Part 30

4.5K 156 1
                                        

Author Pov

Saat ini anak-anak Almeera sedang dibawa jalan-jalan oleh Pak Hartowi, papa dari Alfandy. Hartowi sangat senang memiliki cucu laki-laki apalagi ini langsung 2 sekaligus. Tapi bukan berarti dia tidak menyayangi cucu yang lain. Hanya saja karena ketiga cucunya yang lain perempuan jadi dia agak excited dengan cucu yang ini.

"Ke rumah kakek mau gak?" Tanya Hartowi ke si kembar saat mereka sedang dalam perjalanan.

"Katanya mau jalan-jalan kek?" Tanya Arfan.

"Iya katanya mau jemput nenek sekalian" Protes Arhan juga.

"Nenek kalian sudah pulang jadi kita jemput di rumah saja. Atau kalian main di rumah kakek aja gimana? Banyak mainan juga di rumah kakek sama ada taman bermain biasa tempat sepupu-sepupu kalian main kalau ke rumah kakek" Ucap Pak Hartowi.

Anak-anak Almeera menjadi antusias mendengar kata taman bermain. Mereka sangat menyukai yang namanya taman, taman apapun itu bukan hanya taman bermain saja.

"Kakek abang boleh tanya gak?" Arhan.

"Tanya apa?" Jawab Pak Hartowi.

"Kenapa sih mama sama papa kita gak tinggal balengan? Temen abang tuh mama papanya tinggal balengan, ya kan bang?" Arhan meminta konfirmasi Arfan.

"Iya temen abang yang suka main di taman itu bilang mama papanya tinggal baleng dan tidul baleng juga. Kadang-kadang mama papanya tidul baleng meleka juga. Kok Abang Alfan sama Abang Alhan gak ya kek?" Sambung Arfan.

"Hm itu kan karena mama papa itu ada kerjaan masing-masing jadi gak bisa tinggal barengan. Doain aja semoga suatu saat kalian bisa tinggal barengan" Ucap Pak Hartowi.

Bukan tanpa alasan beliau mengatakan begitu, tapi memang itulah yang diharapkannya dan keluarga yang lain.

Mereka satu keluarga tidak ada yang menyukai Alfandy menikah dengan Erin. Tapi karena Alfandy bersikeras dan sanggup jauh dari keluarga demi menikahi Erin mau tidak mau mereka menyetujui saja.

"Nah ini rumah kakek, yuk turun" Ajak Pak Hartowi.

Arfan dan Arhan keluar dari mobil serentak, mereka masih terbius dengan rumah Pak Hartowi. Bisa dikatakan ini bagai istana dimata Arfan dan Arhan. Rumah mereka bahkan hanya seperempat dari rumah Pak Hartowi.

"Gede banget lumahnya" Arhan terkagum.

"Kayak istana ya bang" Imbuh Arfan.

"Iya gede banget bang, ini ada kolam lenang juga gak kek?" Tanya Arfan lagi.

"Ada dong, dibagian belakang kolam renangnya. Kalian mau berenang?" Tawar Pak Hartowi.

"Boleh kek?" Tanya Arhan ikut antusias.

"Boleh lah, ayok masuk dulu" Mereka mengikuti Pak Hartowi dan masuk ke dalam rumah melalui pintu samping.

"MasyaAllah" Ucap kedua anak kembar ini.

"Eh" Pak Hartowi kaget karena mendengar cucu-cucunya menyatakan kekagumannya lewat kalimat baik.

"Kenapa kek?" Tanya Arhan.

"Gak papa, kalian itu anak-anak hebat dan sholeh" Pujinya.

"Kata mama kalau liat sesuatu yang bagus-bagus harus ucapin MasyaAllah, ya kan bang" Arhan menegur Arfan yang masih melongo dengan isi rumah.

"Abang!" Arhan sedikit mentoel tangan Arfan.

"Iya benel, kata mama kalau liat yang bagus MasyaAllah tapi kalau yang jelek subhanallah dan kalau dengel belita duka innalilah" Jelas Arfan.

Tampak diraut wajah Pak Hartowi kepuasan dan kebanggaan. Siapa yang tidak bangga memiliki cucu-cucu yang sholeh dan tampan seperti si kembar ini.

