Almeera Pov
Sampai hari ini Mas Alfandy tetap belum mau jujur padaku. Dia hanya meminta maaf atas kesalahannya yang lupa mengantarku cek kandungan. Dia sama sekali belum menyenggol tentang alasan kenapa dia lupa.
"Ini sudah lebih dari 3 hari dan bahkan hampir seminggu kamu mendiamkan dan menghindari ku Al. Apa kamu tidak tau dosanya istri mendiamkan suami lebih dari 3 hari?" Mas Alfandy duduk di sampingku.
Aku sekarang berada di saung belakang rumah. Hari ini agak mendung jadi agak pas untuk siang-siang begini duduk di saung.
"Apa kamu juga tau dosanya menyembunyikan rahasia kepada istri? Aku rasa kamu tau dosa itu" Jawabku malas.
Aku malas membahasnya lagi, makin ku bahas aku akan ingat hari itu. Di mana Mas Alfandy memapah Siska masuk ke ruang periksa sedangkan aku istrinya berjalan sendiri.
"Menyembunyikan apa?" Dia masih bertanya.
"Lupakan mas, kalau misal kamu ingat alhamdulilah dan kalau gak anggap saja itu hanya penglihatanku yang salah" Balasku.
Benar-benar menghancurkan mood ku yang sedang menikmati angin kolam ikan ini.
"Aku dinas malam hari ini, aku gak bisa buka di rumah. Kamu sama anak-anak buka bersama di rumah mama ya. Mama tadi telpon ajak buka bersama" Malah itu yang dia ucapkan.
Sakit hatiku masih ku simpan sampai sekarang. Aku menunggu dia yang jujur dan menceritakan sendiri. Aku ingin pikiran negatif ini hilang. Tapi dengan dia berkilah begini aku makin yakin kalau pikiran negatifku benar.
Dia tak menunggu jawaban dariku dan langsung masuk ke dalam rumah.
Alfandy Pov
Almeera rupanya masih mendiamkan ku karena masalah itu. Aku ragu apa dia benar-benar melihatku dan Siska hari itu atau tidak? Aku ingin jujur tapi takut dia akan langsung marah tanpa menerima alasan dariku.
"Papa dinas malam ya, nanti ajak mama buka di rumah nenek" Aku bertemu Arfan di ruang keluarga lantai bawah.
"Buka bersama semuanya pa?" Tanya nya.
"Iya, sama-sama dengan Tante Arumi, Om Bagas, Kak Rahma, Kak Lea, Farish" Jawabku.
"Lah kok Tante Nisa Om Bagas dan Kakak Ira gak ikut?" Tanya nya lagi.
"Tante Ira kan masih bolak-balik jagain adek bayi di rumah sakit bang. Om Bagas juga nemenin, kalau Kak Ira kayaknya nanti dijemput Om Nanda barengan datang" Jawabku.
Memang untuk masa-masa sekarang Nisa dan Nanda tengah diuji kesabaran. Anak kedua mereka sudah selamat lahir dan Nisa juga sehat kembali. Akan tetapi anaknya harus berada dalam pantauan dokter untuk beberapa saat.
"Yahh" Jawabnya lesu.
Aku duduk untuk mengetahui kenapa dia lesu begini. Padahal kan harusnya senang bisa berkumpul dengan sepupunya di sana nanti.
"Kok gitu? Gak suka?" Tanyaku sambil mengusap kepalanya.
"Gak juga sih, tapi kan nanti papa gak ikut buka sama-sama jadi abang sedih aja" Jawabnya.
"Udah gak papa kan ada banyak orang di sana. Mama kan ikut juga buka di sana" Pujukku.
"Kenapa bang?" Arhan muncul entah dari mana.
"Pakai salam kalau masuk ruangan bang" Nasehatku.
"Assalamualaikum ya papa ya abang" Aku dan Arfan terkekeh mendengarnya.
"Kok ketawa? Jawab oi!" Serunya.
"Waalaikumussalam, sini duduk" Aku mengajaknya duduk bersama.
Sepertinya asik juga menghabiskan waktu bersama anak-anak sambil menunggu jam pergi dinas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
General FictionMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.