Almeera Pov
Rindu sekali rasanya aku dengan Hana, apalagi setelah mimpi hari itu. Firasatku tentang Hana menjadi tidak baik, tapi Mas Alfandy dan yang lain selalu mengatakan Hana baik-baik saja jadi aku sedikit lega.
"Jangan manjat itu nak!" Arhan terlihat memanjat lemari.
"Abang mau susu ma" Jawabnya.
Memang di dalam lemari itu di atasnya ada rak dan dalamnya Mas Alfandy menyimpan susu kotak mereka. Padahal di sini ada Nanda yang bisa dimintai tolong tapi dia dengan sendirinya manjat.
"Tolongin Nan" Pintaku ke Nanda yang sedang bermain dengan Arfan dan Ira.
"Sini oom bantuin" Nanda mengambilkan susunya.
"Abang Arfan sama Ira mau juga?" Tanyaku.
Mereka mengangguk dan Nanda mengambilkan 2 lagi untuk mereka.
"Minum dengan baik jangan sambil bercanda" Tegurku.
Mereka masih saja saling menjahili padahal sedang minum. Takut nanti mereka tersedak karena sambil tertawa.
"Mama adek Hana kapan sih pulang ke rumah?" Tiba-tiba saja Arfan bertanya.
"Bukannya adek Hana bareng kalian kan di rumah nenek?" Tanyaku bingung.
"Mana ada di rumah nenek, adek Hana lagi sakit mama. Adek Hana juga dirawat di sini" Arhan menyahut.
Aku langsung menatap Nanda meminta penjelasan. Nanda yang ditatap pun menjadi salah tingkah dan mengalihkan pandangannya.
"Maksudnya?" Tanyaku lagi memastikan.
"Adek Hana sakit juga mama, udah lama makanya abang tanya kapan pulang? Abang mau minta maaf karena abang sempat ngomong jahat ke adek" Jawab Arfan lagi.
Nanda tampak makin gelisah dan mulai mencari-cari alasan untuk mengalihkan perhatian.
"Nan?" Nanda langsung menatapku dan melongo.
"Assalamualaikum" Kebetulan Mas Alfandy masuk.
"Eh kok pada diem?" Tanyanya.
"Papa!" Arfan Arhan menghampiri Mas Alfandy.
Aku kembali menatap Nanda dan meminta penjelasan. Sepertinya Mas Alfandy juga menyadari kalau aku menatap Nanda.
"Kenapa Nan?" Tanyanya ke Nanda.
"Tanya Kak Al aja ya mba, aku pamit bawa Ira ke Nisa dulu" Nanda kabur membawa anaknya.
"Kenapa ma?" Mas Alfandy duduk di samping ranjang ku.
"Mama tu tadi tanya ke Om Nanda bener apa gak adek Hana sakit, eh Om Nanda diem aja terus papa masuk" Jawab Arhan masih sambil menikmati susu kotaknya.
"Kamu udah tau?" Tiba-tiba dia bertanya.
"Tau apa?" Tanyaku pura-pura bodoh.
"Hana sakit" Dia bicara berhati-hati.
"Terus?" Tanyaku lagi mulai terbawa emosi.
Mas Alfandy diam dan tak menjawabnya lagi. Dia berjalan ke sofa dan duduk disana.
"Aku minta maaf gak kasih tau kamu dari awal kamu sadar" Ucapnya.
"Kok papa jadi sedih?" Arhan menghampiri Mas Alfandy.
"Mama juga kenapa marah?" Arfan mendekatiku.
"Mama gak marah, mama cuma tanya aja ke papa kalian" Jawabku masih sambil menatap ke arah Mas Alfandy.
"Terus?" Tanyaku lagi.
"Sekarang Hana udah mendingan dan dia dirawat di lantai 3. Aku gak mau ngasih tau kamu karena saat itu kamu baru sadar dan aku takut nanti kamu mendengar kabar Hana sakit kamu kembali drop. Aku gak maksud menyembunyikan keadaan Hana" Jawabnya.
Aku menarik napas agar menetralkan emosiku. Aku diam cukup lama dan mencoba sabar dan sabar.
"Ma" Panggil Arfan takut-takut.
Aku tidak menjawab tapi aku menoleh ke arahnya yang memang masih berdiri disamping ranjang.
"Mama serem kalau gini" Cicitnya pelan.
Aku memejamkan mata mencoba lagi untuk tidak emosi dan mencoba mengubah ekspresi wajahku agar anak-anak tidak berpikiran aku marah.
"Mama marah ya?" Tanya Arfan lagi.
Aku belum menjawab pertanyaan Arfan dan dia perlahan menjauh dan menghampiri Arhan yang bersama Mas Alfandy.
"Maaf ya Al, kamu tolong jangan diem gini kasihan Arfan sama Arhan takut" Dia menghampiri ku dan sedikit berbisik.
"Aku gak bisa kontrol emosiku, jadi lebih baik aku diam daripada aku marah ke anak-anak" Jawabku pelan juga.
Jujur memang benar-benar aku tidak tau kenapa tak bisa kontrol emosi ini. Sebelumnya aku masih bisa mengontrol emosiku, walaupun semarah atau seemosi manapun juga aku bisa kontrol.
"Senyum coba biar mereka gak ketakutan" Suruhnya.
"Harus banget aku senyum saat kecewa gini?" Tanyaku padanya.
Dia terdiam dan melihat kearah anak-anak. Aku langsung diam setelah mengatakan itu karena juga aku tidak menyangka bisa berkata demikian.
"Aku minta maaf, bener-bener minta maaf. Ini semua salah aku yang minta semuanya sembunyikan keadaan Hana. Anak-anak juga gak salah apa-apa dan gak ngerti apa-apa Al. Tolonglah jangan diam begini ke anak-anak. Mereka ketakutan kamu diam, mending kamu marah sekalian daripada diam begini" Mas Alfandy mengusap tanganku.
Ku tarik tanganku dari pegangannya dan kemudian memalingkan wajahku. Emosiku benar-benar sulit ku kendalikan sendiri. Nanti sajalah aku bicara dan minta maaf ke anak-anak.
Alfandy Pov
Almeera menjadi marah dan kecewa padaku. Tapi dia diam bukan hanya denganku seorang, dia juga diam ke anak-anak. Anak-anak sepertinya tidak pernah dimarah olehnya jadi sekalinya sekarang dia diam anak-anak jadi ketakutan.
Almeera sekarang diam saja dan malah berbalik membelakangi kami bertiga.
"Abang takut mama marah gitu pa" Arhan.
"Iya Abang Arfan juga takut, mama gak pernah diam gitu ke kita kalau marah ya dimarahin aja" Arfan.
"Udah kalian ke ruangan adek Hana dulu ya papa antar, nanti kita balik sini lagi. Papa mau bujukin mama dulu" Ajakku ke mereka.
"Abang keluar dulu ya ma, mama jangan marah lagi ya" Pamit Arfan ke Almeera.
Almeera menoleh dan mengerjapkan matanya tanda mengiyakan.
"Abang juga ya ma, nanti abang balik lagi jaga mama. Assalamualaikum" Pamit Arhan juga.
Kami bertiga menuju lantai 3 ke ruangan Hana. Rencananya aku mau bawa Hana ke ruangan Almeera agar dia tidak terlalu kecewa.
"Mau kemana Al?" Aku bertemu papa dan Kak Bagas dipertengahan lorong lantai 2.
"Ke ruangan Hana pa. Papa sama kakak mau kemana?" Aku dan anak-anak berhenti sebentar.
"Kita baru aja mau nyusul kamu dan bawa Almeera ke ruangan Hana. Keadaan Hana makin memburuk Al. Papa gak tau Hana bertahan sampai kapan" Ucap papa kemudian duduk di kursi-kursi yang memang biasanya tersedia di lorong ini.
"Maksud papa?" Aku ikut duduk.
"Arfan sama Arhan ikut om yuk kita jemput mama di ruangannya" Ajak Kak Bagas ke Arfan Arhan. Mungkin dia mau mengalihkan perhatian anak-anak.
"Mama lagi marah om, abang takut" Tolak Arhan.
"Marah?" Tanya Kak Bagas tapi melirik ke arahku.
"Almeera udah tau kak dan dia kecewa" Jawabku.
"Ah udah kan ada om, yuk lah" Akhirnya anak-anak mau ikut dengan Kak Bagas.
"Kamu harus bisa menenangkan Almeera nanti ya, papa gak tau bagaimana mau mulai" Ucap papa ketika Kak Bagas dan anak-anak sudah pergi.
"Papa yang bener aja dah jangan bikin aku penasaran dan cemas gini" Jawabku.
Siapa yang tidak cemas kalau begini, papa juga bicara setengah-setengah tidak langsung to the point.
![](https://img.wattpad.com/cover/313742638-288-k921969.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Fiksi UmumMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.