162 - Mengumpankan Diri?

99 27 7
                                    

162 – Mengumpankan Diri?

JiU tampak bagaikan mayat yang memang menjadi santapan monster itu, ia terkulai lemas dalam keadaan tengkurap saat Dami terakhir melihatnya sebelum monster yang membawanya masuk ke dalam air. Tentu saja Dami tidak mau terjun ke dalam air kotor untuk mengejar monster itu, sebagai gantinya ia memiliki ide yang menurutnya lebih baik dari pada harus mengejar.

Dami memutar tombaknya, ia mengalirkan energi dingin dari batu meteor pada senjatanya. Ia mengangkat senjata itu hingga posisinya sejajar dengan kepalanya, ujung tajam tombak di arahkan ke depan. Secara perlahan seluruh bagian tombak mengeluarkan asap atau uap yang menandakan jika suhu benda itu sudah berkurang drastis.

Setelah uap dingin keluar dari seluruh tombak, Dami melemparkan tombaknya ke arah di mana monster itu masuk ke dalam air, lesatan tombak sangat cepat. Tombaknya sudah tiba ke titik target dalam waktu sedetik saja.

Senjata itu tidak tenggelam ke dalam air, melainkan tertancap di atas sana karena seluruh air dalam radius sepuluh meter mendadak membeku menjadi bongkahan es, tentu saja air tidak membeku pada bagian permukaan, tapi perubahan suhu itu juga berlaku ke dalamnya sehingga Dami yakin jika monster yang membawa JiU harusnya terkena efek pembekuan. Perubahan sifat benda itu berlangsung sangat cepat, energi dan suhu dari tombak membuat air berubah menjadi es dalam waktu sekejap saja.

“Bagus, jika perkiraanku tepat, seharusnya aku juga membekukan monsternya....” Belum selesai Dami berbicara, Gahyeon menabraknya dari belakang sehingga keduanya langsung terjerembap tersungkur ke arah depan dalam keadaan tengkurap, Gahyeon sendiri menindih tubuh Dami. Tentu saja hal tersebut membuat Dami kesal bukan main, padahal kedatangannya ke sini adalah untuk membantu, bukan melakukan hal semacam ini.

“Kau ... Kau!” Dami dibuat sangat kesal oleh Gahyeon. Tapi saat ini bukan waktunya untuk melampiaskannya karena para monster lain di belakang sudah tiba dan keduanya yang berada dalam posisi seperti itu jelas merupakan sasaran empuk untuk dibabat habis dengan sekali serang.

“Ya ampun, maaf aku tak sengaja menindih ka ....”

“Menyingkir!”

“Ahhhh!” Belum selesai Gahyeon berbicara, Dami mendorong gadis itu dari atas tubuhnya dengan agak kuat sehingga membuatnya terlempar sekitar lima meter jauhnya. Sementara ia sendiri bersalto ke belakang bersamaan ketika monster-monster itu mendarat tepat di tempat ia mendarat.

“Mereka datang!” Gahyeon yang masih berada dalam keadaan duduk setelah didorong oleh Dami malah berdiam diri sambil berteriak histeris melihat kedatangan lima ekor monster yang tampak lapar dan liar itu.

“Bocah, kau keluarkan wanita itu di dalam es, gunakan tombakku. Biar kuhabisi para monster sialan itu!” Dami segera memberi perintah saat melihat kedatangan para monster itu.

“Mana bisa aku melakukan itu? Aku akan kabur saja.” Gahyeon langsung beranjak berdiri kemudian berlari menjauh dari sana. Tentu saja perbuatannya membuat Dami menjatuhkan rahang tak percaya, ia benar-benar dibuat kesal oleh Gahyeon.

“Apa? Kau ... kau ....” Dami menjadi darah tinggi karena perilaku Gahyeon. Tapi yang terjadi berikutnya adalah Gahyeon menarik semua perhatian enam monster itu. Kejadian itu membuat Dami menekan kekesalannya lalu ia langsung mengambil kesempatan yang dibuka untuknya.

Dami segera berlari menuju ke tempat tombaknya berada. Dalam sekejap saja oa sudah meraih tombaknya, perhatiannya ditujukan pada Gahyeon yang berlari sambil berteriak histeris, benar-benar perilaku yang terlalu kekanakan dan polos.

Dami ingin mengomentari perilaku Gahyeon, tapi ia tahu jika ini bukan waktu yang tepat. Maka setelah membidik dan mengarahkan mata tombak pada target, ia langsung melemparkan tombaknya hingga menusuk salah satu monster.

“Tepat sasaran.” Dami tidak berhenti di situ, ia mengalihkan perhatiannya dari para monster menuju pada bongkahan es tepat di bawah kakinya. Dengan pukulannya, Dami memecahkan es yang tampak padat itu, es yang hancur tidak sebatas pada permukaan saja,tapi itu juga membelah bagian dalam.
Meski kekuatan pukulannya tidak sekuat pukulan Handong, sebagai manusia hasil percobaan yang berhasil ia memiliki kekuatan fisik dan daya tahan yang jauh lebih baik dari manusia biasa.

Setelah berhasil memecah dan menghancurkan es, ia mengangkat potongan es dengan besar lebih dari satu meter kemudian melemparkan bongkahan es ke arah monster lain. Di bawah sana terdapat tubuh monster yang sudah membeku di mana tubuh JiU masih berada pada mulutnya, monster itu sudah tewas karena suhu es membekukannya.

“Baguslah, ternyata monsternya berhasil kubekukan.” Tanpa membuang waktu, Dami langsung mengeluarkan monster yang membeku bersama tubuh JiU di tempat bekas bongkahan yang tadi dirinya angkat. Tombaknya ia gerakan untuk mengeksekusi satu persatu monster yang malah berbalik mengejar ke arahnya ketimbang terus mengejar Gahyeon.

Keenam monster itu tamat dalam waktu singkat dengan satu monster yang tubuhnya hancur tertimpa bongkahan es dan sisanya memiliki tubuh yang berlubang akibat serangan tombak. Tombak Dami sendiri tertancap dengan sendirinya di dekat Dami sementara si pemilik memeriksa keadaan JiU yang dibiarkan terlentang di atas reruntuhan bangunan.

“Huh, aku benar-benar lelah. Ya ampun, aku hampir mati dikejar monster.” Gahyeon berjalan sempoyongan dengan napas yang terengah-engah. Ia tampak memaksakan diri mendekat ke arah Dami dan JiU.

“Kau berpikir juga ternyata. Kupikir dirimu tidak mau ambil risiko dengan mengumpankan diri.”

“Mengumpankan apanya? Aku memang berniat kabur sungguhan. Siapa kira semua manusia ikan itu malah mengejarku!” Gahyeon menyangkal dengan nada agak berteriak sambil menunjuk ke arah kumpulan mayat monster itu meski ia masih mengarah pada Dami. Mendengar penuturan itu, Dami langsung berbalik menoleh pada Gahyeon.

“Apa?” tanyanya tak percaya. Siapa sangka jika Gahyeon yang memang berbicara jujur itu malah dikejar oleh para monster sehingga Dami memiliki kesempatan untuk membebaskan JiU dari dalam es dan menyerang para monster dari jarak jauh.

“Menyebalkan! Mengapa sejak tadi aku dikejar terus oleh manusia ikan itu!” Gahyeon tampak sangat kesal, karena kesalnya, ia langsung mengentakkan kakinyaーyang mana itu adalah kesalahan yang dirinya buat.

“Aw, aw, aw, kaki aku, kaki aku.” Gahyeon langsung duduk memegangi kakinya yang terasa amat sakit. Dami hanya memandang datar terhadap apa yang dilakukan Gahyeon.

“Dia bodoh. Apa ukuran otaknya terlalu kecil?” tanya Dami dalam benaknya.

“Kaki aku sakit! Huaaaa!” Gahyeon langsung menangis saat itu juga, sementara Dami memeriksa keadaan JiU. Meski ia bukan ahlinya dalam hal ini, ia masih bisa membedakan mana tubuh bernyawa dan tubuh yang sudah menjadi mayat. Saat ini yang dirinya dapatkan jelas adalah mayat, tidak ada tanda-tanda kehidupan dari tubuh JiU. Ia merasakan jika seluruh fungsi tubuh dalamnya sudah berhenti bekerja sepenuhnya, meski sebenarnya Dami merasa aneh karena tubuh JiU belum kaku seperti layaknya mayat yang sudah beberapa lama dibiarkan. Terlebih sebelumnya tubuh JiU juga sempat terjebak di dalam es bersama monster yang sekarang sudah tidak bernyawa, hal ini rasanya agak janggal dan mengundang pertanyaan.

“Kau yakin dia sebelumnya hidup? Maksudku, perempuan ini adalah mayat sekarang.” Dami tiba-tiba buka suara setelah selesai memeriksa. Gahyeon yang mendengar itu segera bangkit lalu berjalan dengan pincang mendekat ke arah mereka.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang