Part 91

2.1K 120 8
                                        

Alfandy Pov

Kondisi Almeera membaik, begitu juga dengan kondisi Hana. Aku sungguh bersyukur Allah telah memberikan kesempatan aku bersama istri dan anakku lagi. Hana juga sudah dipindahkan ke ruangan rawat biasa.

"Aku rindu Hana mas" Tiba-tiba saja Almeera berujar.

Almeera masih dirawat karena masih harus diobservasi setiap harinya. Selama dia dirawat aku selalu bilang Hana dijaga mama dan tidak baik dibawa ke rumah sakit. Selama ini Almeera percaya saja karena mungkin pikirnya iya juga karena kondisi rumah sakit gak baik untuk anak bayi.

"Besok kan kamu pulang dan ketemu juga yang" Ucapku ke dia.

"Aku rindunya sekarang bukan besok" Jawabnya ketus.

Almeera memang kadang bicara ketus sekarang, entah memang karena moodnya berubah-ubah atau akibat efek kepalanya terbentur jadi sifatnya berubah-ubah.

"Assalamualaikum mama!" Alhamdulillah Arfan dan Arhan datang.

Semoga dengan kedatangan keduanya Almeera melupakan Hana sebentar.

"Waalaikumussalam, sini-sini mama mau peluk" Panggil Almeera.

Anak-anak berlari dan langsung naik ke ranjang Almeera. Ranjang itu sedikit berderit karena anak-anak rebutan naik.

"Pelan-pelan bang nanti rubuh kasihan mama jatuh" Ucapku.

"Kalau ranjangnya rubuh bukan mama aja yang jatuh pa, kita juga hehe" Sahut Arhan.

Ada saja memang jawaban dari mereka ini kalau aku yang nasehatin coba saja kalau Almeera yang ngomong iya aja jawabannya.

"Udah sini peluk" Potong Almeera.

Anak-anak langsung memeluk Almeera dan aku memberikan ruang mereka untuk kangen-kangenan sekalian aku menengok Hana ke ruangannya.

"Papa keluar bentar ya, tolong jaga mama sebentar" Pamitku ke anak-anak.

"Oke" Jawab keduanya.

"Mau ke mana mas?" Tanya Almeera.

"Mau ngerokok bentar di bawah" Jawabku asal.

"Kamu merokok?" Tanya nya.

Bodoh sekali mencari alasan, dia kan tau aku tidak merokok.

"Hm itu iya" Jawabku asal.

"Sejak kapan?" Tanya nya lagi.

"Baru aja" Jawabku cepat.

"Ngapain merokok? Apa untungnya? Apa faedah dari merokok yang kamu dapet?" Mulai dah Almeera nyinyir.

"Iya aku gak merokok lagi, maaf ya" Memang seharusnya aku tadi nyari alasan yang masuk akal dikit bukan malah nambah masalah gini.

"Awas ya kalau kamu merokok aku gak bakal mau deket-deket, dan juga jangan deket-deket anak-anak kalau kamu merokok" Ancamnya.

"Iya iya, aku keluar beli makanan dulu" Pamitku lagi.

"Mau es krim ya pa" Sahut Arhan.

"Oke! Abang Arfan juga?" Tanyaku ke Arfan yang dari tadi cuma diam meluk Almeera.

"Iya mau pa" Jawabnya.

Setelah itu akhirnya Almeera mengizinkan aku keluar dari ruangan. Diluar ruangan sepanjang lorong rumah sakit aku mengutuk kebodohanku tadi. Bisa-bisanya ngomong mau merokok padahal aku tau betul Almeera tidak menyukai laki-laki yang merokok.

"Mau ke mana kak?" Tak sengaja di lorong ketemu Nanda dan Ira.

"Mau ke kamar Hana ini, kamu sama Ira mau ke mana?" Tanyaku juga.

"Mau ke ruangan Mba Ara, ini Ira nyariin kembar" Jawabnya.

"Cie nyariin anak-anak oom ya, Ira mau yang mana? Arfan apa Arhan?" Candaku ke Ira.

Memang paling seneng aku becandain dia karena dia ponakanku paling kecil jadi seru aja kalau udah bercandain dia.

"Papa" Rajuknya ke Nanda.

"Haha udah dah ayok kita ke ruangan Tante Ara" Pujuk Nanda tapi sambil ngetawain anaknya.

"Duluan kak" Pamit Nanda.

Ira bergelayut ditangan papanya karena masih merajuk denganku.

Aku juga melanjutkan jalan ke ruangan Hana yang dilantai 3. Tidak terlalu jauhlah dari kamar Almeera hanya beda lantai. Di rumah sakit ini memang begitu, lantai 1 khusus lobby dan UGD, administrasi, lantai 2 khusus lansia, lantai 3 khusus anak-anak dan lantai 4 khusus orang dewasa.

"Assalamualaikum" Di dalam ruangan ada mama dan Nisa yang sedang menunggui Hana.

Hana sudah terlihat lebih sehat dan ceria, dia bahkan sedang cekikian diajak bercanda Nisa.

"Waalaikumussalam, tuh ada papa tuh" Nisa menunjuk ke arahku.

"Ma ma" Hana menaikkan tangannya.

"Papa gak berani gendong nanti kena infusannya" Balasku mengusap kepalanya.

"Ma ma" Hana tetap mengulur tangannya minta digendong.

Aku bingung juga antara mau ambil atau tidak, aku tidak berani gendong takut infusnya macet. Maklum anak kecil kan dia ga betah diinfus gitu jadi rewel dan sudah beberapa kali macet-macet infusnya.

"Gendong nenek aja sini" Mama mengambilnya dan untungnya dia mau.

"Gimana keadaan Mba Ara kak?" Tanya Nisa.

"Alhamdulillah udah baik Nis, besok Almeera udah boleh pulang. Tapi kakak takut dia tanya Hana. Kakak bingung mau jawab apa, selama ini kakak gak ceritain kalau Hana sakit juga" Jelasku ke Nisa.

Aku merebahkan dikit tubuh ke sofa, rasanya pegal sekali. Kalau di ruangan Almeera aku tidak berani rebahan, takut kalau Almeera mengira aku kecapekan karena menjaganya dan dia jadi tidak enak hati.

"Saran mama kasih tau aja dari sekarang biar nanti Almeera gak sedih. Dia bisa jadi kecewa sama kamu karena kamu bohongin dia" Ucap mama.

"Ma ma ma" Hana terus saja bergumam mamanya.

Sepertinya juga Hana merindukan Almeera. Sudah lebih 3 minggu Almeera koma dan baru sadar beberapa hari tapi Hana pula ikut sakit.

"Iya kak aku setuju dengan saran mama. Kasihan juga Hana rindu sama Mba Ara" Sambung Nisa.

Benar juga saran mama dan Nisa tapi aku belum ada nyali mau jujur ke Almeera.

"Nanti deh Al pikir lagi ma, numpang rebahan bentar di sini ya" Aku memanjangkan badanku di sofa.

"Di kamar Ara gak ada bed tambahan?" Tanya mama.

"Ada ma tapi aku pakenya malam aja, kalau jam segini aku rebahan ntar Almeera mikir aku kecapekan gara jagain dia dan dia jadi gak enakan. Mama tau sendiri menantu mama yang satu itu gimana" Jelasku.

"Ya udah deh istirahat dulu sana. Aku ke ruangan Mba Ara ya sekalian jemput Ira, dia lengket banget sama Arfan Arhan. Pake pelet ya anak-anak kakak tuh sampe anakku maunya nemplok mereka mulu" Celoteh Nisa.

"Haha mereka tuh punya daya tarik sama seperti kakak. Liat dulu lah siapa papanya" Aku menyombongkan diri.

"Liat mamanya lah bukan papanya. Mamanya lurus-lurus aja otaknya gak kayak papanya sengklek gini" Mama yang menyahut.

"Hahaha iya ya ma untung nurut sifat Mba Ara, kalau nurut Kak Al ntah jadi apa mereka" Nisa mengejekku kemudian keluar dari ruangan.

Memang sih betul ucapannya, sifatku memang jelek banget hahaha jangan sampai anak-anak meniru sifatku, biar aja semuanya niru Almeera. Almeera itu paket komplit, udah cantik, baik, ramah dan penyayang. Aku saja dulu yang bodoh sempat berpaling dari dia.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang