123 - Menghindari Drone dan Robot

100 21 7
                                    

123 – Menghindari Drone dan Robot.


SuA memejamkan matanya, ia merasa kesakitan pada bahunya, tapi rasa sakit itu perlahan mulai memudar, rasa sakit dan panas pada lukanya berangsur lenyap. Saat ia membuka matanya, ia melihat Siyeon yang berbalik memunggungi dirinya.

“Aku akan kembali setelah membawa barang-barangmu, juga senjataku.” Siyeon memandang keadaan sekitar. Saat itu SuA hendak memanggilnya, tapi Siyeon sudah telanjur pergi dari sana.

“Dia malah pergi, uh ini di mana ya?” SuA memandang keadaan sekitar, ia berhenti untuk berniat memanggil Siyeon. Dari kalimat yang gadis itu ucapkan, ia hanya akan pergi untuk mengambil senjata mereka saja, pasti itu tidak akan lama.

Pasang matanya masih menyisir keadaan sekitar, SuA sadar jika di sana adalah sebuah caffe yang sudah terlantar dan berantakan, tapi sofa yang menjadi tempatnya berbaring cukup bersih dan baik. SuA segera mengubah posisinya menjadi duduk, ia beranjak dengan mudahnya, sama sekali tak tampak jika dirinya telah mendapatkan cedera.

SuA menyadari itu juga, tubuhnya tidak terasa sakit sama sekali, semua bagian tubuhnya tidak ada yang terasa sakit dan linu, bahkan lubang laser pada bahunya sudah tak terasa sakit lagi. Merasa pnasaran dengan itu, SuA menoleh ke arah bahunya dan mendapati jika di sana sudah tidak terdapat lubang atau luka apa pun, yang ada hanya jaket berlubang yang memamerkan kulitnya saja, sama sekali tidak ada jejak bekas luka.

SuA segera membuka jaketnya untuk memastikan jika apa yang dilihatnya benar. Saat jaket sudah terbuka, ia melihat jika pada bahunya memang tidak ada luka apa pun, ia sudah pulih dngan waktu yang terbilang lumayan cepat. Tangannya menyentuh bekas tembakan itu, yang ia rasakan tidak ada rasa sakit sama sekali.

“Ini sudah sembuh sepenuhnya.” SuA agak terkejut karena mendapati lukanya sudah pulih. “Tapi bagaimana bisa?” tanyanya dengan heran. Ia tidak mengonsumsi cairan energi yang harusnya memulihkan segalanya, termasuk cedera parah.

Ketika merasa kebingungan dengan keadaan nya yang tiba-tiba sudah sembuh sempurna, SuA menangkap suara yang menurutnya bukan sesuatu yang bagus. Merasa dengan suara itu, SuA segera beranjak lalu berjalan menuju ke arah jendela. Saat itulah pasang matanya mendapati jika di atas langit sana tampak banyak pesawat luar angkasa yang terbang mendekat ke arah mereka.

“Apa-apaan itu, bagaimana bisa banyak pesawat yang datang ke sini?” tanya SuA dengan nada yang terkejut bercampur panik.

“Aku harus menolong Siyeon, ini berbahaya untuknya.” SuA berbalik lalu memandang sekitar, pasang matanya mencari tas yang Siyeon tinggalkan bersamanya. Benda itu tampak tergeletak di samping tempat ia sebelumnya berbaring.

SuA segera saja berjalan ke arah sofa lalu meraih tas tersebut. Saat ia mengangkat tas, tiba-tiba sebuah pistol dan bola bulat bercahaya biru terjatuh ke lantai, sepertinya Siyeon tak menaruh benda-benda itu dengan baik hingga membuatnya terjatuh ke lantai. Karena benda itu bulat sempurna seperti bola, itu langsung menggelinding menjauh.

“Bola itu.” SuA menyampirkan tas pada punggung kirinya lalu meraih pistol, setelah itu ia berjalan mengikuti kepergian benda bulat biru tersebut.

Hanya beberapa langkah saja, SuA tiba di tempat bola itu berada, warna birunya tampak menyala.

“Ini ... jangan-jangan bola ini yang pesawat-pesawat itu cari, bahaya jika ini sampai memancarkan sinyal, aku dan Siyeon bisa berada dalam bahaya.” SuA segera memungut benda itu lalu memasukkannya ke dalam tas lagi dengan hati-hati, ia menyelipkan benda itu di antara senjata.

Setelah menyimpan bola, SuA segera berjalan dengan langkah yang cepat menuju ke arah belakang caffe itu, ia pergi menuju gudang penyimpanan barang. Di tempat itu tidak ada apa-apa, ruangan ini kosong, tidak ada tempat untuk menyembunyikan barang. Suara pesawat sudah ada di atasnya, SuA yakin jika sebentar lagi akan ada pasukan yang menggeledah.

