Almeera Pov
Jumat adalah hari kesukaan ku. Di mana memang hari Jumat disebut hari baik dan raja segala hari. Jumat pagi ini hujan turun rintik-rintik. Halaman rumahku yang memang cukup luas dibasahi air hujan beserta embun pagi.
"Gak dingin ma?" Mas Alfandy melingkarkan tangannya di perutku.
Ini adalah kebiasaannya kalau memeluk dari belakang. Dia akan menopang dagunya ke bahuku dan tangannya mengusap perutku.
"Gak kerja mas?" Aku sedikit menoleh.
"Masuk sore ma, dan kayaknya malam ini papa pulang larut banget" Jawabnya.
Aku sudah terbiasa kalau dia dinas sore ataupun malam. Karena di rumah ada Mang Kardi, Bi Minah, babysitter anak-anak dan kadang Asep atau Arif bergantian menginap juga.
"Mau aku siapin makan malamnya gak?" Tanyaku.
"Papa beli aja nanti, mama siapin buat mama dan anak-anak aja" Jawabnya masih sambil menopang dagunya ke bahuku.
"Jangan mama papa deh mas kalau lagi berdua gini" Protesku.
Aku memang agak risih jika dipanggil mama olehnya. Entah kenapa perasaanku seperti dia jadi anakku kalau memanggilku dengan sebutan mama.
"Biar kebiasaan sayang, nanti pas di depan anak-anak kita gak canggung lagi" Jawabnya.
"Serah dah" Aku kembali melanjutkan lamunanku.
"Besok ke makam mama papa aku ya mas, rindu" Tiba-tiba saja aku merindukan keduanya.
"Boleh, besok aku beli kembangnya" Jawabnya.
Ku balik badan dan ku tatap dia.
"Kenapa?" Dia kebingungan.
"Beli apa?" Tanyaku.
"Kembang" Ucapnya.
"Kenapa? Kan memang kalau ziarah kita bawa kembang buat di taburin di atas makam" Jawabnya lagi.
"Ngapain beli sih mas" Jawabku sedikit kesal.
Masa dia gak ingat kalau istrinya ini punya usaha bunga yang sudah terkenal.
"Ya kalau gak beli masa kita gak nabur bunga nanti" Ucapnya.
Ini suamiku memang eror atau gimana ya.
"Kan aku ada florist mas, ngapain kamu beli lagi" Jawabku kesal.
"Hahaha iya ya kok aku bisa lupa kalau istriku ini bos florist. Sorry ya sayangnya aku" Ucapnya sambil mencuri ciuman di pipiku.
"Udah mas ketawanya?" Tanyaku.
Dia seketika diam dan membalikkan badanku.
"Kamu lagi datang bulan ya? Sinis dan ketus banget sih, bawaan emosi aja" Tanya nya sambil memegang kedua bahuku.
"Aku gak lagi datang bulan ya, kamunya aja bikin emosi" Jawabku.
"Ya udah maaf ya kalau aku bikin emosi kamu" Ucapnya sambil mengelus pipiku.
"Kenapa sih mas suka banget sama pipiku. Tadi dicium sekarang di elus-elus" Protesku menghindar dari elusannya.
"Hehe ya udah ayok lah ke bawah kita bikin sarapan bareng" Ajaknya padaku.
Aku mengambil cardigan baju tidurku ini dan memakainya. Kebetulan memang aku tidur hanya memakai baju tidur tanpa cardigan. Di dalam rumah aku memang tidak menggunakan hijab, karena tidak ada laki-laki lain selain suami dan anak-anak yang melihat. Untuk Mang Kardi, Asep atau Arif tidak pernah masuk ke rumahku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Ficción GeneralMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.