Yoohyeon masih memandang JiU dengan selidik, penasaran tentang siapa sebenarnya dia, gadis yang tampak lemah namun dapat menunggangi monster.
JiU tampak cuek dan memerhatikan Gahyeon yang melihat kakinya, itu baik-baik saja dan tak terasa sakit.
Monster itu tiba-tiba menjilat Gahyeon."Aahhh, jijik. Jangan menjilatku." Gahyeon menjauhkan kepala besar itu darinya, tapi usaha itu tampak tak berhasil. Makhluk bersayap itu menjilatnya lagi.
"Aku bilang, jangan jika aku!" Gahyeon mengentakkan kakinya dengan kesal. Ia menunjuk-nunjuk makhluk itu.
"Oh, sepertinya dia menyukaimu." JiU tersenyum melihat itu. Gahyeon menolehkan kepalanya pada JiU.
"Wah benarkah?" Gahyeon tersenyum senang dengan itu. JiU mengangguk dengan persetujuan.
"Sebentar lagi dia akan memakanmu, barusan makhluk itu sedang mencicipi rasa dagingmu." Yoohyeon melontarkan gurauan dengan seringai dingin, kalimat itu membuat Gahyeon ketakukan berkali lipat.
"Ihhhh." Gahyeon merinding takut dan jijik, segera menjauh dari si monster wyvern dan berlari menyembunyikan diri di belakang Yoohyeon sambil mengelap pipinya yang dijilat.
"Kau jangan memakanku, aku cantik, manis, imut dan lucu, tapi bukan untuk dimakan!" Ia berteriak sambil menunjuk-nunjuk pada si makhluk.
"Jadi, dari mana kau datang, apa ada lelaki yang kau lihat?" Yoohyeon menoleh ke arah JiU, ia masih penasaran dengan wanita ini.
"Lelaki itu apa? Apa sesuatu seperti makanan atau apa?" tanya JiU dengan ekspresi yang heran dan benar-benar polos, ia agak memiringkan kepalanya. Yoohyeon mendesah lemah atas tanggapan itu, gadis ini bahkan tak tahu apa itu lelaki.
"Lupakan." Yoohyeon hendak berbalik pergi, lebih baik meninggalkan dua wanita ini bersama, ia akan bekerja sendiri sana.
"Tunggu dulu, katakan apa itu lelaki!" JiU menahannya dan tampak penasaran.
Melihat Yoohyeon tak berniat buka suara, Gahyeon yang selesai mengeringkan pipinya segera mewakili untuk menjawab.
"Kakak, lelaki itu makhluk mirip dengan kita, tapi dada dan pantatnya lebih rata, lalu ada daging tambahan di selangkangannya. Biasa itu...." Gahyeon memberikan penjelasan, tapi segera dibungkam oleh Yoohyeon. Ekspresi Yoohyeon tampak horor karena apa yang Gahyeon paparkan barusan.
"Sudah cukup penjelasannya. Lagi pula kenapa kau menjelaskannya seperti itu?" Yoohyeon memelototi Gahyeon, ia melepas bekapannya.
"Lelaki kan memang seperti itu penampilannya."
"Tapi bukan berarti dijelaskan terlalu blak-blakan." Yoohyeon tak menyuarakan itu, ia malas mengenai berdebat, itu memaksa dirinya untuk banyak bicara, sesuatu yang sama sekali tak disukainya.
"Oh, begitu. Jadi itu bisa dimakan?" tanya JiU lagi. Bahkan setelah penjelasan sejelas dan tanpa saringan dari Gahyeon, JiU masih belum paham. Yoohyeon jadi geram dibuatnya. Ia sudah mengangkat dua tangan seperti akan mengacak atau sekalian melepaskan kepalanya karena kesal, tapi ia menahan diri dan menenangkan emosinya. Ia menarik napas sesaat dan mengembuskannya.
"Intinya, kita adalah manusia, manusia terdiri dari dua jenis, lelaki dan perempuan. Kita berada dalam jenis perempuan." Yoohyeon menjelaskan sesingkatnya, bahkan yang hilang ingatan masih mampu mengetahui dan membedakan sesuatu seperti ini. Apa yang sebenarnya ada di dalam kepala wanita ini?
"Oh, aku mengerti. Kukira itu sejenis makanan."
"Kenapa kau selalu membahas makanan? Kita bahkan tak memerlukan makanan." Yoohyeon bergumam dengan pelan dan lemah, entah bagaimana bisa, wanita ini lebih membuatnya ingin marah daripada bocah di belakangnya.
"Entahlah, hanya kedengarannya itu enak untuk dimakan."
Dengan jawaban itu, Yoohyeon hampir tak bisa menahan diri untuk menarik katananya, membelah kepala wanita di depannya menggunakan senjata itu lalu melihat isi kepalanya dan mencari tahu apakah di dalam sana terdapat otak atau tidak.
Setelah semua ini, Yoohyeon jadi kehilangan minat untuk menanyai tentang JiU. Ia lebih memiliki keinginan untuk pergi dan meninggalkan keduanya di sini. Kepalanya sudah sakit bahkan hanya baru beberapa patah kata mereka berdialog.
"Kakak, sepertinya kau ingin mencincang kakak itu," gumam Gahyeon yang memegangi lengan baju Yoohyeon.
"Ya, sebanyak aku ingin mencincang badanmu." Yoohyeon membalas sambil menepis keras tangan Gahyeon.
"Seram." Gahyeon segera mundur dan mendekat pada JiU.
"Kakak, kenapa kau dapat mengendarai binatang itu? Keren sekali, aku juga mau." Ia tampak penasaran dengan itu, sama sekali berbeda dengan pemikiran Yoohyeon.
"Dia satu-satunya, aku tak bisa membaginya."
"Aneh, kukira semua monster ada untuk dibunuh." Yoohyeon menggumam pelan.
"Tepatnya mereka dikirim untuk membunuh kita." Gahyeon mengoreksi.
"Sebenarnya si kecil ini juga berniat membunuhku, tapi aku berhasil menjinakkannya." JiU mengakui.
"Menjinakkannya?" tanya Yoohyeon dengan bingung dan agak mengerutkan alis.
"Ya, aku dapat menjinakkan makhluk ini." Ia mengangguk singkat.
"Aneh."
"Aku juga merasa aneh dan merinding dengan semua ini."
"Kakak cantik, namamu siapa? Apa senjatamu?" Gahyeon memegangi tangan kiri JiU dengan manja. Tapi segera saja ia mundur dan menajuh. Mengibaskan tangannya.
"Senjata?" JiU tampak heran dengan itu, Yoohyeon curiga jika wanita itu tak tahu segala nama benda yang ia dan Gahyeon kenali.
"Ya, kita semua dipersenjatai. Aku memiliki bayi keren, kakak es ini memiliki katana yang menakutkan." Yoohyeon tampak acuh tak acuh saat disapa sebagai kakak es.
"Aku tak memiliki senjata apa-apa." JiU menggeleng singkat. Memang dilihat dari sisi mana pun, JiU tampak tak membawa senjata apa-apa. Terkecuali jika seekor wyvern yang ada di belakangnya dapat dikategorikan sebagai senjata, maka itulah satu-satunya yang dia bawa.
"Kita bahas itu nanti saja, yang sekarang lebih pentingnya adalah kita harus segera berlindung." Yoohyeon memutuskan menyudahi percakapan itu. Gahyeon beringsut mendekat pada Yoohyeon.
"Berlindung dari apa?"
"Radiasi."
"Radiasi?" tanya JiU. Yoohyeon mengangguk saja.
"Kita juga harus mencari drone miliknya." Yoohyeon mengangguk pada Gahyeon.
"Oh, baiklah. Ikuti aku."
Mereka segera mengikuti JiU yang bersama si monster terbang memimpin jalan. Ini terlalu mudah dan ramah, apa memang wanita di hadapannya tidak berbahaya? Yoohyeon bertanya-tanya mengenai itu sampai ia merasakan jika ada sentuhan pada tangannya.
Ia menoleh dan mendapati jika Gahyeon sedang memegangi tangan kanannya. Ia merinding dan menepis tangan itu kuat-kuat hingga Gahyeon mundur beberapa langkah.
"Jangan menyentuhku! Berapa kali aku harus mengulang?" Yoohyeon memandang dingin pada Gahyeon.
"Maaf, hanya saja kalian berdua agak terasa aneh bagiku. Aku hanya ingin memastikan sesuatu."
"Itu bukan alasan untukmu menyentuhku."
***
Ide muncul, tapi ngga bisa menuliskan apa yang didapat. Hasilnya malah kayak gini, hadeh.
Btw, wattpad bikin kesel, part ini sebelumnya hilang, part 30 tinggal setengahnya. Harus ngetik lagi kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...