Oke, berbeda dari penulis lain, aku jarang minta inilah itulah ke pembaca, malah dalam karya ini, aku lebih sering cuap gaje dan ngeluh.😅
Sesekali harusnya aku minta sesuatu biar kayak author lain, soalnya kalau kalian ngerasa nyaman dan suka banget dengan bacaan kalian, biasanya berujung ke lupa komen and vote.
Jadi ya, untuk kali ini, aku minta bantuannya buat bully dan hina karya ini sepuasnya 😅(gak gitu oey!). Oke, canda, aku mudah ngedown, jadi jangan bully aku. Kalau Gahyeon yang ngebully sih gapapa ya, atau diteriaki mamih sua juga boleh.(Apaan sih)
Yang kuminta dari kalian cuma bantu share aja, karena mungkin aja banyak InSomnia yang suka baca cerita tapi males mampir karena liat tema dan genre cerita ini, bahkan males lanjut baca pas buka bab 1.
Atau mungkin di luar sana ada InSomnia yang bukan pembaca novel, tapi butuh hiburan, kali aja karyaku sesuai dengan selera mereka.
Terima kasih sebelumnya and selamat membaca. Btw seminggu lagi kita akan tiba di bab 200 ya. 😍 Aku hiatus aja ya, sebulan biar ngulur waktu. 😂😋
***
193 – Mind Controller
Luka yang Yoohyeon dan Dami dapatkan ketika mereka bertabrakan bukan apa-apa, mereka sudah tidak merasakannya lagi. Hanya saja kepala merekaーatau tepatnya otak merekaーagak mendapat efek samping atas apa yang JiU perbuat secara tidak sadar. Keduanya tidak ingin dekat-dekat dengan JiU yang bisa menyerang pikiran mereka dengan mudah seperti sebelumnya. Itulah yang menjadikan mereka pergi begitu saja, tidak berminat lagi bertarung, bahkan Yoohyeon sudah tidak peduli dengan keadaan JiU dan mengapa bisa gadis itu tiba-tiba bangun dengan kekuatannya yang bangkit juga.
“Kenapa mereka malah pergi? Adik, apa maksudnya ini?” JiU melontarkan pertanyaan itu sambil berulang kali menoleh ke arah Dami dan Yoohyeon secara bergantian dengan ritme yang agak cepat sehingga rambut panjang merahnya berayun-ayun.
“Aku juga tidak tahu.”
“Ini membuatku pusing.” JiU memegangi kepalanya, ia masih saja bergantian melihat punggung Yoohyeon dan Dami.
“Kakak berhenti menoleh berulang kali seperti itu, itu yang membuatmu pusing.”
“Oh, kamu benar.” JiU tersenyum sambil menghentikan gerakannya, ia baru sadar jika itu yang membuatnya pusing.
“Kalian berdua, tunggu dulu! Apa yang terjadi? Kenapa kalian malah pergi?!” Gahyeon berteriak pada Yoohyeon dan Dami. Sontak saja keduanya berhenti lalu menoleh pada Gahyeon.
“Aku tidak mau dekat-dekat dengannya.” Dami menunjuk JiU.
“Aku? Kenapa memangnya? Aku tidak jahat.” JiU menunjuk dirinya sendiri dengan bingung.
“Kau, bisa menyerang pikiran.” Yoohyeon tidak menyembunyikan apa yang terjadi.
“Apa?!” JiU dan Gahyeon berseru secara bersamaan menanggapi pernyataan itu.
“Kau bisa membunuh orang di sekitarmu dengan itu, jadi menjauhlah dari makhluk hidup.” Yoohyeon menyambung, setelah itu ia melanjutkan langkah mereka meninggalkan keduanya.
“Kalian jangan pergi dulu, jelaskan yang benar padaku!” Gahyeon berteriak karena merasa kurang paham.
“Dia mengendalikan pikiran kami barusan, itulah yang terjadi.” Dami bicara dengan tegas.
“Mengendalikan pikiran? Ah jika seperti itu, maka semuanya masuk akal sekarang. Itu dia alasan yang membuat kakak bisa menjinakkan seekor monster sekalipun.” Gahyeon malah tampak baru menemukan jawaban yang selama ini dia cari. Ia menoleh pada JiU lalu meraih kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...