Alfandy Pov
Almeera mulai curiga padaku karena aku sudah hampir sering menghubungi Siska adik dari Erin. Bukan tanpa alasan aku menghubungi nya lagi. Dia sudah tidak punya siapa-siapa dan butuh bantuan ku. Terlebih lagi dia tengah hamil anak dari mantan suami sahabat Almeera sendiri.
"Maafin aku ya kak gara-gara aku kakak sama istri kakak berantem" Ucap Siska.
Kami sekarang berada di rumah sakit tempatku bekerja. Siska baru selesai memeriksakan kandungannya. Kandungan Siska sudah memasuki bulan ke tujuh.
"Gak papa bukan salah kamu juga. Ini tuh salah laki-laki gak bertanggungjawab itu. Kamu kenapa sih gak nuntut dia aja?" Kesalku.
Siska beralasan tidak mau menambah masalah dan takut tambah dikecam karena melaporkan mantan suami sahabat Almeera.
"Gak papa kak, aku bisa menjalani ini sendiri" Jawabnya.
Aku mengantarkan Siska pulang ke kostnya. Aku juga yang menyewakan kost ini untuknya dan aku juga membiayai nya tiap bulan.
Ke mana lagi dia harus mengadu dan mengeluh kalau bukan padaku. Ayah ibunya sedang dipenjara, kakaknya meninggal dunia dan adiknya entah di mana. Aku sebagai mantan kakak iparnya dan sekaligus sesama umat muslim tidak bisa tidak membantunya.
"Aku pulang ya, kalau ada apa-apa kamu telepon aja" Ucapku setelah memastikan dia masuk ke kamar kost dengan aman.
"Terima kasih kak" Ucapnya.
Aku mengendarai mobil menuju rumah, hari sudah menunjukkan pukul 5 sore dan satu jam lagi waktunya berbuka. Aku mampir membeli beberapa takjil yang disukai Almeera dan anak-anak.
Almeera Pov
Kecewa pastinya ketika melihat suami sendiri mengantarkan orang lain ke dokter kandungan sedangkan aku pergi sendirian.
"Papa kamu balik kayak dulu lagi ya nak? Mama takut kejadian abang-abang kamu kembali terulang. Mama gak mau kamu merasakan apa yang dulu abang-abang kamu rasakan" Aku mengusap perutku.
Sekarang aku sudah di rumah, tadi aku saat bertemu dokter dia mengatakan Mas Alfandy baru saja dari sini mengantarkan perempuan periksa kehamilan juga.
Aku awalnya tidak percaya karena tadi Mas Alfandy pamit mau pergi mengecek toko buah. Tapi setelah melihat langsung dengan mata sendiri aku percaya.
Mas Alfandy tadi duduk di kursi apotek bersama Siska. Ya Siska, adik dari Erin. Rupanya Siska juga hamil selama ini. Aku tidak bisa menyembunyikan pikiran negatifku tentang ayah dari bayi yang dia kandung itu. Aku selalu terpikir kalau itu anak Mas Alfandy dengannya.
"Nanti bukanya pake apa ma?" Arhan menghampiriku.
"Bi Minah udah masak belum?" Tanyaku.
"Gak tau ma abang gak ke dapur" Jawabnya.
"Mama liat dulu ya, abang emangnya mau buka pake apa?" Tanyaku padanya.
"Es kelapa boleh?" Tanya nya sambil nyengir.
"Maksud mama tu lauknya sayang, nanti kalau es kita beli sebentar ke depan" Jawabku.
"Ayam goreng aja ma" Jawabnya.
"Oke. Abang Arfan mana nak?" Aku tidak melihat Arfan bersamanya.
"Lagi mandi ma" Jawabnya.
"Ya udah mama ke dapur bentar terus kita beli es ke depan. Ajak Abang Arfan ya" Ucapku ke Arhan.
Arhan langsung naik ke lantai atas menjemput abangnya dan aku ke dapur melihat Bi Minah.
"Lagi masak apa bi?" Tanyaku ke bibi yang nampak sedang masak.
![](https://img.wattpad.com/cover/313742638-288-k921969.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Narrativa generaleMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.