Part 115

1.9K 96 20
                                    

Guys buat yang suka nonton film tentang keluarga, nonton deh drama Malaysia judulnya "7 Hari Mencintaiku" ada 3 season dan 33nya ceritanya bagus banget asli!!!

Aku ambil dikit-dikit alur cerita sana buat nerusin cerita ini, hehe
______________________________________

Almeera Pov

Ada-ada saja kejadian yang menimpa. Kalau gak aku, anak-anak ya suamiku yang kena. Kayak banyak banget cobaan kayak ujian kehidupanku gak ada habisnya. Eh tapi ujian hidup Ria juga berat. Dia kehilangan anaknya dan sekarang baru saja berpisah dengan suaminya.

"Mas" Mas Alfandy bergerak memijat kepalanya.

"Tangan kamu sakit yang ini jangan banyak gerak" Ku tahan tangan kanannya yang ingin bergerak menyentuh kepala juga.

"Al" Panggilnya.

Aku menengok dan dia malah senyum-senyum.

"Kenapa sih udah sakit gini juga masih senyam-senyum" Ku toyor perutnya.

"Haha santai dong Al, suami lagi sakit gini main toyor-toyor aja" Dia mengusap perutnya yang ku toyor.

"Kamu ngapain sih di lampu merah tadi? Ngemis?" Tanyaku padanya.

"Enak aja bilangin suaminya sendiri ngemis. Gak halalan toyyiban dong makan kita" Jawabnya.

"Yah kan siapa tau gitu kamu nyari sampingan" Jawabku meledek sambil berbenah baju yang tadi dibawain Ria.

Aku sudah mengabari mama, papa dan semuanya. Mereka akan datang nanti malam berbarengan. Untuk sore ini Rahma yang akan membantu menjaga Mas Alfandy sebentar dan aku pulang berganti baju sambil mengurus anak-anak.

Alhamdulillah Rahma sudah bisa dimintai tolong dan dia juga sudah cukup remaja untuk bergantian jaga sebentar.

"Nyari apa Al?" Tanya nya karena melihatku mengobrak-abrik tasku.

"Nyari hp mas, tadi perasaan ku masukin tas" Jawabku.

Memang benar seingatku tadi aku masukin tas, sekarang tapi gak ada pas dicari.

"Ini di sini Al" Dia menunjuk ke meja sampingnya.

Kok bisa tuh hp jalan sampe sana, aku aja belum berdiri sebelah sana.

"Kok bisa di sono yak" Dumelku sambil mengambilnya.

"Tadi kamu taruh di atas perutku ya aku pindahin lah, geter mulu ya geli dong" Jawabnya.

Memang benar hp dari pengadilan tadi aku silent karena takut ganggu persidangan.

"Kamu udah mandi?" Tanya nya tiba-tiba.

Reflek aku mencium badanku kiri kanan. Apa aku bau atau gimana dia tanya begini.

"Kenapa emangnya?" Aku agak tersinggung dia tanya begitu.

"Aku cuma tanya sayang bukan ngomongin, tuh hijab kamu kayaknya kena kotor jadi ya aku tanya udah mandi apa belum" Dia mencoba duduk.

"Jangan buat sendiri kalau gak bisa, nanti makin sakit ini" Ku omel dia karena mau langsung duduk aja tanpa minta bantuan, udah tau tuh satu tangan patah.

"Aku pikir bisa sendiri, gak mau repotin kamu kan aku berat kalau harus kamu angkat" Jawabnya.

Ada saja jawaban dari mulut lemes dia, kayaknya semua suami gitu ya kalau dikasih tau jawab aja kerjaannya.

"Dah tiduran lagi, aku mau mandi ntar kamu bilang lagi aku bau" Aku berjalan menuju kamar mandi.

"Astaghfirullah aku gak bilang bau loh" Sahutnya.

Aku tak perdulikan dan langsung masuk ke kamar mandi. Padahal rencananya mau mandi di rumah nanti tapi berhubung dia udah tanya udah mandi belum jadi sensitif kan ya ditanya gitu.

Ku gantung handuk digantungan yang berada di dalam dan mulai ritual mandi.

Author Pov

Ria sudah di rumah Almeera untuk menjemput anak-anak Almeera juga menjemput Rahma. Tadi kata Almeera dia pulang tapi tiba-tiba chat lagi bilang gak pulang.

"Kita mau ke mana tante? Kita kan mau ngaji" Tanya Alfan.

"Ke rumah sakit Fan, papa kalian kecelakaan dan mama kalian lagi di sana jagain" Jawab Ria.

"Kok baru bilang sekarang tante! Ayok ke rumah sakit abang mau ketemu papa mama" Jawab Arfan yang langsung nyelonong ke mobil Ria.

Mereka berangkat dan menuju rumah Arumi. Tak lupa di jalan pastinya beli crepes kembar. Entah ada pemikat apa di jajanan ini sehingga kembar hobby sekali.

Sedangkan dilain tempat Anisa dan Nanda sedang bingung dan sedih karena baru saja pulang cek kandungan.

Anisa memang tidak memeriksakan ke kakaknya Arumi, dia memilih memeriksa ke dokter yang satu rumah sakit dengan tempat kerjanya. Selain karena dekat dia juga canggung kalau dengan kakaknya sendiri.

"Kita berdoa minta mukjizat Allah, semoga baby baik-baik saja" Nanda menggenggam tangan Nisa.

"Aku harus apa mas? Aku gak mau kamu dan semuanya kecewa. Anak ini sangat kita tunggu-tunggu" Anisa mengusap perutnya sambil menangis.

"Mama" Ira masuk ke kamar tiba-tiba.

"Sini sama papa" Nanda turun dari tempat tidur mengambil Ira.

"Aku bawa Ira ke bawah dulu, kamu tenangin diri dan istirahat. Aku nanti balik ke sini lagi ya" Pamit Nanda.

Seperginya Nanda dan Ira, Anisa kembali menangis sambil mengusap perutnya yang sudah buncit.

Hasil pemeriksaan tadi dokter mengatakan kalau volume air ketuban Anisa sudah mulai mengurang karena terminum anaknya sendiri. Anisa dan Nanda diberi pilihan untuk tetap melanjutkan kehamilan hingga 2 minggu ke depan untuk mematangkan janin dengan resiko anak mereka lahir selamat tapi nyawa Anisa taruhannya. Atau memutuskan melahirkan sekarang dengan resiko Anisa bisa selamat tapi bayi mereka terancam meninggal.

Anisa sejujurnya masih mau melanjutkan kehamilan hingga janinnya siap dilahirkan. Tapi dia juga tidak bisa egois dengan suami dan anaknya Ira. Mereka juga harus dipikirkan kalau memaksa akan berbahaya bagi dirinya.

"Aku serahin keputusan di kamu ma, kalau kamu yakin lanjutkan tapi kalau gak kita besok operasi ke rumah sakit. Aku gak mau kamu atau bayi kita celaka, tapi kita harus memutuskan. Aku bukan gak sayang sama dia tapi kamu juga pikirkan keselamatan kamu juga" Nanda sudah masuk lagi dan berbicara ke Nisa yang tidur menyamping.

"Aku gak tau mas harus gimana, aku merasa gagal menjaga bayi yang bahkan masih dalam perutku" Jawab Nisa kecewa dengan dirinya sendiri.

"Gak, kamu gak gagal sebagai ibu ataupun istri. Sudah ya" Nanda memeluk istrinya agar dia merasa tenang.

"Mau diskusi ke mama?" Tanya Nanda pelan.

"Gak mas! Jangan kasih tau mama papa dan yang lain" Cegah Anisa.

"Atau ke Mba Arumi gimana? Dia dokter kandungan mungkin bisa tau solusinya" Tanya Nanda lagi.

"Iya mas kita curhat ke Mba Arumi mas semoga Mba Arumi ada solusi. Telpon sekarang aja mas tanyain di rumah gak Mba Arumi nya" Nisa kembali bersemangat karena baru ingat kalau dia punya kakak dokter kandungan yang mungkin ada solusi lain selain yang diberi dokter kandungan nya.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang