Part 71

3.5K 146 12
                                    

Alfandy Pov

Apakah yang dihadapan ku ini nyata? Apa benar ini Almeera? Atau ini hanya halusinasi ku lagi.

"Aku nyata! Aku Almeera" Dia kembali mengatakan hal itu.

"Ayok duduk mas" Tangannya masih memegang tanganku dan membawaku ke meja makan.

"Aku Almeera dan aku nyata mas kamu gak halusinasi atau mimpi" Ucapnya.

"Kamu benar Almeera?" Tanya ku memastikan lagi.

"Aku Almeera Syakira, ibu dari Muhammad Arfandy Syarif dan Muhammad Arhandy Syarif, anak-anak kamu" Jawabnya.

"Iya benar mereka anak-anak aku" Tangisku.

Almeera mengakui kalau kembar anak-anakku. Sedih yang kurasa sepertinya hilang sementara mendengar penuturan Almeera.

"Udah ya kamu jangan menyalahkan diri kamu sendiri. Aku, Arfan, Arhan, Erin dan anaknya Erin tidak pernah kecewa sama kamu. Kamu itu suami dan ayah hebat untuk mereka" Dia masih memegang tanganmu.

Biasanya Almeera tidak mau disentuh kalau bukan muhrimnya. Tapi sekarang dia sendiri yang tak melepaskan tangannya dariku.

"Berhenti nyakiti diri kamu, anaknya Erin butuh kamu sebagai ayahnya. Dia tidak punya siapa-siapa kecuali kamu dan Sisi. Sisi pun gak akan bisa melindunginya karena diapun butuh perlindungan juga" Almeera menatap mataku.

"Aku gagal sebagai ayah, aku gagal sebagai kakak dan aku gagal sebagai suami. Erin meninggal karena pilihanku, aku meminta dokter menyelamatkan anak itu daripada Erin. Aku tidak tau kalau itu bukan anakku, aku juga menyia-nyiakan Sisi selama ini. Aku tidak tau dia sebenarnya butuh perhatian seorang kakak" Aku kembali ingin membenturkan kepalaku.

"Stop mas!" Almeera membentakku.

"Aku gagal dalam semua hal Al! Aku gagal!" Aku balik membentaknya.

"Terserah kamu mas" Dia menghempaskan tanganku dan pergi.

Aku menatap punggungnya dan dia tak sekalipun menoleh padaku. Aku membenturkan kepalaku ke meja dan ternyata ada gelas disana.

Brak

Mataku berkunang melihat banyak darah keluar dari dahiku. Meja seketika berlinang darah. Aku tidak merasakan apa-apa lagi dan aku pingsan.

Ketika bangun aku sudah berada di rumah sakit. Tanganku di infus dan kepalaku diperban. Ada makanan di samping tempat tidur dan ada tas perempuan juga di sana.

"Selamat pagi Pak Alfandy, bagaimana perasaannya pagi ini? Masih pusing kah?" Tanya dokter ini.

Aku kenal dengannya, itu artinya aku di rumah sakit tempatku bekerja. Dia kemudian membuka perbanku untuk dibersihkan dan ganti baru.

"Siapa yang bawa saya ke sini?" Tanyaku.

"Orangtua Pak Alfandy sama Bu Almeera" Jawabnya.

Dia memang kenal dengan Almeera karena rata-rata semua orang di rumah sakit ini kenal Almeera sebagai istriku bukan Erin.

"Di mana mereka?" Tanyaku.

"Orangtua bapak tadi pulang sepertinya dan Bu Almeera lagi sarapan di kantin. Perlu saya panggilkan?" Tanya nya.

"Gak papa, makasih ya" Ucapku.

Dia selesai membersihkan dan mengganti perbanku dan kemudian dia pamit untuk keluar. Tak lupa dia berpesan untuk sarapan dan minum obat.

Almeera Pov

Tingkah bodoh Mas Alfandy hampir membuat nyawanya ilang. Bagaimana tidak, dia membenturkan kepalanya ke meja yang itu ada gelas bekasku minum. Kepalanya bocor dan lumayan lama juga dia sendiri di dapur tanpa ada yang tau kondisinya. Untung mama ke dapur dan melihatnya.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang