Almeera Pov
Pagi-pagi sudah ada orang yang bertamu, Bi Minah sudah menggedor kamar saja. Padahal ini weekend dan harusnya aku bisa bangun agak siangan.
"Iya kenapa bi?" Tanyaku yang masih kliyengan karena kebangun.
"Ada yang nyariin nya, bapak-bapak" Ucap bibi.
Aku mengucek mata dan mencoba fokus dengan ucapan bibi. Siapa juga bapak-bapak pagi-pagi sudah bertamu.
"Suruh masuk aja dulu bi, siapin minum sama camilan. Sekitar 5 menit lagi aku sama Mas Al turun" Bibi kemudian turun lagi ke lantai bawah menjamu tamu tadi.
Ku lihat jam dinding yang memang ada di dalam kamar. Jarum pendeknya masih menunjuk di angka 7 dan jarum panjangnya diangka 10. Masih kurang 10 menit jam 8 pagi tapi kok sudah bertamu aja ke rumah orang.
"Mas bangun mas" Ku tarik kaki Mas Alfandy.
"Iya kenapa?" Tanya nya.
Masih sama seperti sebelumnya, Mas Alfandy terbilang mudah untuk dibangunkan.
"Ada tamu di bawah, kata bibi tadi bapak-bapak. Gih cuci muka turun temuin" Pintaku.
Aku gak berniat turun untuk menemui tamu tersebut, apalagi itu kan bapak-bapak mungkin ada perlunya sama Mas Alfandy.
Mas Alfandy langsung duduk kemudian bangkit ke kamar mandi. Tak sampai 1 menit dia sudah keluar kamar mandi dan berganti pakaian.
"Turun dulu ya, kamu bangunin anak-anak aja suruh mandi" Ucapnya kemudian keluar.
Aku juga mencuci muka dan kumur-kumur dulu baru ke kamar anak-anak. Sepertinya mereka juga belum bangun karena tadi malam keasikan main sama kakek neneknya.
Alfandy Pov
Tadi kata Almeera ada tamu bapak-bapak. Penasaran siapa bapak-bapak itu dan kenapa harus sepagi ini bertamu ke rumah orang. Kayak gak tau etika bertamu aja.Aku berjalan malas menuju ruang tamu, padahal enak sekali tidur agak lama bentar.
"Siapa bi?" Aku bertemu bibi yang membawa nampan berisi camilan.
"Bibi juga tidak tau tuan tapi sepertinya orang baik-baik karena pakaian juga sopan" Jawab bibi.
"Bibi berapa kali sih aku bilangin, kalau gak kenal jangan suruh masuk, suruh aja Mang Kardi usir langsung atau gak suruh Asep usir" Emosiku.
Bibi hanya diam menunduk, mungkin dia kaget pagi-pagi sudah ku omel saja.
"Huh! Astaghfirullah! Udah bi tolong anter aja itu, maaf saya agak emosi" Ucapku ke bibi. Aku harus membiasakan untuk bilang maaf, terima kasih dan tolong agar anak-anak mencontoh.
Bibi berjalan mendahului dan aku mengikuti di belakangnya.
"Mari pak di makan" Bibi memindahkan camilan dari nampan ke meja.
Aku duduk di satu kursi yang masih kosong, lumayan rame juga ini. Awalnya ku pikir cuma 1 atau 2 orang eh ini ada 6 bapak-bapak. Dah kayak mau tawuran atau judi kartu ini mah.
"Maaf sebelumnya Pak Alfandy, saya Pak Arif ketua RT 16. Mungkin bapak sebelumnya tidak kenal saya dan warga saya ini, tapi saya disini sebagai ketua RT mewakili warga saya ini ingin menyampaikan sesuatu ke bapak dan juga ibu" Ucap bapak-bapak yang memakai peci.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Fiction généraleMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.