Author Pov
Almeera memang tidak menelpon polisi tapi Pak Hartowi lah yang menghubungi pihak kepolisian dan juga dokter untuk melakukan visum ke Arfan Arhan di rumah dan membuat laporan.
Pak Hartowi tidak sabar menunggu hari esok. Padahal tadi dia menyarankan untuk diselesaikan secara kekeluargaan dulu, eh tapi dia malah yang manggil polisi.
"Mas buruan ada polisi di depan" Almeera menghampiri suaminya yang masih menidurkan Arfan.
Arfan masih sesekali merengek dan mengadu kesakitan. Arfan juga meringis dan memanggil Almeera serta Alfandy.
"Arhan mana?" Tanya Alfandy.
"Arhan sama bibi. Buruan gih" Suruh Almeera.
Alfandy turun perlahan dari kasur agar Arfan tidak terganggu tidurnya. Tapi mau sepelan apapun dia turun tetap kasur bergerak dan akhirnya tangis Arfan pecah.
"Papa!" Langsung spontan Alfandy menggendong Arfan.
"Udah ayok" Alfandy mau tidak mau membawa Arfan bersama, karena tidak mungkin menidurkan lagi kalau sudah nangis begini.
"Nyonya maaf ini Den Arhan mau sama nyonya" Bibi menyerahkan Arhan ke Almeera.
Akhirnya Almeera, Alfandy, Arfan dan Arhan bersama-sama ke ruang tamu.
"Nah ini cucu-cucu saya yang baru saja kena perundangan oleh anak-anak yang lebih besar dari mereka. Cucu saya yang ini lengannya kena bekas cakaran dan lebam. Kalau cucu saya yang ini kakinya dan lengannya lecet karena diseret di jalan. Barang buktinya saya punya rekaman cctv dapat dari rumah yang memang berada di depan jalan itu" Jelas Pak Hartowi.
Almeera, Bu Rahimah dan Alfandy hanya bisa menyimak dan diam saja karena kalau Pak Hartowi sudah turun tangan jangan di ganggu.
"Baiklah pak kami terima berkas barang bukti dan kita akan langsung melakukan visum kepada anak-anak bapak dan ibu. Saya minta izin ya pak, bu" Ucap salah satu polisi.
"Silakan pak kita ke kamar tamu" Pak Hartowi yang memimpin di depan.
Polisi dan dokter berjalan mengikuti begitu juga dengan Almeera, Alfandy dan si kembar. Sedangkan Bu Rahimah tetap di ruang tamu menemani polisi yang tidak ikut masuk.
"Coba dijelaskan kronologi nya bu" Ucap seorang polisi ke Bu Rahimah.
"Saya tidak tau pasti kalau kronologi, yang saya dengar dari menantu saya kalau anak-anak luar komplek masuk ke daerah komplek dan memaksa mengambil sepeda cucu-cucu saya. Cucu saya kalau orang minjam baik-baik pasti mereka meminjamkan. Tapi menurut cerita cucu saja juga yang sempat tadi saya tanya, kalau anak-anak itu tidak minjam tapi merampas. Otomatis cucu saya mempertahankan haknya tapi karena jumlah mereka lebih banyak dan lebih besar daripada cucu-cucu saya jadilah cucu-cucu saya yang dirundung" Jelas Bu Rahimah.
Polisi ini mencatat informasi yang diberikan Bu Rahimah.
Sementara itu di dalam kamar awalnya Arfan dan Arhan tidak mau dilakukan visum. Tapi setelah dibujuk Almeera dan Alfandy bahwa kalau mereka visum maka anak-anak yang nakal itu akan minta maaf ke mereka.
Alfandy dan Almeera tidak mengajarkan anak-anaknya berdendam atau membalas kejahatan orang. Dia justru mengajarkan kebaikan dan saling memaafkan.
Selesai visum mereka kembali lagi ke ruang tamu dan hasil visum akan keluar sekitar 2/3 hari ke depan.
"Gendong ma" Arhan mengulurkan tangan minta digendong.
Almeera bersiap untuk menggendong Arhan tapi dihalangi Alfandy.
"Ada baby disini" Ucap Alfandy.
Almeera langsung berdiri lagi dan memberi pengertian ke Arhan untuk tidak minta digendong.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
General FictionMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.