Almeera Pov
Aku memblokir semua akses yang dia dapat menghubungi ku. Aku kesal dengan kebohongannya selama ini. Kalau saja dia jujur dari awal mungkin aku tak kan membencinya.
"Mama kenapa?" Arhan rupanya sudah memperhatikan ku dari tadi.
"Mama gak papa sayang" Aku menarik Arhan untuk duduk disampingku.
"Mama jangan nangis lah, kan kita udah jauh dari papa sama Tante Lampir" Ucapnya.
"Heh gak boleh ngomong gitu. Panggil Tante Erin ya jangan Tante Lampir" Ucapku.
Aku sebenarnya lucu aja anak-anak manggil Erin begitu, tapi tidak boleh dibiarin karena nanti jatuhnya gak sopan. Bagaimanapun Erin juga ibu tiri mereka.
"Mama abang mau main sepeda ya!" Teriak Arfan.
Kebiasaan baru Arfan dan Arhan adalah teriak-teriak dalam rumah. Berapa kalipun aku nasehatin mereka tetap melakukan lagi.
"Ajak Abang Arhan juga bang" Ucapku tapi tidak teriak agar mereka paham kalau dalam rumah tidak boleh teriak.
"Gih sana ikut abang main sepeda" Suruhku.
Arhan beranjak keluar mengikuti abangnya. Aku kembali memberesi rumah dan membersihkan barang-barang anak-anak yang tak terpakai tapi masih layak. Rencananya mau ku kasih ke anak-anak panti sama nanti ditambah beli juga yang baru.
"Assalamualaikum" Tiba-tiba nomor baru menghubungi ku.
"Waalaikumussalam, ini bener kamu Ra?" Tanya suara diseberang sana.
Aku tidak ingat ini suara siapa, suara Ria juga tidak mungkin dan gak mungkin nomor baru juga si Ria.
"Maaf ini siapa?" Tanyaku.
"Ini mba Ra" Ucapnya.
"Mba Arumi?" Tanyaku memastikan.
"Iya aku, kamu sekarang di mana? Ada hal penting yang mau mba kasih tau ke kamu" Mba Arumi.
"Aku udah pindah kota mba, aku gak bisa kasih tau aku di kota mana. Ada apa mba? Bisa dikasih tau lewat telepon ini aja mba" Jawabku.
"Ini menyangkut Alfandy dan Erin Ra. Erin udah lahiran beberapa hari yang lalu. Sekarang anaknya masih di inkubator karena lahirnya prematur. Terus kondisi Al sekarang semakin buruk Ra. Al depresi setelah mengetahui kebenaran tentang anak yang Erin lahirkan. Al selalu menyalahkan dirinya sendiri karena sudah berbuat salah ke kamu dan anak-anak. Al makin hari makin seperti orang tak punya tujuan hidup. Terlebih lagi setelah tau itu bukan anaknya dan Erin, Erin dia" Ucapan Mba Arumi terputus.
"Erin meninggal dunia sore kemaren Ra. Ini jasadnya sudah di bawa pulang ke rumah Al. Al sekarang tidak tau dimana keberadaannya. Mba takut dia buat hal nekat Ra. Kamu bisa pulang ke sini gak sebentar temui Al" Pinta Mba Arumi.
"Innalilahi wa innailaihi roji'un, aku turut berduka cita mba. Aku gak bisa janji mba untuk pulang dan menemui Mas Alfandy. Aku masih belum bisa melupakan pertanyaan Mas Alfandy terakhir kami bertemu mba" Jawabku.
Aku turut bersedih atas meninggalnya Erin, dia sebenarnya tidak jahat dan mungkin dia begitu karena takut Mas Alfandy bersamaku. Aku tau juga Erin orang baik, dia membiayai orangtua dan adik-adiknya.
"Mba mohon Ra, kemaren Alfandy sempat mau bunuh diri Ra. Dia merasa gagal menjadi ayah dan juga suami. Dia dulu gagal menjadi suami kamu dan ayah dari kembar, akibatnya kamu menghilang. Sekarang dia kembali merasa gagal menjadi suami untuk kedua kali karena Erin memiliki anak dari orang lain dan Erin meninggal dunia. Mba yang memohon ke kamu Ra, mama juga udah drop karena mikirin Al yang begitu" Mohon Mba Arumi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
General FictionMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.