Alfandy Pov
Segar sekali rasanya badanku pagi ini. Ku rentangkan tangan dan meregangkan otot-otot. Ku lihat ranjang di sampingku sudah kosong. Aku mencoba mengingat kejadian semalam, rasa tak percaya tapi jujur aku menyukainya.
Aku bangun dan merapikan sedikit selimut dan sprainya. Tapi anehnya sprai kasur ini sudah tidak ada.
Karena aku mikir ya bodo amat ke mana tuh sprai aku langsung aja ke kamar mandi untuk bersih-bersih.
Baru juga masuk sudah ku lihat di dalam ember ada sprai kasurku. Sepertinya Almeera yang merendamnya.
Ku angkat sprai itu dan terdapat noda yang sudah agak memudar.
"Almeera masih perawan" Ucapku dalam hati.
Aku pikir awalnya Almeera sudah tidak perawan karena melihat dari gaya dan tingkahnya serta temannya yang kebanyakan laki-laki.
Ada rasa bersalah dihatiku, mengingat aku tadi malam melakukan dengan kasar padanya.
Pasti itu sangat menyakitkan untuknya, apalagi tadi malam yang pertama baginya.
Cepat-cepat aku bersih-bersih dan turun ke lantai bawah.
"Ma, Almeera mana?" Tanyaku ke mama yang baru saja merapikan meja makan.
"Udah berangkat Al. Kamu sih bangunnya lama banget, jadinya tadi bareng papa dia berangkatnya" Jawab mama.
"Berangkat kerja?" Tanyaku lagi.
"Lah iya emang ke mana lagi. Kamu gak larang dia kerja ya? Suruh di rumah aja deh kasian kalau kerja, lagian juga gaji kamu cukup untuk biaya hidup kalian" Ucap mama.
"Al gak mau larang-larang gitu ma nanti dia tertekan. Al mau ke kamar dulu bentar" Aku pamit lagi.
"Sarapan dulu, kamu masuk siang kan" Teriak mama.
"Entar ma" Aku kembali ke kamar untuk melanjutkan mencuci rendaman sprai.
Almeera Pov
Tega sekali dia melakukan itu dengan semaunya. Dia memperlakukan aku seperti wanita jalang di luar sana.
"Ngelamun apa hayo!" Ria datang sambil mengagetkanku.
"Astaghfirullah Ria. Aku gak melamun kok, udah ayok kerja lagi nanti malah diomel Bang Oki kita" Ajak ku padanya.
"Kamu gak papa kan Ra? Apa masih sakit? Pucet amat" Tanya dia lagi.
"Aku sehat Ria sayang. Udah deh kamu balik ke bagian kamu, aku mau rapiin ini" Kemudian dia kembali ke pekerjaannya.
Aku menata beberapa roti di etalase kemudian kembali ke dapur untuk membantu mengadon dan membuat roti. Seperti yang aku jelaskan di awal kalau disini kami kerjanya merangkap. Kadang jadi tukang adon, kadang jadi panggang roti atau pelayan.
"Sakit Ra?" Tanya temanku yang lain.
"Eh gak kok, biasa aja" Jawabku.
"Pucat itu, udah istirahat sana gak usah bantu ngadon atau gak ke depan aja bantu ngelayani pembeli" Suruhnya.
Aku menurut dan kembali ke depan. Pelanggan lumayan lengang mungkin karena masih pagi, pastinya masih pada di rumah, sekolah, atau tempat kerja.
"Mba Ara!" Aku menoleh ke arah pintu masuk.
Rupanya itu Anisa dan anaknya Ira.
"Eh Nis, gak buka praktek ini?" Tanyaku.
"Eng eng" Ira merentangkan tangannya padaku minta digendong.
"Eh jangan tante bau ini lagi kerja" Tolak ku halus.
"Jangan ya sayang tante lagi kerja nanti dimarah bosnya" Ira diam dan sepertinya mengerti.
"Eh btw mau beli roti apa nih?" Aku mengajak Nisa untuk ke etalase roti.
Disini juga ada seperti cafe kecilnya untuk yang datang nyantai menikmati es krim roti.
"Mau es krim roti 2 mba, aku tunggu di sana aja kali ya" Nisa menunjuk sebuah meja.
Aku mengangguk dan dia ke mejanya bersama Ira dan pengasuh Ira.
"Siapa yang tadi Ra?" Tanya Ari temanku.
"Oh itu adiknya Mas Alfandy suamiku" Jawabku sambil menyiapkan pesanan.
"Owalah biar aku aja sini, gak enak kamu yang ngelayani" Dia mengambil scup es krimnya.
Aku hanya tersenyum saja dan kemudian menghampiri Nisa lagi.
Karena keadaan toko sedang tidak ramai jadi aku bisa menemani Nisa ngobrol sebentar.
"Eh itu pesanannya lagi dibuatin ya" Aku duduk di depan Nisa.
"Iya mba. Eh mba tadi dicariin Kak Al, dia tadi jemur sprai aku liat. Tumben banget itu sprainya dicuci dan dijemur, biasanya sampe berbui mulut mama teriakin baru dia lepas dan bawa ke bawah untuk dicuciin" Ucap Nisa.
Aku baru ingat tadi aku rendam saja sprainya dan belum sempat ku cuci. Rencananya istirahat nanti baru mau ku cuci.
"Mungkin lagi rajin aja Nis" Jawabku.
"Rajin apa malu itu sprainya bau mba tidur di sana. Hahaha" Tawa Nisa.
Aku ikut tertawa saja mendengarnya.
"Ini pesanannya silakan dinikmati mba" Ari menaruh pesanan Nisa.
"Terima kasih mas" Jawab Nisa.
Kemudian Ari pergi kembali ke tempatnya. Aku masih menemani Nisa di sini, karena tidak enak aku tinggal.
"Mba nanti malam nginap rumah mama lagi apa pulang?" Nisa tiba-tiba bertanya.
"Pulang Nis" Jawabku.
"Yaahh padahal aku baru mau ngajakin nginap lagi, aku masih nginap tempat mama soalnya besok Mas Nanda ada proyek luar kota" Jawabnya.
"Kan ada mama di rumah, aku juga mau beberes rumah ditinggal sehari takutnya berantakan" Jawabku.
"Kan ada irt mba" Jawabnya.
"Gak pake irt lagi Nis, kebetulan irt lama ngundurin diri karena mau pensiun disuruh anaknya. Aku juga mau ngurus rumah sendiri aja, lagian juga cuma berdua gak repot banget" Nisa mengangguk saja.
Setelah beberapa menit es krimnya habis dan dia pamit untuk pergi praktek.
"Udah jam 10 nih mba aku otw praktek ya. See u mba" Dia melambai padaku.
Ku balas lambaiannya dan kemudian masuk lagi untuk melanjutkan pekerjaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Fiksi UmumMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.