NB : Sambil baca cerita, dengerin and nonton manusia serigala nyanyi. Suaranya bikin kelepek-kelepek gak kuat. 😍😍😍😋***
Gahyeon bingung dan tak tahu harus melakukan apa selama ia diseret seperti itu. Maka ia mengepang rambutnya sambil menghitung jumlah simpul yang telah dibuatnya, namun hitungannya jelas berantakan dan melantur.
"Dua pukul tujuh, tiga belas, delapan, empat puluh. Emmm... Kakak, setelah dua belas itu berapa?" Ia menengadah mengajukan pertanyaan pada si penyeret badannya. Tapi ia tak mendapati balasan apa-apa, maka ia hanya memanyunkan bibir dan lanjut mengerjakan apa yang tangannya lakukan.
Setelah selesai, ia bingung dengan ujung kepangan, dengan apa ia harus mengikatnya?
Ia mencari-cari di balik saku pada setiap bagian dari pakaian yang dikenakannya, tapi tak menemukan apa-apa.
"Ah, tidak ada. Kakak, apa kau punya tali?" tanya Gahyeon, tapi lagi-lagi ia terabaikan.
Gahyeon tak meyerah kali ini, ia menepuk-nepuk tangan yang mencengkeram bagian jaketnya. Yoohyeon menoleh seolah baru disadarkan. Tampaknya selama ini Yoohyeon sedang melamun.
"Apa?" tanya Yoohyeon singkat, ia hanya sekilas menoleh ke arah Gahyeon.
"Tali, aku butuh tali untuk mengikat rambutku."
"Tak ada."
"Kau bahkan belum memeriksa."
"Aku tak memiliki tali apa pun." Yoohyeon menjawab dengan singkatnya.
"Bagaimana dengan apa yang ada di balik pakaianmu? Bukannya ada tali di dalam sana? Tali yang mengikat ...."
Yoohyeon mendengus keras dan mengedikkan tubuh sedikit, katana bersarung yang tergantung pada punggungnya mengayun sedikit dan langsung membentur kening Gahyeon.
"Aw, kakak kau sengaja melakukan ini kan?" tanyanya sambil mengerang pelan. Tatapannya mengernyit sesaat.
"Ya."
"Kau kasar."
"Hentikan ocehanmu dan diam saja."
Gahyeon hanya mampu mendengus sebal dan mengusap-usap keningnya yang sakit.
"Kakak, kau melamunkan sesuatu? Kulihat kau tak menanggapiku sejak tadi." Akhirnya Gahyeon melontarkan hal yang mengganggunya, hal ini terjadi sejak hari kemarin setelah mereka berada di dalam kapal selam yang saat ini sudah menjadi puing dikarenakan bom rakitan Gahyeon yang kelewat ampuh karena bisa menghasilkan ledakan yang dahsyat.
"Aku sudah biasa mengabaikan ocehan tak bergunamu." Balasan dari Yoohyeon jelas tampak coba mengelak, sepertinya ia tahu apa yang dimaksudkan lawan bicaranya, tapi dia sengaja mengelak.
"Aku tahu, tapi ini beda. Ada sesuatu yang kau pikirkan bukan?" tukas Gahyeon, ia ingin tahu apa yang mengganggu wanita yang ia anggap sebagai kakaknya itu.
"Tidak." Yoohyeon menjawab teramat singkat.
"Ayolah, aku adikmu. Kau bisa berbagi padaku."
"Jangan mengklaim seenaknya. Aku tak mau punya adik pendek, berisi, padat, manja, terlalu banyak mengoceh.... "
"Cerdas, pintar, lucu, polos, menggemaskan dan imut, jangan lewatkan itu juga." Gahyeon menyela dengan pujian untuknya sendiri. Yoohyeon memandang ke arahnya, tapi ia hanya memasang tampang sok imutnya. Tersenyum semanis mungkin.
"Intinya, aku tak sudi memiliki adik sepertimu."
"Kau bercanda. Aku tahu itu."
"Aku serius."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...