posisi seperti itu, tak lama kemudian si monster terbang itu kembali pada JiU.
Makhluk itu terbang dari arah atas menuju mereka, kibasan sayap membuat dedauanan dan air beterbangan, pakaian dan rambut ketiganya berkibar karena itu.
Mereka memandang si monster secara refleks. Si monster mendarat sambil menghentikan gerakan sayapnya.
“Kau sudah makan?” tanya JiU sambil tersenyum, mengelus makhluk itu pada bagian tanduknya.
Makhluk itu mengeluarkan dengusan pelan seperti memjawan.
“Wah, kau cerdas.” JiU tampak bangga lalu menepuk-nepuk kepala monster tersebut.
Gahyeon refleks menoleh dan cemberut seperti iri melihat apa yang JiU lakukan. Ia kemudian menoleh pada Yoohyeon.
“Kakak, aku juga mau monster, boleh pelihara satu ya, aku mohon. Aku mau yang besar.” Ia mendekat pada Yoohyeon, tapi karena Yoohyeon memasang proteksi diri, di mana sentuhan bentuk apa pun sangat terlarang baginya, Gahyeon berhenti tepat dua langkah di depan Yoohyeon.
“Tidak.” Yoohyeon menggeleng menolak permintaannya.
“Kakak, aku mau peliharaan. Yang kecil dan imut juga tak apa, tak perlu berukuran besar.” Gahyeon tampak membujuk dengan semanis dan semanja mungkin.
“Aku akan menggorok binatang yang coba kau pelihara.” Yoohyeon membalas dengan dingin, tapi tampaknya Gahyeon tetap tak mau menyerah.
“Kakak, jangan jahat, aku mohon, hanya satu. Aku tak akan merepotkanmu. Aku janji.” Ia memelas dan memasang wajah yang memohon, sayangnya itu sama sekali tak akan berpengaruh bagi Yoohyeon.
“Tidak boleh.” Yoohyeon menggelengkan kepalanya saat memberikan penolakan.
“Yah.” Gahyeon cemberut sambil memasang ekspresi yang sedih, tapi Yoohyeon tetap tak luluh.
"Satu saja, kumohon." Ia angkat kepala dan maju selangkah mendekati Yoohyeon, tapi yang didekati malah mundur satu langkah dengan tangan memegang ujung katana. Gahyeon tak berusaha maju ketika melihat hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...