Author Pov
Setelah beberapa minggu selepas kejadian Sarah dan anak-anak yang merundung si kembar, semua berjalan seperti biasa. Sarah beserta kedua orangtuanya sudah ditindak hukum dan hanya tinggal menunggu sidang putusan. Sedangkan untuk anak-anak yang merundung sudah masuk ke balai pembinaan dinas sosial. Ini semua atas permintaan dari Almeera karena dia tidak tega memenjarakan anak-anak tersebut.
Pagi ini Almeera bersiap untuk ke rumah sakit. Hari ini adalah jadwalnya cek kandungan. Suami dan anak-anaknya sudah berangkat ke kegiatan masing-masing. Almeera juga sudah meminta bantuan Ria menemaninya. Untuk masalah Ria juga sudah selesai, dia resmi bercerai dengan Rio.
Sebenarnya Almeera menyayangkan keputusan Ria karena Rio sempat menemui Almeera dan menjelaskan kalau dia dijebak Siska sehingga dituduh menghamili Siska. Almeera juga sudah bisa menebak dari awal pasti Rio tidak akan berbuat seperti itu. Sebab Rio sangat mencintai Ria sedari mereka sekolah menengah atas.
"Mau dibekali gak nya?" Tanya bibi menghampiri Almeera yang sedang merapikan hijabnya di depan cermin ruang tengah.
Di ruang tengah rumah memang terdapat cermin yang full body. Sengaja dipasang karena Almeera sendiri yang meminta. Katanya kalau ada tamu yang mau bercermin bisa di sini saja dan tidak perlu ke kamar tamu.
"Tolong gorengin risol mayo tadi aja bi, 4 aja untuk aku sama Ria. Makasih ya" Jawab Almeera.
Dia kemudian kembali ke lantai atas karena ternyata buku untuk kontrolnya tertinggal di kamar.
Baru mau turun lagi Almeera dikejutkan dengan bunyi hp, yang ternyata itu adalah hpnya sendiri. Almeera berbalik lagi sambil menepuk jidatnya sendiri. Dia merutuki kenapa dia bisa lupa dengan hpnya.
"Assalamualaikum mas" Alfandy yang menelepon.
"Waalaikumussalam, udah otw belum ma?" Tanya nya.
Alfandy memang membiasakan memanggil Almeera dengan sebutan mama, agar jika depan anak-anaknya tidak canggung lagi. Sedangkan Almeera tetap memanggil mas kalau berdua dan hanya memanggil papa jika depan anak-anak mereka.
"Belum, masih nunggu dijemput Ria ini. Kenapa mas?" Tanya Almeera.
"Ini udah ditunggu Mba Arum, antrian kamu juga udah di keep" Jawab Alfandy.
"Gak usah di keep gitu mas, biar nanti aku antri biasa aja. Gak enak juga sama ibu-ibu yang lain udah datang duluan eh antriannya aku yang keep duluan" Tolak Almeera.
Almeera tidak mau terkesan menggunakan orang dalam. Walaupun dokternya itu kakak iparnya sendiri tapi dia tetap mau datang sesuai prosedur.
"Owalah oke deh aku bilang ke Mba Arum ya, nanti kalau udah otw chat aku" Alfandy.
"Iya mas ini udah mau otw, assalamualaikum" Almeera menutup telepon.
"Waalaikumussalam hati-hati" Jawab alfandy.
Selesai menerima telepon dari suaminya, Almeera turun ke lantai bawah untuk mengambil risol yang tadi dia pesan ke Bi Minah dan juga menunggu temannya di teras.
"Bu Almeera cantik banget ya mang" Ucap Asep yang memang hari ini tugas jaga pagi sampai sore.
"Iya Sep memang Bu Almeera udah cantik, sholehah, ramah, baik banget juga. Saya dulu sama istri awal Bu Almeera pindah sini sama anak-anaknya agak canggung, takut kalau Bu Almeera bukan orang baik. Eh taunya baru sehari aja udah baik banget" Jawab Mang Kardi.
"Beruntung banget Pak Al dapet Bu Almeera dan Bu Almeera juga beruntung dapet Pak Al" Sambung Asep.
"Sama-sama beruntung mereka Sep alhamdulilah. Anak-anaknya juga masyaallah pada sopan, rajin dan penurut ke siapa aja" Jawab Mang Kardi.
"Doain ya mang minimal dapat jodoh spek kayak Bu Almeera" Ucap Asep senyum-senyum ke Mang Kardi.
"Haha kalau gitu kamu harus jadi spek Pak Al biar sepadan Sep" Canda Mang Kardi.
Keduanya tampak sangat akrab, Asep dan Arif yang umurnya masih terbilang muda ini sudah dianggap anak oleh Mang Kardi dan Bi Minah. Maklumlah karena anaknya juga ada yang seumuran Asep dan Arif.
Tin! Tin!
Asep dengan cepat melihat ke gerbang siapa yang datang. Sesuai perintah Alfandy harus cek dulu siapa yang datang baru dibukakan gerbang.
"Ara ada Sep?" Tanya Ria.
"Eh Bu Ria, ada Bu itu udah nungguin di teras. Bentar saya bukain ya" Jawab Asep sopan.
Mobil Ria masuk ke halaman rumah Almeera. Almeera yang melihatnya langsung bangun dari duduknya dan berjalan ke mobil Ria.
"Yok berangkat" Ria membukakan pintu penumpang dari dalam.
"Kamu udah sarapan?" Tanya Almeera.
"Belom, gak selera makan aku mah nanti siang aja kita nyeblak yok" Ajak Ria sambil memutar mobilnya.
"Heh belum sarapan udah ngajak nyeblak, inget tuh lambung dan juga aku gak bisa sembarang makan Ria" Ucap Almeera yang sudah memasang sabuk pengaman dan menaruh kotak bekal isi risol.
"Hehe iya Bu Ara Ara kimochi santuy ah" Jawab Ria cengir.
"Mari mang, mari Sep!" Ucap Almeera dan Ria.
Asep dengan cepat menutup kembali gerbang dan menguncinya. Walaupun rumah ini banyak terpasang cctv tapi tidak menutup kemungkinan kalau orang jahat gak perduli dengan adanya cctv.
"Pak! Asep! Ini makan dulu tadi Bu Almeera suruh ibu gorengkan buat bapak sama Asep ngemil, sama nanti ada jus udah dibikinin juga" Bi Minah keluar membawa sepiring risol.
Bi Minah memang tidak pernah sembarangan menggunakan atau memberikan apapun punya keluarga Almeera walaupun itu hanya bentuk makanan. Padahal Alfandy dan Almeera sudah sering bilang apa yang ada di rumah kalau itu barang pakai saja dan kalau itu makanan makan saja. Tapi karena Bi Minah menjaga kesopanan dan adab jadi dia tidak akan memberikan kalau belum disuruh atau izin.
"Risol yang dibikin tadi pagi Bu?" Tanya Mang Kardi.
"Iya pak, gih makan kamu juga Sep" Suruh bibi.
"Makasih ya bi" Ucap Asep.
Mang Kardi dan Asep menikmati risol mayo di pagi hari yang lumayan mendung ini. Tidak tau kenapa cuaca sedang tidak menentu, kadang hujan seharian atau terik seharian.
Alfandy Pov
Otak ini belum juga bisa tenang dan pulih. Papa masih saja melanjutkan kasus Sarah. Aku sudah cerita juga ke Almeera dan Almeera paham. Almeera pun mendukung permintaanku untuk tidak memanjangkan kasus ini. Tapi yang namanya Pak Hartowi tidak akan menjilat ludahnya lagi.
Dalam seminggu ini saja aku sudah 4-5 kali bolak-balik kantor polisi untuk diminta keterangan. Capek rasanya aku yang TNI tapi tiap hari ke kantor polisi.
"Gimana? Ara udah otw?" Aku bertemu Mba Arumi saat keluar membeli camilan.
"Lah mba gak ke klinik? Nanti Almeera sampe mba belum ada" Malah aku balik nanya.
"Orang ditanya kok balik nanya. Eh Saepuloh jawab dulu, Ara udah otw belum?" Mba Arumi menimpuk kepalaku dengan tas jinjingnya.
"Udah otw mba, makanya ku bilang kenapa mba disini Ara nanti datang mba gak ada di klinik" Jawabku sedikit kesal.
Ini mentang-mentang aku adik selalu kenal bully dan timpukan. Eh tapi Anisa juga adiknya tidak pernah dia timpuk. Kayaknya memang ada dendam pribadi ni orang.
"Mba beli jajan bentar, masih belum buka klinik karena jam 9 baru bukanya. Ya udah mba duluan yah, babay" Dia pergi tanpa minta maaf padaku yang tadi dia timpuk.
"Babay babay, nih kepalaku rasanya lunglai" Aku menggosok sedikit bekas timpukannya.
Tidak begitu sakit sih tapi ya lumayan juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Genel KurguMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.