Part 61

3K 136 3
                                        

Alfandy Pov

Menyesal aku ikutin dan percaya ucapan Erin. Akhirnya aku sekarang kehilangan kedua anakku. Hancur rasanya duniaku berpisah dengan mereka. Mereka bagai nyawa untukku, dibenci Arfan saja sudah sakit sekali apalagi kalau sekarang Arhan ikut membenci.

"Ngapain kamu di sini?" Aku mendongak melihat siapa yang bicara.

"Kak" Kak Bagas rupanya.

"Aku tadi habis bertemu Almeera dan anak-anak kak. Kakak ngapain ke sini?" Tanyaku.

"Oh ketemu cinta lama, haha" Goda nya.

"Mau beliin makanan buat mba mu, biasa lagi hamil sekarang banyak maunya" Jawabnya.

Aku kaget mendengar kalau Mba Arumi hamil lagi. Aku sudah sangat lama tidak tau berita tentang keluarga ku.

"Seriusan kak? Selamat ya, sampaikan salam ke Mba Arumi" Ucapku.

Aku senang mendengar kabar kalau Mba Arumi hamil lagi. Pasti dia, suaminya, anak-anaknya dan mama papa pasti senang.

"Iya nanti kakak sampaikan ya. Kamu gimana? Apa kabar sekarang nih?" Tanya nya padaku.

"Aku baik kak, lagi nunggu lahiran Erin kak" Jawabku.

"Wah Erin dah mau lahiran? Selamat ya, semoga cewek ini anaknya jadi pas anak-anak kamu ada yang cowok ada yang cewek" Dia menepuk pundak ku.

"Aamiin semoga kak. Aku duluan ya mau pulang udah ditungguin" Pamitku.

"Hati-hati dijalan ya, titip salam ke Erin" Dia juga masuk ke dalam cafe.

Aku bersyukur karena Kak Bagas dan Nanda masih mau berbaik padaku. Mereka tidak mengikuti Mba Arumi dan Nisa yang membenciku. Mungkin pikir mereka yang bermasalah kami bukan mereka.

Aku mengendarai mobil bukan menuju rumah tapi menuju rumah yang sebelumnya pernah ku beli untuk Almeera dan anak-anak. Pasti kalian tau tentang rumah ini.

Aku sudah menyiapkan rumah ini sebagai hadiah ulang tahun anak-anak. Tapi ya begitu, Almeera tidak mau menerimanya. Rumah itu sudah ku isi lengkap dengan perabotan, rencananya nanti kalau Almeera sudah luluh aku berikan lagi padanya. Tapi rasanya sekarang Almeera tidak akan mau berbaikan lagi denganku.

"Eh Pak Al tumben ke sini" Sapa satpam komplek ini.

Ya, aku membeli rumah yang berada di dalam komplek juga. Aku memikirkan keselamatan anak-anak dan Almeera. Mereka juga sudah terbiasa tinggal di dalam lingkungan komplek.

"Iya pak mau cek rumah takut ada yang kotor" Ucapku.

Padahal sebenarnya rumah itu ada yang menghuni. Aku memperkerjakan suami istri yang memang tidak punya rumah di daerah sini. Aku menemukan mereka mengemis di jalan dan ku tawari saja untuk jaga rumah. Lumayan kan mereka dapat uang gaji dan tempat tinggal dan aku dapat tenaga untuk jaga rumah dan bersih-bersih.

"Oke pak, lanjut" Ucapnya.

Aku kembali menutup kaca mobil dan menuju rumah. Rumah yang ku beli ini juga sengaja ku pilih yang dekat taman. Jadi pikirku anak-anak bisa bermain di taman kalau bosan di rumah.

"Eh Pak Al, istri sama anak-anaknya mana? Katanya mau diajak pindah sini?" Sapa seorang tetangga yang kebetulan menemani anaknya bermain di taman.

"Hehe belum pak, istri sama anak-anak belum mau pindah. Masih betah katanya di rumah lama. Anak-anak juga udah sekolah dekat sana, kayaknya pas udah anak-anak masuk sekolah dasar baru pindah sini sambil cari sekolah dekat-dekat sini" Jawabku.

"Oh gitu tah, kirain gak jadi pindah sini dan rumahnya mau dijual. Kalau mau dijual saudara saya ada yang mau beli" Ucapnya.

"Hehe maaf pak gak saya jual, buat anak-anak soalnya" Jawabku sopan agar dia tidak tersinggung.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang