Part 14

3.4K 123 1
                                        

Alfandy Pov

Aku makin gelisah, sekarang Sudah jam 6 sore Almeera belum juga pulang, padahal aku sengaja pulang dulu sore ke rumah untuk berganti pakaian.

"Assalamualaikum ma, Almeera di rumah mama?" Aku menelepon mama.

"Waalaikumussalam gak ada Al. Kenapa?" Mama balik bertanya.

"Oh iya ma. Ini Al pulang bentar bersih-bersih karena mau dinas malam tapi balik ke rumah Almeera gak di rumah. Al kirain ke sana" Jawabku.

"Oh mungkin lagi keluar belanja atau ke mana gitu. Coba kamu wa aja atau telepon. Kamu aneh malah teleponnya ke mama, harusnya langsung aja telepon dia" Ucap mama.

Ada benarnya yang mama ucapkan. Harusnya aku menghubungi dia bukan mama.

"Iya ma, Al telepon Almeera dulu. Makasih ya ma. Assalamualaikum" Ku tutup teleponnya.

Aku berjalan turun dari kamar menuju teras, melihat kalau Almeera sudah pulang.

Belum sampai teras aku mendengar suara di dapur. Langsung ku datangi dan ternyata Almeera di sini.

Dia sedang memotong tahu dan tempe. Aku mendekat ke arah dapur.

"Kamu udah dari tadi di sini?" Tanya ku.

Dia hanya mengangguk tanpa berniat melihat ke arahku.

Aku tau mungkin dia masih kecewa atau bahkan sakit hati dengan perlakuanku padanya.

"Aku ke atas dulu mau bersih-bersih" Ucapku dan kemudian langsung beranjak pergi.

Aku tidak berani berlama-lama berada dekatnya. Aura dinginnya sungguh terpancar.

Selesai bersih-bersih aku berpakaian dinas kembali dan turun ke lantai bawah.

Di meja makan semua sudah terhidang, tidak banyak makanan yang dibuatnya tapi cukup menggugah selera.

Aku menarik satu kursi di depannya dan kemudian menyendok nasi untuk makan.

Dia hanya diam sambil makan makanannya. Hening sekali rasanya di meja makan ini, ya walaupun sebelumnya juga hening tapi kali ini terasa begitu hening dan dingin.

Selesai makan Almeera membereskan meja makan dan kembali ke dapur. Aku ikuti dia dan ku tatap dari balik pembatas dapur.

Selesai dia mencuci piring aku langsung berpamitan padanya.

"Aku berangkat dulu, jam 11 aku pulang" Ucapku dengan nada dibuat dingin seperti sebelumnya.

Dia tidak menjawab dan hanya mengambil tanganku dan menciumnya. Kemudian dia pergi dari hadapanku menuju lantai atas.

Aku tidak bisa menyalahkan sikapnya yang seperti itu, karena sikap dia begitu juga karena ku.

Almeera Pov

Sebenarnya aku tidak mau mendiamkannya dan menjadi istri durhaka. Tapi mau bagaimana lagi tiap melihat wajahnya aku jadi kesal karena ingat kejadian malam tadi.

Sekarang aku sedang duduk di atas kasur sambil memainkan hp ku. Ku buka sosial media instagram dan mulai scroll sana sini.

Aku menemukan 1 foto wanita di halaman pencarian. Wanita itu cantik dan sepertinya memiliki pekerjaan yang baik pula. Dan akun dia di ikuti oleh suamiku, Mas Alfandy.

Mas Alfandy tidak ada mengikuti perempuan mana pun selain keluarga yang aku juga kenal orang-orangnya. Tapi untuk wanita ini dia mengikutinya dan juga menyukai tiap postingannya.

"Oh jadi ini Erin pacarnya Mas Alfandy" Ucapku pada diri sendiri.

Ku kepoi instagramnya dan melihat-lihat semua fotonya. Dia berasal dari kalangan elit sama seperti Mas Alfandy. Wajar jika mereka saling mencintai.

Ada satu foto di mana itu foto 2 tangan memakai cincin. Foto itu beberapa bulan lalu diambil, sepertinya tepat saat kami menikah.

Tapi aku dan Mas Alfandy tidak pernah foto begitu dan itu juga bukan tanganku. Tapi aku kenal itu tangan Mas Alfandy.

"Apa mereka juga tunangan saat kami menikah? Apa aku harus pergi dan mengalah?" Ucapku pada saat itu.

Di instagramnya memang Erin tidak pernah berfoto bersama suamiku secara jelas. Tapi ada beberapa foto yang menampakkan kemesraan mereka tapi tidak tampak sampai wajah. Seperti tangan tadi, terus foto duduk yang hanya terlihat setengah badan, atau ada yang foto pegangan dan ada juga foto berpelukan.

Hati istri mana yang tak sakit melihat foto-foto tersebut. Lebih parahnya juga foto itu di upload setelah aku menikah dengannya.

Aku tidak mau larut dalam kesedihan dan terus meratapi kebodohanku. Aku bangkit dari kasur dan mencuci muka.

22.45

Saat ini sudah hampir jam 11 malam. Aku masih belum bisa tidur karena khawatir. Di luar hujan deras disertai angin dan petir. Mas Alfandy belum juga pulang dan keadaan rumah juga mati lampu.

Terdengar suara pintu kamar di buka. Aku menarik selimut hingga menutupi muka. Perlahan ada siluet orang disana.

"Assalamualaikum. Kamu udah tidur Almeera?" Suara itu aku kenal.

Ya, itu suara Mas Alfandy. Lega rasa hatiku karena dia sudah pulang. Aku tidak menjawab dan berpura-pura untuk tidur.

Alfandy Pov

Aku pulang dengan keadaan basah kuyup karena lupa bawa payung. Jadi saat dari ruangan ke parkiran berlari saja.

Sampai di rumah keadaan kompleks mati lampu total. Buru-buru ku cari Almeera, mungkin dia sedang ketakutan.

"Assalamualaikum. Kamu udah tidur Almeera?" Tanyaku.

Tak ada jawaban, kamar ini juga sangat gelap jadi aku tidak bisa melihat apa-apa.

Aku langsung mencari lampu emergency dan menggantinya.

Setelah lampunya terpasang, barulah terlihat sosok Almeera sedang tidur di atas kasur. Dia menutupi semua badannya. Mungkin dia kedinginan karena memang cuaca sangat dingin.

Aku memutuskan untuk mandi dan bersih-bersih. Badanku juga sudah sangat menggigil.

Selesai mandi aku hanya memakai kaos putih dan boxer. Langsung ku rebahkan tubuhku disamping Almeera. Posisi tidurnya masih sama, terlentang dengan tangan memegang ujung selimut.

Ku dekati wajahnya dan ku pandangi. Almeera ini cantik dan lembut. Aku aneh pada diriku kenapa tidak bisa berusaha mencintainya.

Ku arahkan tanganku menyentuh wajahnya dan dia menggeliat. Entah kenapa hasrat itu kembali lagi. Ya hasrat ingin melakukannya.

Ku turunkan perlahan selimutnya dan ternyata dia memakai daster rumahan. Perlahan ku sentuh bagian atasnya dan dia merespon.

"Cukup mas" Aku kaget mendengar suaranya.

Rupanya dia belum tidur sedari tadi, dia menatapku dan menatap tanganku yang berada di salah satu payudaranya.

"Aku tidak mau seperti jalang lagi mas, cukup tadi malam kamu memperlakukan ku seperti jalang. Kalau kamu memang mau meminta hakmu, mintalah dengan baik. Aku akan memberikan hak itu" Dia duduk dan membuka dasternya.

Terpampang 2 buah payudara indahnya dan bagian bawahnya masih mengenakan celana dalam.

"Ayo mas, aku siap. Aku minta kamu jangan kasar, aku istrimu bukan hanya sekedar pemuas nafsu kamu" Ucapnya.

Aku masih terdiam tidak percaya dengan yang aku lihat. Almeera sedang setengah telanjang di hadapanku.

"Sentuh mas, pegang, remas! Seperti tadi malam kamu melakukannya" Dia mengambil tangan kiriku dan meletakkan di payudara kanannya.

Aku sebagai laki-laki normal tidak bisa menahannya dan akhirnya terjadilah lagi malam itu.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang