Part 9

3.3K 113 2
                                        

Almeera Pov

Hati istri mana yang tak sakit kalau tau suaminya selingkuh terang-terangan didepannya. Walaupun aku tidak mencintainya tapi aku punya hak untuk cemburu.

"Masih ada yang sakit Ra?" Tanya mama mertuaku.

"Gak ada ma" Jawabku.

Papa mertuaku juga ada disini, dia duduk disofa sambil membaca sebuah buku.

"Papa gak percaya Al ada kerjaan di daerah. Papa ikuti dia dulu ya ma" Ucap papanya.

"Pa, Mas Alfandy tadi udah kasih tau Ara. Ara juga udah dengar atasannya telpon tadi" Bohongku agar papanya tidak jadi menyusul.

"Oh oke papa percaya kamu" Jawab papanya.

"Permisi Bu kita cek tekanan darahnya ya sambil saya masukan obat ke infus" Seorang dokter perempuan masuk bersama seorang perawat.

"Wah Bu Rahimah disini toh. Ini anaknya ya yang sakit?" Dokter ini mengenali mama Mas Alfandy.

"Lah kamu rupanya, iya ini anak keempat saya" Jawab mama.

"Lah jadi Nisa ada adik lagi toh, saya kira dia bungsu" Jawab si dokter.

"Memang Nisa anak bungsu, kalau ini anak saya dari Alfandy" Jawab mama.

"Eh maksudnya gimana?" Bingung si dokter.

"Istri Al ini mah" Jawab papa.

"Owalah kirain kan anaknya beneran. Eh pinter ya Al cari istri, cantik banget gini. Eh kamu mau-mau aja jadi istri Al nyesal ntar kamu" Ucapnya padaku, tidak lagi menggunakan perkataan Bu.

"Udah kelamaan ngobrol kita, saya cek dulu ya" Dia memasang alat tensi padaku dan perawatnya memeriksa tetes infusku.

"Alhamdulillah tensinya bagus sekarang. Kamu banyakin istirahat dan makan minum yang bergizi ya, eh udah punya anak belum?" Tanya si dokter.

"Baru juga nikah 3 mingguan masa udah ngisi aja sih Ki. Tapi kalau ngisi sekarang juga gak papa kan ya, hamil diitung dari hari pertama haid terakhir kan?" Celetuk mama.

Aku hanya diam sambil senyum-senyum saja.

"Banyakin makan yang berserat biar subur, semoga cepat dapat momongan ya. Saya pamit dulu, nanti malam ada dokter visit yang meriksa" Pamitnya.

Setelah berpamitan juga dengan mama papa, sekarang tinggal aku dan mama papa saja disini.

"Lapar?" Tanya mama.

Aku membiasakan memanggil mama, karena aku juga nyaman seperti ini. Mama, papa, kakak, dan adiknya sangat menyayangiku. Andai dia juga menyayangiku betapa sempurnanya hidupku ini.

"Papa keluar dulu ya mau ke mushola rumah sakit, udah mau magrib ini. Mama mukenahnya ada didalam tas ini ya" Ucap papa.

"Iya pa, eh nanti nitip belikan buah ya digerbang depan ada tukang buah mama liat tadi" Papa mengangguk.

"Maaf bisa bantu Ara ma?" Ucapku.

Dengan cepat dia bangun dan membantuku duduk diatas ranjang.

"Ara mau sholat juga ma, kita jamaahan ya, mama yang imamin" Ucapku dan dibalas senyuman mama.

Aku dibantunya ke kamar mandi untuk wudhu dan memakai mukenah. Setelahnya mama menggelar sajadahnya disamping ranjangku dan aku sholat diatas ranjang sambil duduk.

Alfandy Pov

Aku dan Erin kini sedang menonton movie horor. Tapi jujur pikiranku tidak tertuju ke movie ini. Aku selalu memikirkan keadaan perempuan itu. Aku merasa bersalah saja padanya karena aku dia dirawat.

"Sayang, habis ini beli baju ya" Ucap Erin memegang lenganku.

"Iya sayang" Jawabku.

Aku mencoba fokus ke Erin dan melupakan perempuan itu.

Movie selesai sekitar 2 jam lebih, aku dan Erin langsung menuju ke toko baju untuk membelikan baju Erin.

Saat aku berhenti didepan sebuah manekin aku teringat perempuan itu. Baju yang dimanekin ini sangat cantik dan elegan, bajunya juga tertutup.

"Beliin aja ya untuk dia, toh sebagai tanda minta maaf" Pikirku dalam hati.

"Sayang!" Aku menoleh.

"Sini!" Langsung ku dekati Erin.

"Beli 3 boleh ya" Pintanya.

Aku hanya mengangguk saja, karena jujur aku tidak bisa menolak Erin.

"Mba ini ada warna lain?" Tanyaku ke pramuniaganya.

"Ada mocca, coksu, cream sama cokelat terang pak. Untuk yang ini memang keluarannya warna seperti itu semua" Jawabnya.

"Ya udah saya ambil ini satu stel ukuran s atau m ya, m aja terus warnanya cream ya. Sekarang ya saya langsung ke kasir." Ucapku

Mumpung Erin masih berkeliling mencari baju untuknya aku sempatkan untuk berkompromi ke kasir untuk menitip dulu baju ini nanti baru ku ambil. Aku tidak mau Erin banyak tanya untuk siapa bajunya.

"Udah dapat semua?" Tanyaku ke Erin.

"Jadi 5 mas gimana?" Tanya nya.

Aku senyum sambil geleng-geleng kepala saja. Kebiasaan dia memang gini, belanja minta 2 beli 4, belanja 4 beli 6.

"Bayar yuk" Ucapku.

Selesai membeli baju aku berniat mengajak Erin langsung pulang. Aku juga takut papa mama curiga padaku.

"Langsung pulang ya aku ada kerjaan" Erin hanya mengangguk sambil senyum-senyum melihat ke dalam paper bag yang berisi bajunya tadi.

Almeera Pov

Aku sudah memantapkan hati untuk berpisah dari Mas Alfandy. Aku bukan jodohnya dan bukan perempuan yang dia idamkan. Lebih baik aku mundur dari sekarang daripada ke depannya banyak masalah yang akan terjadi.

"Assalamualaikum" Mba Arumi, suami serta anak-anaknya baru saja tiba.

"Udah mendingan?" Tanya Mba Arumi.

Aku mengangguk dan tersenyum. Anak-anak Mba Arumi langsung naik ke ranjang dan memelukku.

"Aku kangen Tante" peluk anak sulungnya.

"Lea juga kangen banget" Sekarang giliran adiknya yang gelendotan.

"Jangan rusuh ya Tante Ara masih banyak kerjaan ga bisa selalu merhatiin kalian" Ucap Mba Arumi.

"Besok aku udah boleh pulang kan ma?" Tanyaku memastikan.

"Iya Ra, kita tunggu hasil pemeriksaan rahim kamu dulu ya, kalau hasilnya bagus nanti kamu bisa langsung pulang. Kita sama-sama doa ya" Ucap mama dan di aamiinkan oleh semua orang yang ada dalam ruangan ini.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang