Alfandy Pov
Sisi masih diam beberapa saat setelah dia mengatakan hal tadi. Aku masih sabar menunggu dia bicara lagi. Aku tidak mau terkesan memaksanya.
"Aku minta maaf kak" Dia bersuara lagi.
"Aku gak butuh maaf kamu sekarang. Aku butuh penjelasan dari kamu" Jawabku.
Sisi mulai jujur dan menceritakan semuanya ke Alfandy, Nanda dan Nisa. Dia juga memberitahu Alfandy kalau Almeera mengetahui hal ini, dan Almeera lah yang menyuruhnya merahasiakan dari Alfandy.
"Kenapa kamu cerita ke Almeera tapi tidak ke aku?" Tanyaku kesal.
"Karena Mba Almeera orang yang aku percaya dan orang yang percaya aku" Jawabnya.
"Satu-satunya orang yang selalu percaya, sayang dan mendukungku selama ini hanya Mba Almeera. Aku bahkan tak mendapat kasih sayang dari mama, papa dan kakak-kakak ku" Sisi kembali menangis.
"Eh udah jangan nangis lagi" Nisa memeluknya lagi.
"Kakak tau gak kalau aku dari kecil sudah dibedakan! Mama dan papa selalu menomorsatukan Kak Erin dan Kak Siska. Sedangkan aku menjadi nomor sekian. Aku juga tidak pernah tau rasanya disayang orangtua dan kakak-kakak. Aku kira setelah kakak menikah dengan Kak Erin maka aku bisa sedikit merasakan kasih sayang seorang kakak, tapi tidak kak. Kakak hanya memberiku uang bukan kasih sayang seorang kakak. Aku gak butuh uang kalian! Aku gak butuh benda-benda mewah kalian! Kakak tau, waktu aku dibully di sekolah yang belain aku Mba Almeera. Mba Almeera yang datang ke sekolah melaporkan pembully ku. Mba Almeera yang bertanggungjawab menjadi waliku saat para pembully itu membuat laporan balik. Mba Almeera sampai dipanggil pihak kepolisian karena dituduh membuat laporan palsu. Kalian tau gak kejadian itu? Pernah gak kalian tanya aku? Kakak selalu kasih aku uang, uang dan uang tapi kakak tidak pernah bertanya bagaimana keadaanku, keadaan mentalku. Jadi untuk apa aku memberitahu kakak hal ini? Apa untungnya untukku?" Sisi mencurahkan semua kekesalannya.
"Sabar Si udah ya" Nisa terus menenangkannya.
"Terus kenapa kamu diam saja saat Erin mengkhianati ku?" Aku sudah habis kata-kata.
"Kak Erin gak berkhianat kak" Ucapnya pelan.
Dia sudah lumayan tenang saat dipeluk Nisa.
"Terus itu anak siapa kalau dia gak berkhianat. Dia bilang itu bukan anakku dan lalu anak siapa itu!" Aku menarik rambutku sendiri.
"Kak Erin inseminasi buatan keluar negeri bersama mama. Anak itu anak orang lain yang tidak tau siapa" Jawabnya.
Seketika hancur rasanya hatiku ini. Aku sudah berharap anak dari Erin ini sebelumnya. Setidaknya aku kehilangan Arfan Arhan aku ada pengganti anak ini.
Tapi harapan itu kini sudah tidak ada, dia bukan anakku dan aku tidak ada hak untuk anak itu.
"Ceklek" Pintu ruang ICU terbuka.
"Alhamdulillah pak nyawa Bu Erin masih dapat tertolong, saya permisi dulu. Saya minta jangan ada yang mengganggu Bu Erin dulu. Kita biarkan dulu Bu Erin istirahat" Pesannya.
"Terima kasih dokter" Nanda yang menjawab.
Sedangkan aku sudah tidak mau tau lagi tentang Erin. Aku sekarang berniat mau melihat anak Erin. Anak yang aku anggap awalnya adalah anakku.
"Antarkan kakak ke ruang bayi Nan" Pintaku ke Nanda.
"Mari kak" Nanda mengantarkan ku sedangkan Nisa menunggu di sana bersama Sisi.
Almeera Pov
Arhan terlihat sangat senang sekali diajak jalan-jalan ke kebun binatang ini. Sedangkan Arfan berusaha terlihat senang agar adiknya juga senang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Ficción GeneralMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.