Alfandy Pov
Hari ini aku berangkat ke kota tempatku akan dinas selama 2 bulan ini. Sebelum berangkat aku pamit ke anak-anak dan mereka juga ikut mengantarkanku ke rumah sakit tempat kami berkumpul dan berangkat bersama.
"Papa jangan lama-lama ya di sana nanti abang kangen" Arfan memeluk lenganku.
"Papa kerja bentar nanti selesai pekerjaan papa di sana papa langsung pulang. Abang Arfan sama Abang Arhan kerjasama jaga mama. Bantu mama kalau mama kesusahan, jangan bikin mama repot. Saling jaga dan melindungi ya nak" Ucapku ke mereka.
Mereka berdua merengek memeluk kedua lenganku. Benar-benar baru kali ini aku merasakan berat untuk pergi dinas karena ada anak-anak yang tak rela aku pergi. Biasanya aku pergi ya tinggal pergi saja, Erin pun terkadang acuh dengan kepergianku.
"Al aku pamit ya, titip anak-anak maaf aku harus ninggalin kalian sebentar. Kamu jaga diri dan jangan terlalu kelelahan. Minum vitamin agar kamu selalu fit. Aku janji setelah selesai dinas secepatnya aku pulang" Pamitku ke Almeera.
Almeera tampak aneh memandangku, dia juga tidak langsung menjawab ucapanku.
"Hm maaf mas harusnya kata-kata begitu kamu ucapkan ke Erin istrimu. Untuk masalah anak-anak juga sebelumnya mereka aman bersama aku" Jawabnya.
Aku menjadi sedikit canggung karena benar kata Almeera kenapa aku bicara begitu seolah-olah dia adalah istri yang akan ku tinggal dinas. Erin saja sekarang tidak ada datang mengantarku pergi.
Almeera Pov
Hari keberangkatan Mas Alfandy ke dinas tiba. Aku dan anak-anak mengantarkannya untuk pergi. Bukan tanpa alasan karena anak-anak yang ingin sekali mengantarkan papanya pergi. Anak-anak juga sangat senang melihat para TNI yang ramai sedang berpamitan juga dengan keluarganya.
Selesai berpamitan Mas Alfandy berbaris bersama timnya yang lain. Mereka berbaris rapi untuk mendapat arahan kemudian masuk bersama ke dalam bus. Anak-anak melambaikan tangan saat bus Mas Alfandy sudah pergi keluar dari halaman rumah sakit.
"Pulang yuk mama ada kerjaan" Ajakku ke anak-anak.
Mereka melihatku dan wajahnya tampak sedih. Baru kali ini mereka ikut mengantarkan papanya pergi dinas.
"Abang mau main ke rumah nenek boleh gak ma? Kangen nenek sama kakek" Tanya Arhan.
"Boleh, ayok mama antar" Jawabku cepat.
Aku tidak mau anak-anak menjadi sedih dengan kepergian papanya jadi apapun keinginannya hari ini aku usahakan untuk ikutin.
"Abang Arfan mau main sana juga nanti atau ikut mama pulang?" Tanyaku.
"Ikut main sana ya ma, mama gak papa kan kalau mama sendiri dulu ke tempat kerja mama?" Tanya nya.
Ku usap kepalanya.
"Ya gak papa bang mama kan kerja. Gak selamanya juga kalian akan ikut kemanapun mama pergi, ada saatnya kalian dengan urusan kalian masing-masing dan gak bisa ada mama saat itu" Ucapku kepada mereka.
"Abang gak mau nambah gede ma, nanti abang gak bisa peluk-peluk sama cium mama lagi" Ucap Arfan.
"Yah gak boleh gitu dong, masa anak mama gak bertumbuh. Walaupun nanti kalian udah gede masih bisa kok peluk cium mama. Eh apa nanti kalian yang gak mau mama peluk cium lagi karena udah malu?" Godaku ke mereka.
"Abang masih mau terus peluk cium mama" Jawab keduanya.
Selesai berpelukan kami menuju mobilku untuk pergi ke rumah mama Mas Alfandy. Karena memang sekarang hari minggu dan anak-anak libur jadi tidak ada salahnya mereka main ke rumah neneknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
General FictionMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.