191 – Bertemu Kembali
Gahyeon paham jika Dami tidak ingin lebih banyak terbuka lalu mengatakan mengenai dirinya. Maka dari itu ia tidak memaksa, sebagai gantinya ia memilih berhenti bicara dengan Dami lalu beralih kembali pada JiU.
“Kakak, menurutmu, kakak es pergi sejauh mana?’ tanya Gahyeon, keduanya berjalan secara bersebelahan.
“Entahlah, lalu kenapa kamu yakin jika dia pergi ke arah sini?” JiU balas bertanya. Sejak awal mereka tidak menentukan ke arah mana kemungkinan Yoohyeon pergi, mereka hanya mengikuti langkah Gahyeon tanpa ada yang bertanya.
“Aku menyaksikan kepergiannya, dia pergi ke arah sini.”
“Oh, aku paham.” Setelah itu, percakapan di antara mereka segera terhenti. Langit mulai cerah, awan-awan hitam yang sejak kemarin memenuhi langit, kini sudah tidak tampak lagi. Langit biru menjadi pemandangan di atas sana, setelah beberapa hari lamanya, akhirnya langit menampakkan diri lagi.
Sementara di daratan, salju putih sudah memenuhi seluruh daratan, gundukan-gundukan salju yang tampak tak normal dan terlalu tinggi bisa disimpulkan jika itu adalah reruntuhan yang tertimbun salju.
Meski langit tampak cerah, matahari masih terhalangi oleh awan yang sebagian masih menggumpal di sisi timur, hal itu membuat sinar matahari belum turun ke daratan.
“Dingin, rasanya dengan suhu seperti ini aku ingin hibernasi lagi.” JiU bergumam. Ketika angin tidak berembus dan langit cerah, tampak jelas jika mereka mengeluarkan asap putih dari mulut saat berbicara.
“Kakak, jangan lakukan itu, aku tidak mau kau tidur lagi.” Gahyeon langsung meraih siku kiri JiU. Ia merengek seperti anak kecil yang manja.
“Kenapa?” tanya JiU sambil menoleh memandang wajahnya.
“Karena aku akan kesepian.”
“Manisnya.” JiU tersenyum melihat gelagat Gahyeon, ia langsung mencubit pipi Gahyeon dengan gemas.
“Dan aku tidak punya teman untuk berbagi suhu dingin ini. Aku tidak mau kedinginan sendirian, tidak seru.” Gahyeon menurunkan tangan JiU dari pipinya secara pelan.
“Adik, kamu menyebalkan.”
“Terima kasih, aku memang lucu dan imut.” Gahyeon mengangkat kedua tangan mengacungkan dua jari di depan wajah dengan dua tangannya.
“Oh ya? Aku akan menangkapmu.”
“Ayo tangkap aku.” Keduanya kemudian berlarian di atas tumpukan salju. Untungnya seluruh lantai es penuh dengan salju sehingga mereka tidak terpeleset.
“Kupikir mereka kedinginan, tapi kulihat saat ini mereka tampak menikmatinya.” Dami hanya memandangi perilaku keduanya. Saat ini mereka sudah tidak terlalu memikirkan dan mengeluhkan mengenai suhu yang dingin. Meski tidak dapat dimungkiri jika kulit Gahyeon sudah pucat, berbeda dengan JiU yang memiliki darah panas, Gahyeon memiliki tubuh yang sangat normal sehingga ia tidak bisa menghalau suhu dingin.
Tampak jika keduanya berlari di atas tumpukan salju yang bertebaran. Di sekitar sini hanya dataran luas yang pasti sebelumnya adalah banjir bandang yang menggenang seluruh kota. Ada bagusnya suhu turun, mereka menjadi punya jalan untuk dipijak.
Dami berjalan santai ketika tangan kananya memanggul tombak, ia memandang keadaan sekitar yang tampak sunyi, rasanya tidak akan bahaya dalam radius yang terlalu dekat, tapi siapa yang tahu, keadaan buruk bisa muncul kapan saja.
“Aku menyerah, aku lelah berlari.” Setelah berlari selama beberapa menit lamanya, Gahyeon langsung angkat tangan yang langsung disambar oleh JiU sehingga keduanya saling berpelukan.
“Oh, kakak, kau menaikkan suhu tubuhmu?” tanya Gahyeon yang merasa jika tubuh JiU hangat, tubuh JiU sehangat orang yang sedang demam, suhu itu benar-benar membuatnya nyaman karena rasa dingin yang menyerangnya sejak tadi lenyap seketika.
“Ya, kita bisa mati jika tidak seperti ini. Aku lihat kamu juga sudah sangat kedinginan.” JiU tidak melepaskan pelukan, ia hanya melonggarkan pelukannya agar ia bisa berbicara di hadapan wajah Gahyeon.
“Tapi ...”
“Tidak apa-apa, berjalanlah di dekatku. Kamu akan hangat.” JiU menyela, ia tampak sangat perhatian pada Gahyeon.
“Masalahnya, aku tidak bisa berjalan mundur.” Gahyeon tersenyum polos. Keadaan mereka saling berpelukan, secara otomatis jika JiU berjalan maju, Gahyeon harus mundur.
“Kalau begitu, aku saja yang berjalan mundur.” JiU hendak membalik posisi mereka, ia berniat mengalah sehingga ia yang akan berjalan mundur untuk Gahyeon. Dan tampaknya ia salah mengartikan maksud ucapan Gahyeon.
“Kakak, bukan itu maksudku, kita tidak bisa berjalan sambil berpelukan.”
“Ah, benar juga.” JiU melepas pelukannya, ia kemudian merangkul bahu Gahyeon. “Bagaimana jika seperti ini?”
“Ini jauh lebih baik.” Gahyeon tersenyum, tapi tiba-tiba JiU membawanya berjalan mundur bersama.
“Kakak! Untuk apa kita berdua malah berjalan mundur?!”
“Ahahaha! Aku bercanda.”
Baru saja beberapa puluh meter dari bangunan yang mereka tinggalkan, dari kejauhan tampak Yoohyeon sedang melompati satu bangunan ke bangunan lain, ia sedang bergerak cepat menuju ke arah mereka. Tentu saja yang menyadari kedatangannya hanyalah Dami, Gahyeon dan JiU sedang asyik bercanda ria sehingga tidak menyadari situasi.
“Oh, cepat sekali tugasku selesai.” Dami bertolak pinggang. Karena tugasnya hanya sampai membuat mereka bertemu, maka secara tidak langsung Dami sudah menuntaskan tugasnya tanpa melakukan banyak hal.
Sementara di sisi Yoohyeon, ketika hujan salju sudah berhenti, ia secepat mungkin kembali. Keadaan yang sangat dingin membuat ia ingin bergegas ingin memastikan kondisi JiU. Tapi ketika ia dalam perjalanan, ia malah melihat Gahyeon dan JiU sedang bersama dengan Dami, tentu ia masih mengingat siapa Dami, pertemuan terakhir mereka jelas belum lama terjadi dan itu tidak akan mudah dilupakan begitu saja.
Yoohyeon yang melihat Dami bersama dengan Gahyeon dan JiU langsung salah mengartikan. Ia mengira jika Dami sedang menawan keduanya untuk menuntaskan apa yang terjadi saat terakhir kali mereka bertemu.
“Wanita itu lagi.” Yoohyeon bergumam pelan. Jaraknya saat ini dengan mereka masih agak jauh, maka dari itu ia segera mempercepat langkahnya. Beberapa detik kemudian, ia merasa jika dari jarak ini, Dami sudah cukup dekat, jaraknya sudah berada dalam jangkauannya.
Dengan satu entakan kaki yang kuat pada sebuah bangunan, Yoohyeon melesat lalu menabrak Dami dengan tendangannya. Gahyeon dan JiU yang tidak menyadari kemunculan Yoohyeon tentu saja langsung terkejut luar biasa. Sementara Dami yang sudah melihatnya langsung menyambut serangan dengan tombaknya, ia menggunakan senjata itu sebagai pelindungnya.
Hasilnya adalah, Gahyeon dan JiU langsung terlempar karena efek benturan serangan Yoohyeon, sementara Dami masih berada di tempatnya, hanya saja lantai es yang menjadi pijakannya sudah memiliki cekungan dan retakan besar, kedua kakinya amblas. Yoohyeon berdiri di hadapan Dami dengan satu kaki menekan tombak Dami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)
Science FictionIni cerita fanfiction ya, buat yang gak suka, mungkin boleh lihat-lihat dulu, siapa tahu jadi penasaran lalu bisa tertarik dan berakhir suka. Cerita mengandung humor, mohon maklumi kalau ada hal-hal yang konyol dan candaan tak sesuai kondisi, sengaj...