156 - Ranjau Udara

91 16 3
                                    

156 – Ranjau Udara

Di atas sana, pesawat luar angkasa itu tampak bergeming seolah tidak ada hal yang bisa menggoyahkannya. Kendaraan raksasa itu tampak seperti mengamati, masih belum melakukan apa-apa terhadap target yang ada di bawah sana, seolah sengaja mempermainkan dua manusia itu.

Sekitar satu menit berlalu setelah ledakan terjadi, Siyeon dan SuA masih merasakan sakit pada diri mereka, keduanya belum pulih sepenuhnya tapi mereka sudah bisa berdiri dengan baik. Keduanya mengamati keadaan sekitar sana sambil memasang penjagaan untuk bersiap menerima serangan yang siap dilancarkan oleh pesawat itu suatu waktu.

“Kekuatan destruktifnya tidak besar, itu tidak menghancurkan bangunannya.” Siyeon memandang daerah bekas ledakan sebelumnya terjadi, tampak tidak banyak daerah yang rusak.

“Jika dilihat dari gaya mereka, sepertinya target mereka sudah berubah. Mereka menargetkan kita.”

“Aku tidak akan menyangkal, apalagi kita terlalu banyak meninggalkan jejak.”

“Ya, dan sepertinya ledakan sebelumnya sudah memberitahu mereka keberadaan kita.”

“Sepertinya kamu benar. Cepat sekali mereka menemukan keberadaan kita, tanpa menggunakan pelacak pula.” Siyeon membalas dengan nada sarkasme yang jelas. Ia agak kesal karena sesuatu yang mereka hadapi tidak sebanding, apalagi ditambah dengan keadaan tubuh mereka yang sedang tidak bisa digunakan untuk bertarung.

“Kamu siap?” tanya SuA setelah jeda beberapa detik.

“Tentu, kita akan melakukannya sampai mati.”

“Itu terdengar mengerikan memang, tapi sepertinya ini menjadi akhir kita.”

“Huh, padahal aku ingin melihat pulau langit.” Siyeon agak mengeluh karena mereka akan berakhir di sini. Padahal keduanya memiliki tempat yang ingin dituju.

“Ya, aku juga.” SuA membalas, ia tersenyum masam.

“Mereka menjatuhkan sesuatu.” Siyeon menunjuk ke arah bagian bawah pesawat yang tampak menjatuhkan benda berbentuk bulat berukuran besar. Jumlahnya hanya beberapa belas saja, meski begitu hal tersebut bukan menjadi alasan untuk mereka menurunkan kewaspadaan.

“Itu aneh, kenapa mereka tidak menembakkan laser atau alat pemusnah semacamnya?” tanya Siyeon yang agak heran dengan pesawat yang tampak seperti sedang mempermainkan mereka.

“Sepertinya tujuan mereka adalah untuk mendapatkan kita hidup-hidup.” SuA membalas dengan terkaan, atau mungkin asumsi setelah mendapatkan ledakan suara yang seharusnya melumpuhkan mereka untuk beberapa jam lamanya.

“Lalu apa yang mereka jatuhkan?” Tiba-tiba saja benda-benda yang dijatuhkan meledak melepaskan benda-benda berukuran kecil dalam jumlah yang banyak.

“Entahlah, yang pasti aku tidak suka dengan ini.” SuA memandang benda-benda yang jatuh kini tampak melayang beberapa puluh meter dari permukaan tanah, bahkan ada yang jatuh di dekat Siyeon dan SuA. Sedetik kemudian, Siyeon dan SuA segera melompat turun ke daerah yang bersih tanpa adanya lumpur, gerakan mereka terjadi disusul dengan ledakan semua benda yang dijatuhkan oleh pesawat itu.

“Itu meledak. Hati-hati.”

Dari ledakan itu, banyak benda yang terlempar menyebar ke seluruh daerah. Benda-benda yang tersebar itu segera melayang di udara seolah seluruh daerah sana tanpa gravitasi. Siyeon dan SuA dikelilingi oleh benda berukuran kecil sebesar kelereng berwarna merah, semuanya melayang di sekitar sana.

“Apa ini?” tanya Siyeon.

“Entahlah, yang terpenting jangan menyentuh benda itu, jangan bergerak juga. Aku takut jika ini adalah alat pelacak gerakan atau lebih buruk lagi.” SuA segera memperingatkan Siyeon sehingga keduanya berhenti bergerak di sana, Siyeon mematuhi perkataan SuA. Saat itulah tiba-tiba tanpa sengaja satu ranjau membentur dinding sebuah bangunan secara tidak sengaja, hal tersebut segera saja menciptakan ledakan besar yang memicu bola kelereng lain ikut meledak. Lima sampai sepuluh ledakan segera tercipta di sana.

Siyeon dan SuA memandang kejadian itu dengan agak terkejut. Setelah menyaksikan ledakan itu, SuA langsung dapat menyimpulkan mengenai benda macam apa yang saat ini mengelilingi mereka.

“Ini ... ini adalah ranjau udara.” SuA segera mengatakannya pada Siyeon.

“Ranjau udara?” tanya Siyeon penuh keterkejutan. “Yang benar saja, kenapa mereka berukuran kecil? Terlebih bagaimana bisa jumlahnya sebanyak ini?”

“Ya, ini versi yang berbeda, kemungkinannya jelas jika benda ini melacak gerakan.”

“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Siyeon, keduanya sama sekali tidak bergerak dikarenakan ranjau-ranjau itu mendeteksi gerakan, saat ada sesuatu yang bergerak maka ranjau akan terbang mendekatinya sebelum meledakkan diri setelah berada dalam radius target yang bergerak.

“Hanya tetap jangan bergerak sampai aku memikirkan sesuatu.” SuA menjawab pertanyaan Siyeon.

“Aku harap kamu tidak berpikir terlalu lama sampai seharian, karena aku tidak akan kuat berdiri selama itu.” Siyeon agak tersenyum, ia serius dan bercanda dalam waktu yang sama.

“Candaan yang bagus, aku yakin kamu bisa berdiri tanpa bergerak sekitar satu minggu lebih.”

“Aku takut jika aku mengatakan itu, kamu membiarkan kita terus dalam keadaan seperti ini selama satu minggu atau lebih.”

“Kabar baiknya itu bukan rencanaku.”

“Baguslah, jadi apa yang akan kita lakukan? Aku tidak nyaman berbicara tanpa menggerakkan bibir dan rahang seperti ini.” Siyeon membalas lagi, keduanya memang berbicara tanpa banyak menggerakkan bibir dan rahang. Tentunya melakukan itu memiliki rasa yang tidak nyaman bagi mereka. Sementara keduanya masih kaku seperti patung, semua ranjau udara itu bergeming di tempat mereka berada.

“Yah, rasanya aneh, tapi kita tidak tahu seberapa besar gerakan yang mereka deteksi, maksudku jika sampai ke gerakan terkecil, kita yang bernapas saja pasti sudah terpindai sebagai gerakan bukan?” SuA membalas sambil berspekulasi.

“Ya, tentu. Lalu?”

“Mungkin jika kita bergerak sedikit, kita tidak terlacak.”

“Aku yakin itu leluconmu, kita tidak punya ruang di sini untuk bergerak, terkena sedikit saja benda ini bisa meledak.” Siyeon memberi isyarat dengan matanya jika jarak antar ranjau tampak sangat berdekatan, tidak lebih dari sejengkal sehingga ruang bagi mereka untuk bergerak benar-benar tidak ada. Lagi pula siapa yang ingin bergerak sedikit demi sedikit seperti seekor siput? Radius ranjau mungkin lebih dari setengah kilometer, itu hanya membuang waktu.

“Ini belum menjadi masalah terburuk, belum ada robot yang mendekati kita.” Tidak lama setelah SuA berbicara, tiba-tiba beberapa unit robot diturunkan dari pesawat luar angkasa yang bergeming di atas sana. Tentu saja Siyeon dan SuA dapat melihat unit-unit robot itu diturunkan.

“Apa yang kamu katakan barusan?” tanya Siyeon setelah melihat para robot mendekat menuju ke arah mereka.

“Oh lupakan, aku menarik kata-kataku.” SuA membalas dengan nada yang kecut.

“Sudah dapat ide?” tanya Siyeon lagi. SuA tidak langsung menjawab, ia tampak mempertimbangkan terlebih dulu sebelum mengatakannya pada Siyeon. Siyeon sendiri bersabar menunggu jawaban.

“Sebenarnya ada, kupikir ini mungkin ide gila.” SuA akhirnya menjawab.

“Kalau begitu ayo kita dengar seberapa gila ide kamu. Kita perlu melakukan sesuatu sebelum para robot itu datang.”

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang