Almeera Pov
Total 4 hari aku di rawat di rumah sakit ini. Sekarang aku suda diperbolehkan untuk pulang. Aku diajak pulang ke rumah mama.
"Pakaian semua sudah kak?" Tanya mama ke Rahma yang membantuku berberes untuk pulang.
"Udah semua nek, yang di kamar mandi juga udah kakak ambil" Jawabnya.
Aku hanya diam saja karena memang masih berasa pegal-pegal dan lemasnya. Aku juga keluar masih menggunakan kursi roda.
"Sini tasnya kakak bawain tante" Rahma mengambil tas yang aku pangku.
"Terima kasih kak" Ucapku.
Seorang perawat membantu mendorong kursi rodaku menuju mobil.
"Bisa Ra?" Tanya mama.
"Bisa ma" Aku bangun perlahan dan pindah ke kursi penumpang.
Mama duduk di depan dan Rahma duduk dibelakang bersamaku. Supir yang mengendarai mobil membawa kami pulang menuju rumah mama.
Rumah Bu Rahimah
Suasana rumah sepertinya sedikit ramai. Semua berkumpul di rumah ini. Ada mobil Kak Bagas dan juga mobil Nanda. Sepertinya memang mereka sedang berkumpul.
"Assalamualaikum" Aku masih duduk di kursi roda karena masih lemas untuk jalan sendiri.
"Waalaikumussalam, sini" Kak Bagas langsung mengambil alih mendorong kursi rodaku.
Aku sebelumnya tidak memperhatikan ada Mas Alfandy dan juga beberapa orang lainnya.
"Maaf Bu Almeera saya dari satuan suami anda berniat datang kemari membahas masalah pelanggaran yang dilakukan oleh suami anda. Berdasarkan peraturan yang berlaku, disini kami meminta Bu Almeera membuat laporan ke satuan agar Kapten Pratama ditindaklanjuti" Jelasnya.
"Tidak perlu pak" Jawabku.
Semua mata langsung tertuju padaku, semua memandang seolah bertanya kenapa.
"Begini Bu, kalau masalah ini tidak ibu laporkan dan kami tindaklanjuti maka Kapten Pratama tidak akan mendapatkan sanksi apapun dari satuan. Dikarenakan akan dianggap ada persetujuan dari istri sah" Jealsnya lagi.
"Saya tidak mau suami saya ditahan atau diturunkan pangkatnya pak. Biar saja dia bertanggungjawab secara kemanusiaan dan agama. Saya tidak mau dia menjadi malu karena turun pangkat dan jika dia ditahan saya tidak mau anak saya mempunyai seorang ayah mantan napi" Jawabku.
Mba Arumi yang duduk disamping ku berusaha menguatkan dengan menggenggam tanganku.
"Baiklah itu artinya masalah ini kita tutup ya Bu. Untuk selanjutnya Kapten Pratama harus melakukan wajib lapor selama 3 bulan dan dipindah tugaskan ke Kodam" Tutupnya.
Aku hanya diam tak menjawab apapun lagi. Rasanya badanku saja pegalnya belum hilang sudah langsung membahas masalah ini.
"Saya permisi pak, bu dan maaf mengganggu waktunya. Selamat siang" Kedua TNI itu berpamitan.
Setelahnya Mas Alfandy mulai mendekati ku. Mba Arumi dengan sigap menghalangi Mas Alfandy.
"Sudah cukup kamu sakiti adik mba Al. Mba gak akan biarin kamu tambah menyakitinya" Ucap Mba Arumi.
"Mba izinkan Al bicara dengan Almeera" Ucap Mas Alfandy.
"Gak! Mba gak akan biarin kamu membuatnya menangis lagi" Jawab Mba Arumi tegas.
"Mba tolonglah" Pinta Mas Alfandy.
"Sekali enggak tetap enggak!" Bentak Mba Arumi.
"Ayok mba kita bawa Mba Ara istirahat" Anisa bangun dan memegang kursi rodaku berniat mendorongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Fiction généraleMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.