138 - Mencari Energi Panas

113 24 8
                                    

138 – Mencari Energi Panas

Handong yang terjebak di bawah perlahan naik ke permukaan dengan bantuan air yang memenuhi daerah sana. Malam sudah tiba.

Gahyeon sangat ketakutan saat menyadari jika napas yang tidak ada dan detak jantung yang sangat melemah pada diri JiU menjadi pertanda jika usia gadis itu sudah hampir habis. JiU akan segera tewas dikarenakan dirinya yang kekurangan energi.

Yoohyeon tidak perlu memeriksa keadaannya, dari jaraknga berdiri saja ia sudah melihat seberapa parah keadaan JiU saat ini. Bisa dibilang JiU memang berada dalam keadaan koma selama beberapa jam, jika tidak ada penanganan lebih lanjut padanya maka ia akan segera meninggal.

“Api biasa tidak memiliki energi panas yang cukup. Itu alasan mengapa api ini tidak bisa membantunya.” Yoohyeon berbicara dalam benaknya, pasang mata tertuju pada kobaran api kecil lalu beralih pada JiU.

Gahyeon dan Yoohyeon berada dalam pikiran yang kalut dan panik, keduanya sedang berusaha mencari cara terbaik untuk memberikan JiU energi panas. Sayang sekali sejauh apa pun mereka berpikir, tidak ada energi panas yang cukup untuk membuat tubuh JiU dapat menyerapnya.

“Berpikir seperti ini tidak ada gunanya. Dia bisa mati kapan saja.”  Yoohyeon bergumam pelan, ia mengenyahkan segala pemikiran yang tidak kunjung menjadi solusi yang tepat untuk situasi ini.

“Kita hanya memerlukan api yang besar saja bukan? Dengan begitu dia bisa menyerap energinya.” Yoohyeon tidak bertanya pada siapa pun, ia bicara pada dirinya sendiri saat menarik kesimpulan.

“Kakak, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Gahyeon pelan.

“Apa saja, aku akan mencari cara untuk mendapatkan api. Berdiam diri seperti ini sama sekali tidak ada gunanya.” Yoohyeon membalas. Ia mendapatkan beberapa pilihan untuk mendapatkan api, salah satunya adalah menemukan monster atau menemukan Yeosang yang sudah pergi sejak tadi siang.

Tentu saja Yeosang bisa berubah menjadi monster dengan tubuh berlapis api atau monster yang setidaknya memiliki kemampuan untuk menghasilkan api. Terlepas dari itu, ia harus menemukan monster hidup lalu menangkapnya, opsi ini bukan pilihan karena akan terlalu sulit dilakukan. Hal lainnya adalah, ia harus menemukan energi panas lain dalam bentuk apa pun yang mungkin bisa diserap oleh tubuh JiU.

“Kakak, kamu yakin akan baik-baik saja? Di luar sana pasti cuacanya jauh lebih dingin. Suhu air hujan saat siang dan saat malam benar-benar berbeda.” Gahyeon segera mengingatkan jika suhu di luar sana pastinya berbeda.

“Suhu dingin tak memengaruhiku. Aku harus melakukan sesuatu jika kau tak mau dia mati.” Yoohyeon segera berjalan menuju ke arah di mana sepatunya dirinya tinggalkan dekat api, tak peduli sepatu itu masih basah atau telah kering, ia segera mengenakannya kembali. Yoohyeon memakai sepatunya sambil membungkuk membelakangi Gahyeon.

“Tapi aku khawatir denganmu.”

“Khawatirkan dirimu sendiri, tanpaku, hanya ada kalian saja, musuh bisa kapan saja muncul.”

“Tapi ....”

“Kita memerlukannya, dia bisa membuat energi untuk tubuh kita. Tanpanya, lambat laun kita akan mati juga.” Yoohyeon menyela ucapan Gahyeon, ia selesai memakai kedua sepatunya, pandangannya kembali tertuju ke arah Gahyeon.

Gahyeon tahu jika apa yang Yoohyeon katakan adalah kebenaran. Lagi pula, ia tidak terlalu memedulikan soal energi, yang ia pedulikan adalah JiU sendiri. Ia tidak ingin JiU pergi sedini ini, mereka bahkan belum lama kenal, mana mungkin kebersamaan mereka hanya berlangsung sesaat saja.

“Kalau begitu berhati-hatilah dan sesegera mungkin kembali. Aku akan menjaganya dengan nyawaku di sini, aku janji aku tidak akan membiarkannya terluka.”

Yoohyeon tidak menanggapi, ia hanya menyampirkan katananya ke punggung lalu berjalan pergi meninggalkan mereka. Gahyeon yang sudah mulai terbiasa diabaikan oleh Yoohyeon tampak tak terganggu dengan tak adanya tanggapan darinya. Gahyeon memandang sendu JiU yang memejamkan mata pada pahanya, dengan cahaya api yang temaram, ia bisa melihat jika warna pucat memenuhi wajah gadis cantik yang selalu tersenyum dan memasang ekspresi wajah penuh kepolosan yang murni.

“Sejak tadi kakak menahan diri untuk tetap sadar. Kami tidak menyadari dan tidak ingat sama sekali jika sumber energi utama kakak adalah energi panas. Aku sudah menjadi adik yang buruk.”

“Bertahanlah, sebentar lagi kami akan memberimu energi panas.”

Yoohyeon berlari menuju ke arah jendela, ia langsung berhenti di depan jendela tanpa kaca itu, kaki kanannya terangkat menginjak bagian bawah jendela. Angin dingin yang terasa berasal dari kutub es segera berembus kencang membuat baju putih Yoohyeon bergerak-gerak dan rambut panjang hitamnya yang digerai berkibar liar.

Seperti yang dirinya katakan sebelumnya, suhu dingin sama sekali tidak memengaruhinya, hal seperti ini juga sempat menjadi pertanyaan baginya. Suhu tubuhnya selalu dingin dan ia sendiri tak bisa merasakan yang namanya suhu. Sedingin apa pun suhu, rasanya sama saja, tidak ada kedinginan yang dapat dirinya rasakan.

Pasang mata gadis cantik itu tertuju ke arah daratan di mana seluruh kota sudah tampak seperti sungai berukuran raksasa di mana air mengalir melalui sela-sela bangunan yang masih berdiri. Ketinggian air memang tidak setinggi sebelumnya ketika pertama kali gelombang air mengamuk, paling tinggi saat ini air hanya sekitar satu meter saja, yang kuat saat ini adalah arusnya.

Jika Yoohyeon memperkirakan, aliran air yang sebesar ini masih mampu menghanyutkan benda seberat mobil, kekuatan arusnya tidak bisa diabaikan begitu saja. Di sekitar sana memiliki sebagian besar bangunan yang masih berdiri dengan kuat tanpa terganggu oleh aliran air yang kuat.

“Bagaimana caranya aku menemukan binatang monster pada cuaca dan keadaan lingkungan seperti ini? Walau aku melakukan pencarian selamanya, keadaan ini akan memberi kendala luar biasa. Aku tidak akan pernah menemukan binatang-binatang monster. Terlebih makhluk yang bertipe api.” Hanya dengan melihat keadaan daerah ini saja, Yoohyeon sudah tahu jika mencari binatang monster adalah sesuatu yang bisa dikatakan mustahil. Andai ada binatang monster di sekitar sini, maka mereka sudahlah hanyut diterjang gelombang air yang beberapa waktu lalu menyerang.

Yoohyeon juga tidak bisa membelah tanah sedalam mungkin untuk mengeluarkan magma di dalam perut bumi. Alasan pertama, kedalaman magma pasti sulit dijangkau, sekalipun Yoohyeon menggunakan kekuatannya sampai menguras energi lagi. Alasan kedua adalah belum tentu kota ini memiliki magma di bawah tanah sana. Alasan yang lain, yang paling utama, seluruh daratan dipenuhi oleh air banjir, meski magma tidak akan padam karena memiliki suhu jauh lebih tinggi dari suhu air, tapi jika magmanya terendam, itu adalah hal yang percuma, ia tidak bisa menenggelamkan JiU agar tubuhnya bisa menyerap panas dari magma.

“Aku akan memikirkan cara lain. Semoga saja ada sesuatu yang kupikirkan selama perjalanan.” Yoohyeon akhirnya melompat dari sana membuat hujan deras kembali mengguyur tubuhnya. Tubuh ramping itu terjun bebas menuju ke arah air yang mengalir deras itu, hanya sekitar dua detik lamanya ia melayang jatuh sebelum kakinya menekan dinding bangunan itu, menggunakannya sebagai tumpuan untuk meloncat ke atas menuju ke arah bangunan lain yang memiliki tinggi sekitar empat lantai.

Hujan tidak sederas sebelumnya, pemandangan kota tampak terlihat cukup jelas sehingga meski suasana gelap malam, Yoohyeon masih mampu melihat seluruh pemandangan yang terpampang di seluruh kota. Sesekali petir diselimuti oleh guntur menyambar.

Setelah beberapa lama berlalu, Yoohyeon yang mengabaikan suara gemuruh dari langit merasa baru menyadari jika suara guntur ternyata jauh lebih keras dari yang dirinya perkirakan. Sepertinya karena kepanikan yang melanda, JiU dan Gahyeon juga tak memedulikan suara guntur yang selalu menakuti mereka.

Di tengah hujan yang deras itu, pasang mata Yoohyeon memandang keadaan sekitar. Meski arus air terlihat cukup deras, tapi sepertinya belum ada tanda-tanda banjir akan surut.

***

Kalian lebih suka aku up beberapa bab sekaligus atau cicil satu bab perhari?
Soalnya nih, kadang dalam sehari aku bisa ngetik sekitar tiga bab, tapi besoknya gak mood nulis, kadang gak mood nulis sampai seminggu.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang