Setelah nonton video di sana, aku merasa berdosa banget. Ya, tapi mau bagaimana lagi, imajinasiku juga emang parah. Maka dari itu sih, tiap bikin adegan BtS aku gak mau sampai keterlaluan, karena itu ternyata dapat pengaruh besar.
Warning buat yang di bawah umur juga adalah serius, bukan candaan atau kalimat pemanis yang bikin kepo.
Jujur aja, aku bikin ini buat mengapresiasikan bentuk rasa suka dan Cinta pada Dreamcatcher, bukan menjadi salah satu fans atau oknum yang menjadi pelaku sulitnya kehidupan idol. 🤧
****
Dengan mengenakan pakaian baru, Handong bisa bergerak lebih leluasa. Kata-kata Seonghwa masih terdengar di telinganya mengenai pakaian yang mampu melindungi dan memperkuat kekuatan fisik si pemakainya. Untuk itu, ia ingin membuktikan apakah perkataan pria itu benar atau tidak.
“Sepertinya aku bisa melakukan percobaan di sini.” Handong segera melepaskan sarung tangan berlapis logam aneh itu. Ia hanya melepaskan bagian kanan saja.
Saat ini, Handong berada di luar bangunan kosong, di sekitar sana dipenuhi dengan asap dan debu yang beterbangan, keadaan langit yang masih terselimuti oleh awan membuat keadaan di sana tampak lebih gelap dari seharusnya.
Setelah selesai melepaskan sarung tangannya, ia kemudian mengambil ancang-ancang siap melepaskan pukulan pada sebuah dinding bangunan.
“Ini dia.” Handong maju satu langkah lalu melepaskan pukulan yang kuat. Kepalan tangan kanannya langsung merusak dinding yang cukup tebal itu, meski daya hancurnya tak sebesar saat ia mengenakan sarung tangannya, tapi itu jauh lebih kuat dari pukulan manusia biasa.
Kepalan dan pergelangan tangannya melesak ke dalam dinding, di sekitar hantaman tampak jika dinding memiliki banyak retakan yang merenbet memanjang.
Melihat kekuatan destruktif yang dihasilkan oleh tangan kosongnya, Handong tersenyum puas.
“Sepertinya lelaki sok polos itu tidak berbohong, ini sungguhan meningkatkan kekuatan fisikku.” Handong kemudian menarik tangannya, ia mundur satu langkah lalu mengamati kepalan tangannya yang tampak bersih tanpa luka.
“Tidak ada yang terasa sakit sama sekali, ini tandanya aku masih bisa melakukan yang lebih kuat lagi.” Handong menurunkan tangannya, ia tak melepaskan kekuatan penuh, tapi daya hancur yang dihasilkan melebihi harapannya.
“Tapi bagaimana caranya aku melakukan percobaan? Huh, sepertinya menghajar monster atau robot akan seru.” Dengan itu, secara tak langsung Handong mencari target untuk dijadikan bahan percobaannya. Ia segera melakukan pencarian calon korban yang menjadi bahan percobaannya.
Handong memandang keadaan sekitar yang sangat sepi, ia mengenakan sarung tangannya lagi. Di sekitar sini benar-benar tidak ada makhluk apa pun yang bisa dijadikan sebagai bahan percobaan atas kekuatannya.
Daerah sana sepertinya memiliki bekas debu dan asap yang disebabkan oleh runtuhnya bangunan gedung yang sebelumnya. Meski di daerah gedung yang kini sudah rata itu sudah tak terdapat debu, tapi di sekitar sini keadaannya berbeda.
Handong berlari menjauh dari daerah sana, tak segan ia menendang bagian dinding suatu bangunan, sengaja ingin menghancurkannya, beberapa kesempatan ia menginjak atap bangunan dengan kuat sebagai tumpuan baginya untuk meloncat. Perbuatannya itu membuat setiap daerah yang dilewati olehnya langsung meninggalkan jejak berupa kerusakan bangunan itu sendiri.
“Tubuhku memang jadi terasa lebih ringan. Sepertinya kali ini aku akan lebih mudah menghadapi siapa pun.” Dengan peningkatan barunya, seketika kepercayaan diri Handong juga meningkat. Di tengah jalan yang kosong itu, Handong masih berlari dengan kecepatan yang tidak normal.
“Kota ini benar-benar tidak memiliki makhluk hidupnya, apa yang harus kulakukan di sini? Sepi sekali di sini.” Handong memandang keadaan sekitar, setelah beberapa lama ia menyusuri daerah itu, keadaan masih sepi seperti sebelumnya, benar-benar tanpa adanya kehidupan.
Ketika berbicara sendiri, Handong melihat ke arah langit sana, cuaca tampak mendung dan mungkin akan segera turun hujan.
“Dan cuaca macam apa ini? Bagaimana cuaca berubah-ubah?” tanyanya dengan heran. Sejak bangun, ia tak pernah mengamati dan peduli dengan cuaca saat ini sehingga ia baru sadar dengan keadaan langit di mana awan tampak makin menebal saja setiap detiknya.
Ia menghentikan langkahnya, Handong tiba di daerah terbuka yang hampir tak memiliki gedung tinggi di sekitarnya. Jalan Raya pun tampak sangat kosong tanpa adanya kendaraan.
Saat bertanya-tanya, tiba-tiba ia mendengar ada suara ledakan, pasang matanya mendapati warna merah besar dari kejauhan, mungkin jaraknya lebih dari sepuluh kilo dari posisinya berada. Karena ledakan yang amat besar dan memiliki suara yang aneh, Handong sontak mengalihkan pandangannya ke arah sumber ledakan itu.
Dilihat dari tempatnya berada, lokasi yang meledak itu mungkin lebih dari lima kilometer dari tempatnya berada. Tampak jika cahaya merah menyebar meluas, dikarenakan keadaan yang mendung, warna merah itu tampak sangat jelas. Cahaya merah itu berpendar disertai suara ledakan selama lebih dari sepuluh detik.
“Apa itu? Apa mungkin di sana ada sesuatu yang bagus?” tanyanya yang malah terpukau dan penasaran terhadap ledakan itu. Ia ingin tahu apa yang menyebabkan ledakan itu terjadi. Tampak jika di kejauhan sana ledakan mulai reda dan cahaya merah juga mulai memudar.
“Yah, tidak ada salahnya kuperiksa, berdiam di sini juga tidak ada manfaatnya.” Handong mengangkat kedua tangan tanda tak peduli dan tak mau ambil pusing. Karena rasa penasaran yang dimilikinya, Handong segera pergi menuju ke arah ledakan berwarna merah sebelumnya berada.
Meski jaraknya cukup jauh, Handong tetap memutuskan untuk menuju ke arah tempat itu, selain ia tak memiliki tujuan khusus, ia juga perlu makhluk apa saja untuk menjadi bahan percobaannya.
Kecepatan Handong dalam berlari dan melompat bertambah, ia benar-benar tertarik dengan apa yang terjadi sehingga menghasilkan ledakan besar dengan suara aneh dan agak berbeda dari ledakan biasanya.
“Kuharap aku menemukan mangsa yang bagus di sana.” Handong tersenyum menyeringai penuh kejahatan. Dengan kecepatan larinya, ia akan tiba di sana dalam waktu yang kurang dari sepuluh menit saja. Hal tersebut telah dirinya perkirakan sehingga ia tampak bersemangat.
Keadaan siang itu tampak sepi, tidak ada tanda-tanda akan adanya kehidupan dari monster, tidak ada tanda-tanda akan kemunculan robot atau pesawat ruang angkasa yang terbang di atas kota. Bisa dibilang kesunyian ini sudah berupa kota yang mati.
Hanya selang beberapa puluh menit saja, Handong memasuki daerah yang lebih luas lagi, di sekitar sini jalanan memiliki luas lebih dari seratus meter dengan beberapa garis putih putus-putus yang membatasi setiap jalur. Berbeda dengan keadaan jalan sebelumnya, di daerah ini terdapat berbagai jenis kendaraan yang berada dalam keadaan berantakan. Tak sedikit kendaraan-kendaraan di sana dalam posisi saling menabrak, kondisi badan mobil rusak dan sebagainya.
NB : Di sini setting Handong dipercepat sedikit, ia perlu waktu beberapa lama sampai tiba di daerah jalan yang penuh mobil. Nantinya setting Sua and Siyeon yang akan diperlambat di mana setiap detik yang berlalu adalah berupa kejadian dan peristiwa.
Handong tidak menurunkan kecepatan, ia memilih berlari di atas kendaraan, melompati setiap atap kendaraan. Melewati jalanan yang padat kendaraan akan menyulitkan dirinya, alternatif lainnya adalah berlari dan melompat di atas atap setiap kendaraan.
Baru saja ia melompati sekitar sepuluh kendaraan yang langsung dibuat ringsek, Handong menghentikan langkahnya dikarenakan di atas sana banyak pesawat-pesawat yang terbang menuju ke arah di mana ledakan berada. Tentu saja Handong semakin bersemangat untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Handong melihat jika dalam ketinggian sekitar seribu meter, terdapat banyak pesawat yang terbang melintas. Ukuran semua pesawat yang ada di sana sama persis antar satu dengan yang lainnya.
“Pesawat-pesawat itu muncul lagi.” Handong menyeringai, meksi itu memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dengan pesawat yang pertama ia hancurkan beberapa hari yang lalu, Handong tetap memiliki minat untuk merusak dan menghancurkan pesawat-pesawat yang terbang di atas sana.
Sayangnya ketinggian dan kecepatan pesawat tak memungkinkan baginya untuk melompat ke atas sana lalu melakukan penyerangan. Meski begitu, Handong tidak kehabisan ide. Niatnya yang mencari mangsa membuatnya memfokuskan diri pada pesawat-pesawat yang lewat.
Handong memandang ke sekeliling, di sekitar sana hanya ada mobil dalam berbagai bentuk dan ukuran saja, tapi hal tersebut sudah lebih dari cukup baginya untuk mencari perhatian dari para pesawat itu.
“Ini sudah cukup untuk menghentikan satu pesawat.” Handong menyeringai. Sebelum kelompok pesawat itu melintas seluruhnya, Handong segera meraih bamper sebuah truk, dengan tangan kanannya saja ia mampu mengangkat kendaraan tersebut. Berikutnya sudah dapat ditebak apa yang akan terjadi, ia langsung melemparkan truk itu ke arah atas menuju sebuah pesawat.
Truk yang melesat cepat itu secara kebetulan menabrak pesawat terakhir yang melintas. Benturan itu membuat truk meledak dan pesawat oleng dikarenakan langsung memiliki kerusakan, penerbangan segera saja menjadi tidak lancar.
“Berhasil.”
****
Hadeh, Handong bukannya bersembunyi atau apa, dia malah sengaja mancing kemunculan musuh. Ya ampun, cewek yang satu ini ....
Behind the Story. Just for fun.
“Ini dia.” Handong maju satu langkah lalu melepaskan pukulan yang kuat. Kepalan tangan kanannya langsung merusak dinding yang cukup tebal itu, sedetik kemudian dinding runtuh dan ....
“Ahhhhhh!” Seonghwa menjerit seperti wanita, lebih keras dari jeritan SuA. Tampak jika di sana adalah kamar mandi yang mana Seonghwa sedang asik-asiknya mandi dengan mainan bebek karet kuning. Pria itu kaget karena tiba-tiba saja dinding kamar mandi runtuh.
“Eh? Salah tempat mukul deh.”
“Ka ... kamu ngapain ngerusak kamar mandinya?” teriak pria itu. Handong segera menutup mata dengan dua tangan karena saat shower membasuh sabun pada tubuh pria itu, semua bagian badannya keliatan.
“Mas, anunya gak mau ditutupin dulu?” tanya Handong sambil kedua tangannya masih menutup seluruh wajah.
“Biarin, toh gak akan pergi ke mana-mana. Kamu cepetan benerin temboknya!”
“Gimana caranya coba? Aku Cuma bisa ngancurin doang.” Handong bergumam sok terzolimi.
“Gak mau tau, pokoknya benerin tem ....”
“Mainan bebek aku!” Gahyeon tiba-tiba datang ke sana lalu merebut bebek karet kuning yang dipegang Seonghwa, sayangnya karena Seonghwa memegang bebek karet di dekat anunya, Gahyeon salah megang dan terjadilah petaka itu.
“Ini .... ini .... ini .... Ini bukan bebek karet, tapi dinosaurus karet. Ahhhhhh!” Gahyeon segera pingsan saat itu juga.
“Sembarangan dibilang dinosaurus.” Seonghwa menyangkal dan tak terima.
“I hate the dinosaurus!” Yoohyeon datang sambil mengacungkan katananya.
“Lah, kenapa jadi kayak gini?”
****
Kebayang, pas Yuyun ngomong benci dinosaurus pas ngelive di acara ultahnya. 😂🤣🤣
Part Handong udah dulu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...