Alfandy Pov
Aku tidak tau kalau Almeera akan jadi seperti ini. Aku juga tidak ingat kalau dia punya penyakit alergi dingin. Ada rasa menyesal dihatiku, namun itu tertutupi dengan kebencianku padanya.
Hasil Rontgennya sudah keluar dan dokter mengatakan paru-parunya harus dilakukan perawatan khusus. Dia tidak boleh terkena debu dan dingin dibawah 25 derajat.
Sekarang dia juga masih belum sadar, mungkin karena efek obat biusnya belum habis.
"Puas sekarang!" Ucap Mba Arumi.
Aku heran kenapa semua orang membela dia dan menyalahkan ku. Aku ini anak dan adik mereka tapi malah Almeera yang dibela.
"Udah mba sabar" Nanda menenangkan Mba Arumi.
"Pulang aja deh mba, riweh banget disini" Ucapku.
"Mba pulang ada jaminan kamu merawat Ara dengan baik disini? Hah!" Bentaknya lagi.
Aku hanya bisa menghela napas panjang dan tak mau berdebat lagi.
"Keluarga pasien atas nama nyonya Almeera Syakira" Panggil seorang perawat.
"Saya kakaknya" Mba Arumi yang maju duluan.
"Oh baik ibu, pasien sudah sadar dan sudar boleh dijenguk, tapi saya minta jangan bersuara terlalu keras karena pasien sedang tahap pemulihan" Ucap perawatnya.
Kami semua masuk ke ruangan tempat Almeera dirawat. Disana dia tertidur tak berdaya. Mukanya pucat seperti tidak ada darah yang mengalir. Mungkin karena memang kulitnya seputih susu dan sekarang bertambah pucat karena sakit.
"Ara, kamu udah baikan dek?" Mba Arumi menghampirinya.
Dia tidak menjawab dan hanya mengangguk pelan.
"Mau minum?" Tawar Mba Arumi.
Lagi-lagi dia hanya menggerakkan kepalanya pelan.
"Mba udah enakan kan?" Sekarang Nanda yang bertanya.
Almeera hanya tersenyum sedikit dan kembali mengangguk sedikit.
"Kak" Panggil Nisa.
Aku mendekat ke ranjangnya, aku berdiri disebelah kirinya.
Dia menoleh dan menatap ke arahku, ada bulir air mata dibola matanya. Aku sebenarnya merasa bersalah, tapi rasa bersalah itu tertutupi dengan kebencianku padanya. Gara-gara dia aku batal menikah dengan pacarku.
Ya aku sebenarnya mempunyai pacar, tepatnya mantan tapi baru seminggu ini dia pulang dan kami kembali menjalin hubungan.
"Maaf" Ucap Almeera pelan.
Aku langsung menoleh ke arahnya. Kenapa dia yang meminta maaf padaku? Padahal aku yang membuatnya sakit begini.
"Kamu gak salah Ra, dia yang salah!" Ucap Mba Arumi.
"Telpon mama sama papa Nis, bilangin Almeera udah bangun" Nisa langsung menjauh dari ranjang.
"Maaf merepotkan kamu" Ucapnya lagi.
Aku tetap tidak menggubris dan hanya diam berdiri.
"Mba kata mama bentar lagi dia ke sini. Mba diminta pulang dulu sama mama, itu Lea nangis nyariin mba" Ucap Nisa ke Mba Arumi.
Alhamdulillah kalau Mba Arumi mau pulang, aku juga bosan dengar ocehannya yang berulang.
"Iya mba pulang bilangin" Jawab Mba Arumi.
"Ra, mba pulang bentar ya. Biasa itu si Lea buat ulah, nanti siang mba datang lagi bawa anak-anak sekalian ya. Kamu kalau butuh apa-apa langsung telpon aja mba ya, kalau belum kuat ngomong wa aja" Pesan Mba Arumi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Ficción GeneralMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.