90 - Sakit

188 31 51
                                    

Yoohyeon berdiri paling belakang, ia memunggungi JiU dan Gahyeon dengan posisi yang berdiri, katana sudah ia masukkan kembali ke dalam sarungnya. Rambutnya berkibar terkena terpaan angin yang agak kencang.

Saat ini ia sedang mengingat keadaan  sebelumnya di mana ada sosok pria lain yang memiliki kemampuan berbeda dan bisa dikatakan cukup menyusahkan, belum diketahui seberapa banyak jumlah kloning yang mampu pria itu ciptakan.

Yang menjadikannya aneh dan agak bingung adalah, bagaimana cara pria itu melakukannya? Seharusnya, semakin banyak kekuatan yang digunakan, semakin besar juga yang terkuras, sama halnya dengan ia yang jika bertarung semakin serius dan bergerak semakin cepat, maka energi yang ada di dalam tubuhnya akan semakin cepat terkuras.

Sementara pria ini, untuk memuat satu kloning seharusnya sudah cukup mengonsumsi energi, dan ini, kloning yang dihasilkan malah memiliki jumlah yang banyak. Tentu saja ini benar-benar membingungkan dan membuatnya bertanya-tanya.

“Apa mungkin lelaki itu memiliki cadangan energi? Jika iya, maka kami harus memilikinya, saat ini aku dan bocah cengeng itu mungkin saja tak akan bertahan lebih lama lagi. Hanya ada satu cairan energi tersisa dan aku mungkin sudah kekurangan tenaga lebih dari setengahnya.” Yoohyeon bergelut dalam pemikirannya sampai tak memedulikan jika Gahyeon yang berada di belakangnya sedang menangisi drone yang diledakkan olehnya secara sengaja meski itu dilakukan dengan terpaksa.

JiU tampak masih menghibur dirinya meski ia beberapa kali meringis karena rasa sakitnya.

Yoohyeon kemudian mengenyahkan segala pemikiran itu, memutuskan untuk melakukan interogasi pada lelaki yang saat ini berwujud monster besar, ukurannya cukup besar untuk menampung mereka di punggung makhluk ini.

Gadis cantik itu kini mengalihkan perhatiannya pada langit yang tampak dipenuhi oleh awan, awan-awan di atas sana benar-benar tebal dan memiliki warna abu-abu gelap, sepertinya hujan akan segera turun.

“Langitnya, gelap? Bagaimana bisa? Padahal kemarin matahari memiliki suhu yang luar biasa panas.” Ia bicara dalam benaknya. Keadaan sekitar tak membuat dirinya terganggu sama sekali, saat ini ia tampak sedang tak peduli terhadap sekitarnya.

Kembali membahas langit, dari atas sini, semua daerah tampak terlihat dengan jelas, seluruh langit terlihat begitu abu-abu karena tertutupi kapas tebal yang mengandung air sangat banyak, bagusnya beberapa detik lagi segera turun hujan.

Waktu yang seharusnya menunjukkan mendekati tengah hari, kini situasinya tak dapat ditafsirkan. Apalagi tak ada yang memiliki jam sebagai pengukur waktu, hanya matahari saja yang menjadi patokan bagi mereka untuk mengetahui seberapa lama waktu sudah berlalu.

“Kau baik-baik saja?” tanya Yoohyeon, ia berbalik lalu memandang ke arah JiU, ekspresinya datar saja ketika melontarkan pertanyaan itu, benar-benar tak ada emosi khusus. Mendengar pertanyaan itu, JiU menoleh lalu tersenyum pada Yoohyeon.

“Siapa? Aku?” tanyanya yang seperti ingin memastikan bahwa Yoohyeon sedang bicara padanya, Yoohyeon hanya mengangguk singkat.

“Oh. Aku hanya mengalami disposisi sendi saja, aku bisa mereposisinya nanti agar....” Tak menunggu JiU selesai bicara, Yoohyeon kemudian berjongkok lalu meraih bahu kanan gadis itu lalu memijitnya dengan kasar.

“Aaaahhh!” Sontak saja itu membuat JiU berteriak sangat keras hingga membuat Gahyeon merasa tuli, ia bahkan sampai menghentikan tangisnya lalu menoleh pada JiU.

“Sakit, sakit.” JiU mengerang lalu mulai mengeluarkan air mata karena tak kuat menahan sakitnya.

“Berisik, aku tahu cara menangani ini.” Yoohyeon mendorong bagian ujung sendi.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang