Part 2

6.9K 228 2
                                        

Alfandy

Sengaja aku mengiyakan saja permintaan papa dan mama. Daripada harus mencari-cari lagi perempuan diluar sana untuk dinikahi. Sepertinya juga ini perempuan baik-baik dan tidak neko.

"Saya mau bicara sama bapak" Ucap perempuan itu saat aku baru hendak naik ke motorku.

"Kenapa?" Tanyaku malas.

"Kenapa bapak main ambil keputusan sendiri? Ini menyangkut masa depan saya pak" Ucapnya.

"Eh bentar, kamu manggil saya bapak? Saya bukan bapak kamu ya" Ucapku padanya.

"Ya terus saya harus manggil apa?? Oom?" Makin ngelunjak aja ni bocah.

"Panggil kakak atau abang kek. Saya gak tua-tua amat ya" Ucapku padanya.

Dia hanya memasang wajah tak perduli.

"Jadi intinya sekarang saya minta bapak dan orang tua bapak jangan lagi datang ke sini. Saya gak mau menikah dengan bapak, dan saya gak mau ketemu dengan bapak lagi. Sekian, wassalamu'alaikum" Dia langsung kembali masuk ke dalam kontraknya.

Cewek aneh. Seandainya elu tau gua ini incaran cewek-cewek cakep, mampus lu.

Aku tidak menghiraukan perempuan itu lagi dan langsung mengendarai motorku menuju pulang.

Ara Pov

Astaghfirullah! Bagaimana bisa aku sebentar lagi mau dinikahkan sama orang yang bahkan aku baru kenal tadi. Kenapa bisa sih aku pingsan disana? Kenapa juga tuh laki sok pahlawan nolongin, kan jadi gini urusannya.

"Udahlah Ra, mungkin ini udah jodoh kamu. Kamu mau Ra, kalau misal kamu nanti dicap cewek yang kotor karena mereka berpikiran kamu udah diapa-apain sama cowok tadi?" Ucap Ria yang memang malam ini menginap disini.

"Ya aku gak ngapa-ngapain juga toh sama dia. Mau dicek keperawanan juga aku berani, wong aku gak ngapa-ngapain. Tuh cowok lagi pake nge iyain ucapan bapaknya" Kesalku.

"Udah jodoh kamu Ra. InsyaAllah kamu nanti coba sholat istikharah dan tahajud. Minta petunjuk dari Allah SWT. Apa benar ini jodoh terbaik kamu atau bukan? Nanti Allah SWT. yang akan memutuskan. Kamu hanya bisa berdoa saja Ra" Nasehat Ria padaku.

Sebenarnya ada benarnya nasehat Ria. Kalau lah betul ini adalah jodohku, maka nanti pernikahan ku dengannya akan lancar. Tapi kalau bukan, maka pernikahan kami tidak akan berlangsung lama.

"Udah tidur yuk besok masuk pagi nih aku" Ajak Ria.

"Aku minggu ini libur haha" Jawabku sedikit mengajaknya bercanda.

"Ah kamu, udah tidur jangan ganggu aku ya" Kemudian Ria membalik badannya menghadap tembok.

3 bulan kemudian

Sudah 3 bulan sejak kejadian itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengan laki-laki itu. Aku merasa lega karena sepertinya dia sudah berubah pikiran dan tidak jadi menikahiku.

"Assalamualaikum, permisi saya mau ketemu salah satu karyawan disini boleh? Aku sayup-sayup mendengar suara seorang mencari seseorang.

"Ara! Sini" Panggil temanku yang dibagian pelayanan depan.

"Iya kenapa?" Tanyaku.

"Ini orangnya Bu, silakan" Temanku kemudian pergi ke set roti yang lain.

"Boleh saya bicara?" Ucap ibu ini.

"Iya Bu, boleh" Jawabku.

Jujur aku seperti pernah melihat muka ibu ini, tapi aku lupa dimana.

"Kamu Almeera kan? Yang waktu itu sempat dikira hampir diperkosa anak saya?" Ucap ibu ini.

Nah, baru aku ingat kalau dia ini ibu laki-laki hari itu.

"Iya Bu saya Almeera. Tapi maaf ada apa ya Bu?" Tanyaku.

"Jadi gini Almeera, saya kesini itu mau ngasih tau ke kamu kalau kita sekeluarga malam ahad ini mau ke rumah kamu bertemu orang tua kamu. Kita mau membahas masalah pernikahan kalian" Jelasnya.

Mati aku, rupanya masih berlanjut pernikahan ini. Aku kira hening 3 bulan ini tidak jadi.

"Maaf ibu tapi saya sudah tidak memiliki kedua orang tua" Semoga dengan jawaban ini dia tidak jadi menikahkan anaknya denganku.

"Ya Allah. Maafin saya ya kalau membuat kamu teringat orang tuamu" Ucapnya.

Aku kaget kenapa dia malah jadi minta maaf gini.

"Gak papa Bu" Ucapku.

"Ya udah kalau gitu saya mau ketemu saudara orang tuamu saja, atau yang sekarang menjadi wali kamu" Ucapnya lagi.

"Maaf sekali lagi Bu. Tapi semua saudara saya menjauhi saya semenjak kedua orang tua saya tiada. Jadi bisa dikatakan saya sebatang kara saja sekarang" Ucapku sambil tersenyum agar tidak jadi cerita sedih.

"Astaghfirullah nak, malang bener nasib kamu. Kamu juga gak punya kakak atau adik?" Tanya nya lagi sambil sekarang memegang bahuku.

"Saya anak tunggal Bu" Jawabku.

Entah kenapa tiba-tiba ibu ini langsung memelukku dan mengusap punggungku.

"Yang sabar ya nak, nanti kalau kamu udah jadi menantu mama kamu akan punya keluarga yang utuh lagi" Ucapnya sambil masih memeluk dan mengusap punggungku.

Sekitar 5 menit dia memelukku dan kemudian dia melepaskan.

"Jadi begini saja, karena maaf ini ya kamu kan udah jadi sebatang kara, bagaimana kita percepat saja pernikahannya. Mama ingin kamu segera menjadi bagian dari keluarga kami" Tulis sekali ucapan ibu ini dan dia juga memanggil dirinya mama didepanku.

"Mau ya?" Ucapnya sekali lagi.

Aku tidak bisa menolak permintaan ibu ini. Dia terlalu baik untuk ditolak dan aku jujur nyaman dipeluknya tadi.

"InsyaAllah saya mau Bu, tapi izinkan saya dan anak ibu bertemu dulu sebelum menikah" Ucapku tegas.

"Alhamdulillah, nanti mama suruh Al nemuin kamu ya. Mama pamit dulu, nanti Al akan menemui kamu" Ucapnya kemudian pamit pergi.

Aku masih terduduk diam dikursi tadi. Masih tidak menyangka kalau aku akan dinikahkan dengan orang yang bahkan baru sekali ku temui selama hidup.

Pertemuan

Laki-laki ini tidak membuka mulutnya sama sekali sejak dia tiba disini. Aku pun juga canggung ingin memulai percakapan.

"Ngomong aja jangan bertele-tele" Ucapnya tiba-tiba.

"Saya bersedia menikah dengan bapak, tapi saya mau tanya bagaimana dengan bapak? Apa bapak terpaksa menikah dengan saya? Kalau iya, saya akan bicara dengan ibunya bapak agar membatalkan" Ucapku dengan sekali napas.

"Saya bersedia" Langsung dijawabnya.

Aku kaget mendengarnya. Kenapa bisa-bisanya dia menerima begitu saja.

"Kenapa bapak mau menikah dengan saya? Kita baru bertemu sekali pada malam itu, dan juga yang dikatakan warga juga tidak benar. Tapi kenapa bapak masih mau menikahi saya?" ucapku lagi dengan sekali napas karena aku gugup.

"Kita udah 2 kali bertemu dan saya juga sudah menyetujui menikah denganmu. Saya tidak akan merubah ucapan saya, jadi kamu harus menerima juga" Ucapnya santai.

"Tapi kita tidak saling mengenal pak. Apa bapak yakin saya wanita baik-baik?" Tanyaku lagi.

"Kalau kamu bukan wanita baik-baik pasti malam itu kamu sudah menggoda saya dan berpakaian minim. Secara kamu memiliki body yang sexy dan ya ada bagian menarik ditubuhmu yang seandainya kalau kamu perempuan murahan bisa kamu gunakan untuk menggoda saya malam itu" Aku kaget dengan perkataan dan pandangan matanya.

Buru-buru ku tutupi bagian dadaku didepannya.

"Tenang, saya tidak akan bermain kasar nantinya. Tapi saya pastikan kamu tidak akan bisa bangun setiap habis melayani saya" Dia mengatakan itu sambil berjalan pergi meninggalkanku yang masih mematung.

"Astaghfirullah. Mesum sekali ternyata laki-laki ini. Bagaimana ini ya Allah. Aku tidak mau menikah dengan laki-laki mesum seperti dia" ini Ucapku dalam hati sambil menatap punggung laki-laki itu.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang