26 - Mengeluarkan Peluru

307 52 53
                                    

Siyeon dan SuA sudah sampai ke tempat yang mereka tuju, di sana banyak air yang dingin dan tempatnya cukup bersih. Tak diketahui tempat macam apa itu, yang jelas itu adalah lokasi yang sangat layak untuk digunakan beristirahat oleh mereka berdua, terhindar dari noda dan cuaca, terhindar dari monster yang bisa muncul menyerang kapan saja.

Keadaan hening, hanya napas dan desahan mereka yang terdengar di dalam tempat tersebut. Tak satu pun dari mereka berbicara selama beberapa detik lamanya.

Di sana seperti ruang bawah tanah, tapi tampak terang dengan bebatuan yang ada di bawah air, tampungan air itu sendiri seperti sebuah kolam dengan luas seperti kolam renang pribadi pada umumnya. Bentuk bebatuan di dasar air hampir bulat dan memiliki permukaan halus, warna biru terang membuat kolam seperti memiliki lampu neon.

Di bibir kolam ada bebatuan yang ukurannya jak lebih besar dari kepalan tangan, bebatuan di sekeliling kolam tak menyala seperti yang ada di dasar kolam, lalu tak jauh di sana juga ada tempat untuk berbaring, seperti sofa tapi itu bukan sofa. Di sana SuA membaringkan Siyeon, hanya ada cahaya dari lilin yang entah bagaimana mereka dapatkan, itu sebagai penerangan mereka karena posisi keduanya cukup jauh dari kolam air.

"Oke, sepertinya di sini baik-baik saja." SuA menurunkan tubuh semua barang bawaannya. Siyeon sendiri membuka jaketnya lalu menyibak lengan baju agar tangan yang terkena peluru dapat terekspose. Ia tak peduli dengan keadaan sekitar dan tak menunggu instruksi dari SuA, Siyeon hanya ingin segera mengeluarkan peluru itu dari dalam dagingnya. Setiap detik membiarkan peluru itu bersarang di dalam tangannya malah membuat lukanya terasa semakin panas, perih dan sangat menyakitkan.

"Apa kita akan melakukannya?" tanya SuA saat menatap ke arah Siyeon. Sejenak mereka saling berpandangan.

"Tentu saja, ini perbuatanmu, kau harus bertanggungjawab. Aku juga sudah tak tahan lagi." Siyeon agak mendesis sebal menahan erangan, ia kesal pada gadis yang ada di hadapannya karena masih bertanya. SuA yang telah menembaknya, sengaja atau tak sengaja, dia yang menjadi pelakunya.

Mendengar kalimat tuduhan itu, SuA tak menyangkalnya, ia malah tampak memasang ekspresi agak bersalah.

"Maaf, kau terlalu cepat sehingga aku tak bisa.... "

"Cepat lakukan, aku tak bisa menahannya lebih lama lagi." Siyeon menyela dengan agak membentak. Entah apa yang terkandung pada peluru tersebut, yang jelas, peluru di dalam dagingnya terus-menerus memberikan rasa sakit, panas dan perih tak tertahankan seolah peluru tersebut tercipta untuk membuat korban menderita.

"Apa harus di sini?" tanya SuA, ia agak ragu dan takut-takut tempat ini tak aman. Untuk mengurus luka, di pelukan tempat yang bersih dan steril. Selain SuA memikirkan kondisi itu, ia khawatir para alien atau monster mirip dengan kumpulan makhluk yang baru saja mereka lawan malah bermunculan.

"Ini cukup bersih, tak akan apa-apa."

"Oke. Ayo kita lakukan, kau siap?" tanya SuA, ia sadar bahwa dirinya tak perlu mengkhawatirkan hal lain dulu, peluru perlu segera dikeluarkan. Siyeon mengangguk singkat menanggapi pertanyaan tersebut. SuA segera melepaskan jaket juga kausnya sendiri, ia merasa gerah sendiri.

SuA segera bekerja, ia memulai dan hal yang pertama ia lakukan adalah menarik tangan Siyeon dan mengelusnya. Pasang matanya mengamati lubang luka tembakan itu, menafsirkan seberapa dalam peluru tertanam memasuki daging.

"Ini akan sakit," ucapnya pelan memberi peringatan sebelum semua dimulai, sesaat pandangannya tertuju pada wajah Siyeon. Siyeon terengah pelan, ia menahan sakit yang semakin menjadi-jadi saja.

"Aku bisa menahannya, lakukan saja." Siyeon membalas dengan agak mendesah, desahan yang menahan rasa sakit.

Tatapan SuA beralih dari wajah Siyeon menuju lubang kecil dan sempit yang tak tertutupi apa-apa itu. Ia segera mendekatkan tangan kanan ke arah sana. Lubang yang dihasilkan oleh pelurunya memiliki diameter yang relatif kecil dan harusnya tak membahayakan nyawa. Sayangnya peluru itu mengandung bahan berbahaya.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang