Part 74

3K 121 1
                                    

Almeera Pov

Setelah berkenalan baru aku tau rupanya bapak ini adalah pengacara keluarga Erin. Beliau datang atas permintaan orangtua Erin yang mau mengambil bayi Erin.

Jujur aku tidak terima karena aku terlanjur menyayangi bayi itu. Aku yang merawatnya dari hari pertama dia lahir hingga sebulanan lebih ini.

"Jadi kenapa baru sekarang orangtua Erin mau mengambil anak ini?" Tanya Mas Alfandy.

"Menurut mereka Pak Alfandy tidak memiliki hak atas anak ini, jadi mereka mau mengambil anak ini. Mereka juga mengatakan kenapa baru mengambilnya sekarang, itu karena sebelumnya mereka terkena masalah dan baru sekarang ada waktu untuk mengambil hak asuh bayi ini" Jelas si pengacara.

Mas Alfandy menatap ke arahku dan aku terus menggelengkan pelan tanda tak mau bayi ini diambil.

"Tapi saya juga berhak atas anak ini, ini anak saya dan saya sebagai ayahnya masih hidup dan masih sanggup membiayai nya" Jawab Mas Alfandy.

Jawabannya di luar ekspektasi ku, ku kira dia akan menyerahkan secara sukarela bayi ini.

"Maaf pak tapi orangtua almarhumah Bu Erin mengatakan kalau bayi itu bukan anak bapak. Jadi secara hukum agama atau hukum kita yang berlaku di sini bapak tidak punya hak atasnya" Jelas pengacara itu.

"Saya bisa tuntut loh keluarga Erin atas dasar penipuan. Kalau bayi itu ketahuan bukan anak saya itu artinya selama Erin menikah dengan saya, Erin melakukan perselingkuhan. Anda sebagai pengacara pasti tau hukum tentang perselingkuhan, dan orangtuanya juga dari mana bisa tau bayi itu bukan anakku. Apa sebelum Erin meninggal dia memberitahu orangtuanya? Oh kalau begitu artinya orangtuanya mendukung perselingkuhan anaknya. Begitu pak?" Mas Alfandy balik menyerang argumen pengacara keluarga Erin.

"Untuk itu saya tidak tau pak, apakah Bu Erin sebelumnya selingkuh atau bagaimana. Tugas saya di sini hanya menyampaikan surat tuntutan ini ke bapak. Sidang hak asuh juga akan berlangsung 2 minggu dari sekarang. Saya permisi. Selamat siang" Pengacara itu langsung pergi begitu saja.

"Mas" Ku panggil dia.

"Ini yang kamu mau kan? Kamu mau pertahankan anak itu kan?!" Dia marah padaku dan meninggalkanku.

Aku menyusulnya tapi sampai depan pintu kamarnya dia menutupnya keras. Aku sampai kaget dan mundur beberapa langkah.

"Mama kenapa?" Arfan keluar sambil membawa botol susu.

"Mama gak papa, eh adek bangun?" Tanyaku.

"Iya bangun ma tapi gak nangis, abang mau minta tolong mbok bikini susu takut nanti lapar nangis" Jawabnya.

"Abang ke kamar lagi aja biar mama yang buatin" Ku ambil botol susu darinya.

Arfan menurut dan kembali menuju kamar bayi.

Alfandy Pov

Belum selesai masalah satu muncul masalah baru. Aku mau saja menyerahkan bayi itu ke orangtua Erin. Tapi masalahnya Almeera sangat menyayangi bayi itu. Tanpa sadarpun aku juga mulai menyukai kehadiran bayi itu di rumah ini. Karena dengan kehadirannya, aku bisa bertemu dengan Almeera dan anak-anakku setiap hari.

"Aaaa!" Ku tinju dinding kamar mandi.

Ku putuskan mengguyur badanku dengan shower agar lebih fresh otak ini.

Malam hari

Dari siang hingga malam aku baru keluar dari kamar. Aku sengaja tidak mau bertemu dengan Almeera ataupun anak-anak. Emosi ku masih sangat labil takut nanti aku membentak Almeera atau anak-anak.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang