Part 37

3.5K 154 9
                                        

Alfandy Pov

Sungguh ini adalah penyesalan terbesarku. Anak-anakku mulai membenci ku karena sikapku sendiri. Aku tidak bisa tegas sebagai laki-laki, aku tidak bisa menentukan mana baik dan mana yang buruk.

"Pulang juga kamu!" Erin duduk dimeja riasnya.

"Jangan banyak omong dulu aku pusing" Jawabku.

"Oh bagus kamu sekarang bisa bersikap dingin ke aku gara-gara perempuan itu" Erin bangun dan pindah ke kasur.

"Bisa gak jangan bahas itu dulu, kepala aku sakit mikirnya. Kamu tau? Anak-anak aku sekarang benci padaku, itu semua gara-gara kamu!" Bentak ku.

"Kamu bentak aku!" Dia bangun dan berdiri di depanku.

"Udah aku mau mandi" Aku berusaha menghindarinya.

"Aku tanya, kamu bentak aku?" Ulangnya.

Aku hanya diam dan menatapnya, ada rasa bersalah saat tadi aku membentaknya. Dia orang yang aku cintai tapi justru aku membentaknya.

"Maafin aku ya, aku mau mandi dulu" Aku melembutkan suara.

"Tega kamu bentak aku demi belain perempuan itu. Kalau kamu masih cinta sama dia balikan sana!" Dia menangis.

"Sayang aku gak cinta sama dia, aku cuma cinta sama kamu" Jawabku.

"Kamu bohong Al, kalau kamu udah gak cinta sama dia kenapa kamu gak pernah ceraikan dia secara sah dan kasih tau ke semua orang kalau sekarang aku istri sah kamu!" Aku terkejut darimana dia tau aku belum menceraikan Almeera.

"Kamu tau dari mana?" Tanyaku.

"Aku baca surat-surat itu Al, aku tau selama ini kamu sengaja simpan surat itu dan tak menandatanganinya. Tega banget kamu Al, aku tau aku gak bisa kasih kamu keturunan tapi gak gini juga cara kamu Al!" Dia berlari ke balkon.

"Sayang maaf ya" Ku peluk dia.

"Kamu jahat Al" Ucapnya.

"Kamu mau aku gimana supaya kamu maafin aku?" Tanyaku.

"Ceraikan Almeera secara sah dan publish pernikahan kita" Ucapnya.

Aku sedikit terkejut tiba-tiba Erin meminta ini, padahal sebelumnya dia tidak masalah dengan statusnya.

"Kenapa kamu diam? Kamu gak mau?" Tanya nya.

"Iya sayang aku secepatnya urus perceraian dengan Almeera dan publish pernikahan kita. Udah ya jangan nangis lagi" Ucapku.

Akhirnya Erin diam dan langsung tersenyum kembali.

Rumah Bu Rahimah

Tiba-tiba sore ini aku mendapat pesan dari mama yang menyuruhku ke rumahnya. Tidak pernah mama menyuruhku ke rumah semenjak aku dan Erin menikah. Kadang aku ke rumah saja mama tidak perduli.

"Assalamualaikum, mama mana bi?" Tanyaku ke bibi.

"Waalaikumussalam, nyonya diatas den" Jawabnya.

Aku menuju lantai atas mencari mama. Biasanya mama duduk dibalkon ruang keluarga.

"Assalamualaikum ma" Aku duduk.

"Waalaikumussalam" Jawab mama.

Mama masuk dan duduk didepanku, tatapannya terlihat dingin dan mengintimidasi.

"Ada apa mama suruh Al ke sini?" Tanyaku.

"Ada apa kamu tanya? Kamu gak sadar kesalahan kamu?" Tanya mama.

"Kesalahan apa maksud mama?" Tanyaku lagi.

"Ara" Jawabnya.

Aku terdiam, apa mama tau kejadian tadi malam? Atau Almeera sengaja memberitahu mama supaya mama memarahiku?.

"Kenapa Almeera ma?" Aku masih berpura-pura tenang.

"Kepalanya dijahit dan sekarang dia terbaring sakit itu ulah istri tercinta kamu!" Sarkas mama.

Almeera sakit? Padahal tadi malam hanya kepalanya saja berdarah sedikit dan tampak tak sakit.

"Mama tau dari mana? Dia ngadu ke mama?" Tanyaku.

"Ara bukan perempuan pengadu dan suka buat masalah seperti istri kamu. Mama tau karena mama mencari dia ke tempat kerjanya tapi tidak ketemu dan mama dapat kabar kalau dia sakit. Mama gak nyangka ya Al kamu tega membiarkan Ara terluka demi membela perempuan itu!" Marah mama.

"Ma itu Erin gak sengaja dorong Almeera bukan dengan sengaja" Bantahku.

"Kamu bilang gak sengaja? Matamu itu gak sengaja!" Jawab mama.

"Iya gak sengaja ma Erin dan Almeera cekcok sedikit dan gak sengaja Erin dorong Almeera" Jawabku tetap membela Erin.

"Cekcok karena Erin ngatain Almeera dan anak-anak kamu hah!" Jawab mama.

"Kamu jangan belain perempuan itu terus ya, mama udah tau kejadiannya. Mama nanya ke orang yang nolong Almeera dan juga mama liat cctv kejadian tadi malam. Kamu tau? Itu tindakan kriminal, mama yakin kamu tau akan hal itu. Mama udah suruh Ara lapor polisi tapi Ara gak mau perpanjang. Sebaik itu hati Ara sampai gak mau bikin perempuan kesayangan kamu masuk penjara!" Ucap mama.

Aku gak kepikir sampai hal itu, aku baru ngeh kalau benar itu tindakan pidana dan bisa buat Erin dipenjara.

"Sekarang mama minta kamu ceraikan Ara dengan sah. Berhenti kamu gantung status dia!" Mama rupanya juga tau kalau aku belum menceraikan Almeera.

"Al akan urus secepatnya ma" Jawabku.

"Setelah itu kamu jangan pernah temui Almeera, mama dan papa kamu ini!" Papa tiba-tiba masuk.

"Pa gak bisa gitu" Jawabku.

"Apa yang gak bisa gitu? Kamu lebih memilih perempuan itu dibanding perempuan yang udah kasih kamu anak dan perempuan yang hatinya sebaik Almeera" Jawab papa.

"Mulai hari ini jangan panggil saya papa dan anggap saya bukan papa kamu. Urus hidup kamu sendiri dan minta bantuan keluarga perempuan itu" Papa keluar dari ruangan dengan wajah marah.

"Ma" Aku menatap mama.

"Pergi dari sini dan jangan kembali lagi. Gara-gara kamu cucu mama jadi ikut membenci mama" Mama menangis.

"Arfan?" Tanyaku.

"Iya Arfan, sikap dan sifat dia sama dengan kamu. Kamu pasti tau sendiri tentang diri kamu!" Jawab mama.

Aku terdiam mendengar ucapan mama. Aku jadi bingung sekali dengan pilihan ini. Aku mencintai Erin tapi aku juga tidak bisa lepas dari keluarga besarku.

"Eh Rahma, Lea" Aku bertemu dengan anak-anak Mba Arumi saat hendak pulang.

Mereka berdua tidak membalas sapaan ku dan langsung masuk ke dalam.

"Mba" Aku menyapa Mba Arumi.

Dia diam saja dan meninggalkanku menyusul Rahma dan Lea.

"Mba mu dan anak-anak lagi kesal sama kamu karena kamu belain Erin daripada Ara" Jawab Kak Bagas suami Mba Arumi yang baru saja akan masuk.

"Iya kak, aku bingung sekarang" Jawabku.

"Udah kamu tenangin diri dulu dan pikirkan baik-baik tentang masa depan kamu" Kak Bagas menepuk pundak ku dan masuk ke dalam juga.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang