Part 39

3.2K 138 2
                                    

Almeera Pov

Entah apa yang membawa Mba Arumi ke sini. Apa mungkin dia juga memiliki feeling bahwa aku lagi ada di cafe jadi dia ke sini.

"Ngerjain apa Ra? Sibuk banget ya?" Tanya Mba Arumi.

"Nyalin aja mba aku udah buat rekapanya di rumah" Jawabku masih tetap ke layar laptop.

Bukan bermaksud tidak sopan tapi memang aku sedang fokus memindahkan angka. Ini agak bahaya kalau berlebih atau berkurang 0 saja gawat.

"Ganggu ya mba ke sini?" Tanya Mba Arumi pelan.

"Eh gak kok mba, maaf ya aku gak sopan ini masih nyambi dikit lagi ya mba bentar hehe" Jawabku.

Mba Arumi mengangguk dan memainkan hpnya.

Selesai semua rekapan bulan ini aku menutup laptop dan berpindah ke sofa. Tidak enak aku di meja kerja dan Mba Arumi di sofa.

"Udah mba" Ucapku saat duduk didepannya.

"Oh sudah ya. Maafin ya mba datang gak ngasih tau dulu, kalau tau kamu sibuk tadi mba gak dateng" Ucapnya.

"Eh gak papa lagi mba aku juga cuma nyalin aja" Jawabku.

"Alhamdulillah deh kalau gak gangguin kerjaan kamu" Jawabnya.

Kami ngobrol ngalur ngidul ke mana-mana sampai akhirnya Arfan, Arhan, Rahma dan Lea masuk ke ruangan.

"Abang kenapa?" Tanyaku ke Arfan.

Arfan masuk dengan muka super dingin, lebih dingin dari sebelumnya.

"Ada Om Al di bawah ma makanya abang kesal" Jawab Arhan.

"Om?" Tanyaku.

Aku tidak pernah mengajari anak-anak memanggil papanya dengan sebutan oom. Itu papa mereka harusnya ya panggil papa.

"Kok panggil om sih? Kan itu papa kamu" Tanya Lea.

"Papa abang udah gak ada Kak Lea" Jawab Arhan.

"Ada itu" Jawab Lea tak mau kalah.

"Mulai malam di mana dia bikin mama nangis dia udah bukan papa abang sama Abang Alfan lagi kak" Jawab Arhan.

"Bisa gitu ya?" Tanya Lea bingung.

"Udah jangan banyak tanya dek" Mba Arumi mengalihkan percakapan mereka.

"Mba aja ya ke bawah" Ucap Mba Arumi.

"Makasih ya mba" Jawabku.

Arumi Pov

Aku ke bawah dan menemui Alfandy. Dia tidak datang sendiri, pantas saja Arhan dan Arfan jadi begitu tadi.

"Mau apa?" Tanyaku langsung.

Perempuan gatal ini tidak ada sopan-sopannya denganku. Jangankan salaman menatapku saja dia buang muka.

"Mau ngasih surat ini ke perempuan gatal itu" Ucap Erin.

"Yang gatal itu kamu ngambil suami orang" Jawabku sedikit kencang.

Beberapa pelanggan yang lagi makan menengok ke arah kami.

"Sembarang ya mba kalau ngomong" Erin meninggikan suaranya padaku.

"Ajarin sopan santun istri tercinta kamu ini kalau gak mau mba lempar kursi" Ucapku ke Alfandy.

"Kamu yang sopan, ini kakak aku" Dia menegur Erin.

Erin yang ditegur seperti tidak terima dan menggerutu.

"Udah kan ini aja? Kamu gak usah temui Ara dan anak-anaknya lagi. Bikin aja anak sendiri sama istri tercinta kamu ini. Ya kalau bisa kasih kamu anak" Ucapku menyindir.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang