152 – Di Dalam Ruangan Gelap
Karena senjatanya bukan senter atau lampu, itu hanya memberikan keremangan saja, tidak cukup untuk menerangi keadaan sekitar. Meski begitu, hal ini sudah cukup daripada tidak ada cahaya sama sekali. Handong berjalan secara perlahan memasuki daerah sana. Lantainya seperti terbuat dari bahan beton, tapi ia yakin jika itu lebih dari sekadar beton saja.
Handong memandang sekitar, sayang sekali jarak pandangnya tidak lebih dari satu meter saja dikarenakan keterbatasan cahaya yang membantunya untuk melihat, di luar dari radius cahaya sarung tangannya, Handong hanya melihat kegelapan saja.
“Ini menyebalkan, aku memerlukan saklar lampu. Aku perlu mengetahui apa yang ada di sini.” Handong mulai merasa kesal dikarenakan tempat yang dirinya masuki sekarang masih saja gelap. Untungnya ia tidak merasakan adanya kehidupan makhluk hidup di sekitar sini, bahkan tanda-tanda nya tak tampak. Akan sangat merepotkan bertarung di tempat gelap, tak terkecuali bagi Handong.
Setelah beberapa detik lamanya berlalu Handong yang sedang melangkah dengan bosan dan kesal tiba-tiba saja menabrak dinding kaca, dikarenakan ia berjalan santai, benturan yang dirinya dapatkan tidak terasa apa-apa.
“Ini ... kaca?” tanyanya sambil menyentuh dinding berdebu tembus pandang itu. Handong tampak tak peduli mengenai tiba-tiba terdapat dinding kaca di hadapannya, tanpa memikirkan apa-apa ia langsung menendang dinding kaca tersebut. Dengan kekuatannya, benda seperti kaca jelaslah bukan sesuatu yang sulit untuk dihancurkan. Satu tendangan ringan saja sudah langsung membuat dinding kaca itu hancur lebur dan suara pecahannya membuyarkan keheningan yang melanda sekitar sana.
“Mudah sekali, tidak sekuat seperti yang kupikirkan.” Handong menginjak pecahan kaca itu lalu berjalan masuk ke balik dinding kaca.
Handong lanjut berjalan lurus, ia masih belum menemukan apa-apa sebelum sekitar dua meter dari dinding kaca, ia menemukan potongan tubuh yang terbaring di atas benda seperti brankar, hanya saja bentuk dan model brankar itu jauh lebih modern dan bergerak otomatis jika masih berfungsi.
Sosok tubuh itu sendiri bukan tubuh manusia atau makhluk hidup lainnya, itu adalah kerangka atau bentuk robot yang belum selesai dibuat. Handong yang merasa penasaran segera saja mendekat ke arah sana. Bentuk robot yang saat ini dirinya lihat memiliki banyak mekanisme tubuh dan unsur-unsur bagiannya yang cukup banyak. Handong yang tidak paham dengan sistem mesin seperti ini hanya memandang tanpa peduli, tidak menaruh perhatian khusus.
“Ini adalah jenis robot yang berbeda dari yang kulawan. Komponen-komponennya jauh lebih banyak dan bagian luarnya jauh lebih padat.” Handong mengetukkan jarinya pada kerangka luar dan kulit robot itu, bunyi ketukan itu terdengar sangat jelas.
Handong beralih ke arah sisi lain, ia berjalan menuju ke arah sisi kirinya lalu di sana terdapat kaca lagi. Kali ini ia tidak menghancurkan dinding kaca lagi, tapi ia berjalan ke arah sekeliling dinding sambil mendorong dinding kaca dengan tenaga sekuatnya.
Perlu waktu sekitar dua menit lebih baginya untuk menyusuri seluruh ruangan berdinding kaca itu, tidak ada jalan keluar selain dinding kaca yang dirinya buat sebelumnya.
“Sepertinya ini tempat tanpa pintu, dinding ini sengaja dibuat seperti kurungan sehingga tidak ada pintunya.” Handong berasumsi setelah ia mengelilingi daerah itu, ia kemudian mendongak ke arah atas. Ia mengarahkan kedua tangannya ke atas agar sinar dari garis-garis tribal pada sarung tangannya dapat menyinari bagian atas sana.
Setelah mendapat penerangan yang minim, Handong melihat jika di sana terdapat mesim robot yang sepertinya berfungsi untuk mengolah dan merangkai robot yang terletak tepat di bawahnya.
“Jika seperti ini, maka tinggal kuhancurkan saja.” Handong segera menurunkan tangannya, ia mengambil ancang-ancang lalu meloncat setinggi mungkin hingga lantai pijakannya memiliki kerusakan. Handong meluncur lurus ke atas lalu melepaskan pukulan keras menghancurkan perangkat robot itu beserta langit-langit yang memiliki banyak kabel dan semacamnya.
Pukulan yang menghantam telak itu segera saja merusak segalanya, langit-langit langsung runtuh sementara Handong melesat melewati langit-langit. Ia tiba di lantai atas di mana itu adalah daerah luas yang kosong.
“Sudah kuduga ini tembus ke tempat lain, tapi aku tidak menyangka jika ada ruangan lainnya.” Handong bersiap menghancurkan langit-langit lagi, kali ini ia tidak berbasa-basi untuk memeriksa apa yang ada di sekitar sana. Karena yang kali ini memiliki jarak agak jauh dan udaranya agak sumpek, Handong langsung mengalirkan kekuatannya pada pukulan.
Saat itulah cahaya dari sarung tangannya menyinari tangga yang tidak jauh berada di sana. Tangga itu tampak menuju ke arah atas. Handong langsung saja mengurungkan niatnya.
“Yah, kalau ada tangga, kenapa harus merusak segalanya? Siapa tahu lapisan atas adalah sarang kotoran monster.” Handong sedikit berpikir, ia menahan diri atau lebih tepatnya menahan keinginannya untuk menghancurkan segala hal yang ada dj sekitar sana.
Ia tidak tahu apa yang ada di atas ruang bawah tanah ini, bagus jika di atas sana adalah lahan kosong, tapi itu akan menjadi masalah baginya jika di permukaan sana ada yang mengisi, apa pun itu tidak menutup kemungkinan akan menimpanya jika ia memaksa untuk melakukan kerusakan di sini.
Ia tidak takut tertimpa, kekuatannya bisa menahan timpaan benda dengan berat puluhan sampai ratusan kilo, hanya saja mungkin apa yang ada di atas sana malah akan mengubur atau memerangkapnya di sana untuk lebih lama lagi. Handong tidak ingin hal tersebut terjadi, sudah cukup baginya terperangkap di bawah tanah tanpa cahaya selama beberapa jam ini.
Handong menaiki tangga dengan cara berlari sehingga tidak memerlukan waktu lama baginya untuk menemukan pintu yang mengarah ke atas tertutup rapat.
“Ini jalan keluarnya.” Handong coba mendorong pintu itu, tapi tidak ada gerakan sama sekali.
“Lebih baik kuhancurkan saja, itu tidak akan membahayakanku. Memang apa yang akan terjadi padaku jika aku membuat lubang kecil di sini.”
Pada akhirnya Handong tetap saja menggunakan kekuatannya. Berbeda dengan langit-langit yang kemungkinan di atasnya memiliki sesuatu yang bisa membahayakannya, apa pun yang ada di balik pintu tidak akan terlalu bahaya. Lagi pula ia hanya akan membuat lubang berukuran kecil, tidak akan sampai membuat langit-langit hancur sepenuhnya dan apa yang ada di atasnya sampai amblas.
Ketika ia bersiap-siap mengambil ancang-ancang, tiba-tiba saja ada getaran di atas sana.
“Sepertinya ada pertarungan di atas sana. Waktunya mencoba kekuatanku dengan makhluk yang lebih kuat lagi.” Handong tersenyum menyeringai. Pikirannya yang menginginkan bertarung dengan lawan kuat segera muncul kembali. Ketika ia akan melepaskan serangan, tiba-tiba saja terdapat sebuah ledakan yang menggetarkan daerah sana. Handong terlempar kembali ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...