“Huh, tidak ada cara lain.” SuA menaruh tas itu, ia mengeluarkan dua pistol lalu memasang peredam. Tangannya bekerja dengan gesit ketika melakukan itu, ia sudah ahli dan berpengalaman mengenai senjata api. SuA tak lupa mengeluarkan beberapa granat sebagai senjata tambahan.

SuA segera berdiri lalu berjalan pergi setelah mengantongi granat dan pada masing-masing tangan sudah memegang pistol yang telah dilengkapi dengan peredam.

“Waktunya bertarung, meski ini sebanrnya sangat menyebalkan.” SuA mengeluh sambil berjalan meninggalkan tas itu.

“Harusnya kami melewati kota ini dengan baik dan selamat, tapi tiba-tiba ada peperangan antar robot, lalu sekarang banyak sekali pesawat yang mendekat. Benar-benar sial sekali kami hari ini.” Ketika SuA kembali ke ruang utama, hujan sudah turun, dari kejauhan SuA melihat jika banyak unit robot dan drone yang melakukan penyisiran di daerah ledakan.

SuA segera bersembunyi di samping jendela lalu mengintip sesaat ke arah luar sana, hujan yang deras membuatnya tidak mampu melihat keadaan dengan jelas, hanya saja garis besarnya sudah dirinya dapatkan.

“Mereka sama persis dengan robot berukuran besar yang tadi, apa mungkin ini adalah pasukan bantuan? Tapi bagaimana bisa mereka terlambat datang? Selain itu jumlahnya juga banyak.” Saat SuA bergumam pelan, tiba-tiba ada sebuah drone putih yang melayang masuk melalui jendela, benda itu bergerak secara perlahan tepat di samping telinga SuA.

Drone yang berada dalam keadaan basah segera memindai ruangan tersebut, SuA segera saja waspada, tapi ia tidak langsung mengangkat senjata, justru sebaliknya, ia memasukkan pistol ke dalam saku lalu diam-diam ia bergerak.

SuA berbalik arah dan betapa terkejutnya ia saat tepat di hadapannya, sebuah drone bulat tengah melayang tanpa bergerak. Arah lensanya ada di depan sehingga SuA tidak langsung terdeteksi, ia juga tak mengeluarkan suara sehingga dirinya masih aman. Tapi tiba-tiba saja drone itu bergerak ke arahnya, sontak saja SuA merunduk lalu berjungkir balik ke arah depan, ia merangkak menuju ke belakang sofa.

Gerakannya benar-benar tepat karena sedetik kemudian drone yang satunya memindai ke arah di mana ia berada sebelumnya. Seolah itu tidak cukup menyulitkan SuA, dari pintu segera saja masuk satu unit robot besar yang bentuknya sama persis seperti robot yang menghadapi robot ramping sebelumnya.

“Sialan, ini semakin menyulitkanku saja.” SuA mengumpat dalam benaknya, ia merangkak menuju ke arah sisi lain, tapi saat itulah sekitar satu meter di atas lantai, satu drone sedang melakukan pemindaian.

“Yang benar saja.” SuA memandang ke sekeliling lalu mundur, ia melihat sebuah meja tinggi di dekat sana, lalu di atas terdapat lampu gantung yang berukuran besar. SuA juga melihat jika robot itu hendak menoleh ke arahnya, SuA merunduk sesaat untuk menghidari tertangkapnya ia oleh si robot.

Sosok drone tadi bergerak memindai ke arah di mana SuA berada, yaitu menuju ke belakang sebuah sofa, tapi di sana SuA sudah tidak ada. Gadis cantik itu sudah berpindah tempat, ia sudah bergelantungan di atas lampu gantung. Dengan mudah, ia bisa melompat setinggi dua meter sehingga untuk berada di atas sana ia tak perlu apa-apa untuk menjadi batu loncatan.

SuA mengaitkan kakinya lalu membuat badannya menggantung terbalik, kedua tangannya meraih dua pistol yang sejak tadi sudah siap untuk digunakan. Ia menunggu momen yang tepat untuk melepaskan tembakan sebelum membuat para drone dan robot yang lain malah terpancing dengan suaranya.

SuA sadar jika ia melepaskan tembakan sekarang, maka yang ada di luar sana akan berlari masuk lalu dirinya segera ditemukan. Robot kedua tak lama masuk setelah SuA berada dalam posisi siap bertarung.

“Sialan, kenapa tidak sekalian saja sepuluh atau dua puluh saja yang masuk. Bahkan aku belum membuat rencana, yang lainnya malah sudah datang.” SuA mengumpat dalam benaknya. Ia kesal karena kedatangan satu unit robot lainnya. Sementara robot pertama dan drone sudah masuk menjelajah ke dalam sana, hanya menunggu waktu sebelum tasnya ditemukan.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang