Sedikit info soal karya ini.
Kemarin aku dapat pesan dari editor mangatoon. Dia nawarin soal karya ini yang ditawarin kontrak. Sayangnya fanfic dilarang, maka nanti namanya bakal kuubah jadi Lily, Alice, Monica, Emma, Dela, Rachel dan Lucy aja. Kalian yang baca masih bakal tetap nyaman kan kalau namanya kuganti jadi nama-nama di sana?
Kalau aku dapat kontrak, aku juga dapat pemasukan, kalian juga bisa baca secara gratis kok, nggak berbayar, beda dengan novelme. Masalahnya nih, tujuan aku bikin fanfic adalah demi Dreamcatcher dan demi kalian para InSomnia, sengaja aku menyuguhkan cerita dengan genre dan tema ini karena gak ada fanfic kpop yang kayak gini sebelumnya.
Jadi, aku mungkin bakal nolak penawaran kalau kalian gak rela, aku bakal terus stay di sini nulisnya.
Situasi yang berubah saat aku ambil kontrak ini.
Pertama, kalian harus unduh apk mangatoon buat baca karyaku di sana, yang di wp bakal kuunpub sampai 15 chapter aja.
Kedua, aku dapat pemasukan dengan gaji dari sana.
Ketiga, kalian masih bisa baca secara gratis, karena di sana mayoritas gak pake sistem chapter berbayar.
Keempat, kalian bakal bisa lebih sering baca karya ini karena aku update tiap hari, syarat untuk dapat hadiah adalah 60 ribu kata perbulan. Aku gak bakal ngaret dan bakal terus ngetik karya ini. (Berat banget emang, dan ini bakal agak nyiksa juga.)
Kelima, proyek aku yang niatnya mau bikin versi audio dari karya ini otomatis batal, di sana kalau karyaku rame, otomatis bakal ada yang ngedubbing dan dibikin audio, bahkan kalau lebih rame lagi, karya ini bisa diadaptasi jadi komik.
Dari semua situasi, yang aku mau adalah dukungan penuh dari kalian. Tanpa dukungan dari kalian, aku gak akan bisa bertahan lama berada di mangatoon karena persaingan yang ketat dan karya genre sci-fi ini gak serame karya romantis. Buat kalian yang suka sama cerita ini, mohon tanggapannya ya.
***
Part Dami and Handong.
Kalau diingat-ingat, dari tiap pasangan, mereka yang paling gak akur. 😅
Sedikit pembahasan mengenai part mereka yang terakhir.
Dami melarikan diri dari Hongjoong dan Handong yang berniat membalas dendam pada SuA and Siyeon, keduanya malah bertemu secara dramatis ala-ala sinetron, yaitu tabrakan. Sayangnya itu bukan adegan yang manis karena benturan mereka membuat sebuah toko rusak parah.
Tentu saja, karena keduanya yang tidak akur, pertemuan itu membuat mereka berkelahi lagi. Di tengah perkelahian itu, mereka memutuskan untuk gencatan senjata sementara dikarenakan Hongjoong yang berhasil menyusul Dami.
Pertarungan antara mereka terjadi, sayangnya Dami memiliki bantuan yang paling parah di mana Handong benar-benar keras kepala dan seenaknya sendiri, sama sekali tak bisa diajak kerja sama. Hongjoong yang tahu jika Dami adalah petarung jarak dekat dan menengah lalu Handong yang merupakan petarung jarak dekat segera saja terbang lebih tinggi untuk menjaga jarak dari mereka.
Dami yang memiliki ide untuk mengalahkan pria itu harus mengakali Handong agar bisa bekerja sama dengannya, namun karena gadis itu yang kasar dan keras kepala, bahkan diajak kerja sama pun benar-benar sulit. Pada akhirnya Dami harus mencari cara agar wanita yang menjadi sekutu sementaranya itu bisa kerja sama.
Cara yang dirinya lakukan tentu adalah membuat Handong marah lalu mengejarnya. Usahanya berhasil, namun siapa sangka jika Handong benar-benar marah. Ini di luar dugaan Dami sehingga kini ia mengalami masalah pada dua sisi.
Apa yang akan Dami lakukan untuk mengatasi semuanya? Simak kelanjutannya.
***
Spoiler last part
“Berhasil. Aku hanya perlu menyiapkan rencana berikutnya.” Dami berucap dalam benaknya.
“Mereka melarikan diri? Sial, tak akan semudah itu.” Hongjoong segera mengejar sambil menyerang mereka
Keduanya masuk ke dalam bangunan gedung. Tapi Hongjoong menggunakan kekuatan cahayanya untuk meledakkan bangunan.
Serangan tak mengenai siapa pun kecuali bangunan karena kedua gadis itu sudah berada di dalam bangunan gedung.
Ada suara ledakan dan sedikit getaran ketika Dami berlari melintasi lobi dengan langkah yang cepat, ia berlari menuju ke arah lorong yang akan menghubungkannya dengan tangga.
Saat Dami membuka pintu, tiba-tiba saja pintu meledak dan ia terlontar menubruk tangga.
“Uh, sialan. Dia benar-benar marah, aku bisa berada dalam bahaya jika begini.” Dami beranjak berdiri lalu berlari menaiki tangga dengan lompatan-lompatan yang besar.
“Aku masih akan mengampunimu jika kau berlutut meminta maaf.” Handong berkata dengan dingin. Ia sudah berada di ambang pintu, tatapannya tertuju pada Dami yang sedang melompat dengan jarak lompatan beberapa meter sekaligus. Maka Handong mengejar dan melakukan itu juga, ia melompat dengan jarak lebih jauh dari Dami.
Next story
Di luar bangunan, Hongjoong mendekat beberapa puluh meter ke dari bangunan yang dimasuki oleh Handong dan Dami, ia melayang di sana sambil mengamati keadaan sekitar.
“Tak semudah itu kalian pergi, akan kuhancurkan saja semua sekalian.” Pria itu berdecak kesal, ia kemudian mengarahkan tangan kanannya ke atas. Bulu-bulu cahaya yang tercipta dari sayapnya segera beterbangan ke arah ujung telapak tangan miliknya. Tempat di sana, sekitar sepuluh senti di atas telapak tangan pria itu perlahan tercipta pendaran cahaya berbentuk cakram.
Cakram cahaya itu terbentuk dari bulu-bulu cahaya yang terus keluar dari sisi kiri dan kanan sayap putihnya, setiap detik ukuran cakram terus semakin membesar ketika semakin banyak bulu-bulu cahaya yang menyatu dengan cakram cahaya yang terang itu.
Di sisi Dami, Ia terus melarikan diri dari kejaran Handong.
“Ya ampun, bagaimana bisa dia lebih mirip monster jika sedang marah? Aku tak menyangka jika efeknya akan seperti ini.” Dami terus melompat naik tangga, Handong masih mengejar di belakangnya, namun dikarenakan ini tak membuahkan hasil, maka Handong meninju dinding, dengan kekuatan tangannya yang kuat, ia mencobot tembok itu lalu melemparkannya ke arah Dami.
Dami yang tak melihat akan serangan itu terselamatkan karena ia berbelok mengikuti kelokan tangga, meski begitu, ia tetap kaget dikarenakan segala sesuatu di belakangnya langsung hancur, Dami berdecak kesal lalu lanjut melompati tangga.
“Apa dia seserius itu? Apa karena harga dirinya benar-benar terlalu tinggi atau mungkin dia terlalu tolol sehingga menganggap kata-kata terlalu serius?” tanya Dami dalam benaknya. Kini ia malah terancam oleh kemarahan Handong.
“Berhenti di sana, pantat datar, hadapi aku sekarang juga! Kau pikir kau akan selamat setelah mengatakan semua itu?!” Handong mengejar di belakangnya, teriakan-teriakannya menggema.
“Aku akan setuju dengan opsi kedua, dia terlalu tolol.” Dami menambah kecepatannya, ia tak menginjak anak tangga lagi, melainkan langsung melompat dengan dinding sebagai tumpuan, ia melompat melewati satu lantai sekaligus. Saat itulah lemparan dinding terjadi lagi, kali ini Dami langsung terlempar, ia berjungkir balik lalu mengubah posisinya menjadi jongkok. Tongkat atau tombaknya masih ia pegang dengan erat, tak ada cedera apa-apa padanya karena lemparan barusan memang tak mengenainya, hanya saja ia kehilangan pijakan.
“Sepertinya aku harus menjelaskan situasinya pada si bodoh ini.” Dami kemudian beranjak berdiri, sepertinya ini adalah tangga yang berada di suatu lantai karena ada pintu tak jauh dari tempat Dami berada.
Beberapa detik kemudian, Handong tiba di sana, ia mengurungkan niat untuk melompat ketika melihat jika Dami berdiri dengan jarak kurang dari lima meter di hadapannya.
“Sudah menyerah berlari? Bagus, kita mulai saja.” Handong menyeringai, ia siap menghajar gadis itu kapan saja.
“Tunggu dulu, bodoh. Tidakkah kau pikir jika aku sama sekali tak serius mengatakan semua kalimat tadi meski itu adalah kenyataannya?” Dami berusaha mengajaknya bicara dan menjelaskan apa niat ia sebenarnya.
“Kenyataan, huh?”
“Sial, aku salah bicara.” Dami bergumam pelan. “Dengar, aku punya rencana untuk menjatuhkan pria terbang itu, kau sulit diajak kerja sama sehingga aku mengatakan semuanya.” Ia segera memberikan penjelasan mengenai alasan dirinya mengatakan hal sebelumnya.
“Mencari alibi untuk melindungi diri, hah? Aku tak peduli soal pria bibir tebal itu, ini soal ucapanmu. Kau harus menerima balasan karena sudah seenaknya mengatakan itu.” Handong melompat lalu melesatkan tendangannya.
“Ya ampun, sudah kuduga jika dia memang terlalu bodoh dan mementingkan emosi dan otot saja.” Dami merunduk sehingga Handong malah menendang hancur pintu yang berada di dekat Dami.
Saat Handong berbalik, Dami sudah mengayunkan tombaknya secara menyamping, tentu saja ayunan itu mengenai telah tubuh Handong hingga membuatnya terlempar saat itu juga. Tak membuang kesempatan itu, Dami melirik ke arah pintu yang rusak.
Tepat di balik pintu itu terdapat lorong panjang, Dami masuk ke sana, menghindari pertarungan dengan Handong. Bukannya ia takut untuk menghadapi gadis itu, hanya saja ia sama sekali tak memiliki energi cadangan, sedangkan di luar sana masih ada pria yang mengincar nyawanya.
“Pengecut, melarikan diri lagi?! Kenapa kau tak jadi melata menjijikkan saja daripada jadi manusia jika punya nyali sekecil ini.” Handong mengikuti Dami masuk ke dalam lorong itu. Dami berhenti dan berbalik ke arahnya.
“Bagaimana bisa kau menghina seseorang seenaknya sementara kau sendiri tak bersedia dihina? Egois sekali dirimu!” Dami berteriak kesal, namun bukannya balasan atau apa, Handong langsung mengayunkan pukulannya sehingga tekanan angin segera saja melesat merusak lorong itu.
“Mati saja sana!” Handong berteriak keras.
“Sial.” Dami mengumpat kesal lalu ia melompat ke arah samping di mana terdapat sebuah jendela yang menghubungkannya dengan ruangan luas. Lorong itu segera saja dipenuhi retakan pada seluruh bagiannya, entah sisi kiri dan kanan atau bagian langit-langit dan lantainya.
“Menghindar lagi.” Handong berdecak kesal, ia kemudian berlari menuju ke arah daerah di mana Dami masuki. Tak repot-repot, Handong memukul menghancurkan tembok.
Dami di sana sudah bersiap, namun ia tak mengacungkan senjatanya. Di dalam sana hanya ruangan kosong berisi meja dan kursi pribadi.
“Kau tahu sendiri jika aku tak punya cadangan energi, kau punya banyak, ini bukan waktunya aku menghajarmu. Kita masih gencatan senjata.” Dami berusaha meyakinkan.
“Katakan saja itu pada kentutmu.” Handong segera maju satu langkah, ia hendak melepaskan serangan, namun tiba-tiba saja terjadi sebuah getaran yang sangat kuat. Ruangan segera condong ke arah di mana Dami berada.
“Apa yang terjadi?” tanya Handong, Dami mengamati keadaan sekitar, terdengar suara ledakan dan seluruh ruangan bergetar.
“Gedungnya, gedungnya dibuat runtuh.” Dami segera saja sadar dengan keadaan yang terjadi.
Di sisi lain, Hongjoong yang selesai dengan penciptaan cakramnya segera melemparkan itu ke arah bangunan di mana Dami dan Handong berada, ledakan tercipta membuat lima lantai bangunan paling bawah langsung hancur seketika. Tentu saja karena dirusak dari bawah, bangunan besar itu segera saja runtuh.
“Wah, sepertinya kau berlebihan, jika mereka mati di dalam sana, kita akan sulit mencari jasad mereka.” Sebuah drone hitam yang melayang tak jauh dari samping Hongjoong mengeluarkan suara Seonghwa di dalam sana.
“Apa peduliku? Yang penting mereka telah tewas dan misi selesai.”
“Ya ampun, kita juga perlu senjata dan tubuh mereka sebagai bukti.”
“Kalau begitu aku akan mengurusnya untukmu.”
“Apa? Jangan seenaknya.”
***
Maaf ya, gak ada BtS. Aku nunggu tanggapan dan komentar dari kalian soal info itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...