"Eh ada Arfan sama Arhan" Arumi menuruni tangga sambil membawa beberapa berkas.

"Halo tante cantik" Sapa Arhan.

"Idih bisa banget gombalin tantenya" Sahut Pak Hartowi.

"Tapi Tante Alum memang cantik kakek, Kakak Lahma, Kakak Lea sama Kakak Ila juga cantik" Jawab Arhan lagi.

"Haha iya deh" Balas Pak Hartowi.

"Sini sama tante" Panggil Arumi yang sudah duduk di kursinya.

"Ke sini tadi izin mama gak?" Tanya Arumi.

"Izin dong tadi kata mama asal jangan buat kakek sama nenek lepot. Tapi buat lepot tante boleh kan ya?" Senyum jahil Arfan.

"Eh mentang-mentang pesen mamanya cuma kakek nenek malah tante kena juga" Arumi mengacak rambut keduanya bergantian.

"Ayok cari nenek dulu katanya mau berenang" Ajak Pak Hartowi.

Anak-anak Almeera langsung menurut dan berjalan dikiri kanan Pak Hartowi.

Almeera Pov

Rindu sekali rasanya aku dengan anak-anak padahal baru beberapa jam dibawa papa. Aku memang tidak pernah pisah dan tak bisa pisah dari anak-anak. Sedari mereka bayipun kalau kerja aku selalu pulang jam-jam kosong hanya untuk melihat mereka.

"Halo assalamualaikum mba ada apa?" Aku menerima telepon dari Mba Arumi.

Setelah pertemuan kami kedua pada saat itu Mba Arumi meminta kontakku. Aku memberikan tapi dengan syarat Mas Alfandy tidak boleh tau kontakku.

"Waalaikumussalam Ra, ini mba mau tanya anak-anak memang kamu izinin dibawa papa ya?" Tanya nya.

"Iya mba aku tadi izinin mereka pergi, kasian juga papa kangen mau main sama mereka" Jawabku.

"Oh ya udah deh kalau gitu berarti memang dapet izin kamu. Aku kaget ini tiba-tiba papa bawa anak-anak kamu ke rumah. Mba kira papa gak izin kamu" Jawabnya.

"Izin kok mba, hehe" Aku terkekeh sedikit.

"Okedeh aku cuma mau nanya itu aja, maaf ya ganggu time rehatnya" Ucap Mba Arumi.

"Santai aja mba aku juga lagi gak ngapa-ngapain ini. Titip anak-anak ya mba kalau mereka nakal marahin aja gak papa" Pesanku.

"Anak-anak kamu itu bukan anak nakal Ara, gak mungkin juga mba marahin" Tawa Mba Arumi.

"Hm ya deh kan mereka titisan aku kalem" Balasku.

"Ya kamu mah kalem papanya reog bisa jadi anaknya ngereog juga kan" Mba Arumi tertawa puas.

"Heh mba ada-ada aja. Udah dulu mba ya, titip anak-anak aku. Assalamualaikum" Aku menutup telepon agar Mba Arumi tak panjang membahas Mas Alfandy.

Selesai menerima telepon aku memanjakan diri sendiri dengan berendam. Rasanya nikmat sekali berendam kali ini. Aku memang biasa berendam tapi biasanya baru berendam sebentar sudah digangguin anak-anak. Kadang mereka main masuk aja ke kamar mandi kalau aku gak nyaut. Malu juga kan diliat mereka kalau lagi berendam. Aku juga menjaga aurat walaupun depan anak-anak karena mereka laki-laki.

"Assalamualaikum maaf Bu ada tamu" Baru juga beberapa menit aku berendam si mba sudah mengetok pintu kamar mandi.

"Waalaikumussalam iya bentar bi suruh masuk aja dulu siapin minum" Teriak ku.

Aku bangun dan memakai kembali baju dan hijabku baru ke depan. Rumahku hanya memiliki satu lantai jadi tidak perlu turun naik tangga.

"Maaf nyari siapa mba?" Seorang wanita paruh baya.

"Maaf ibu saya dari PT Setia diminta datang ke sini untuk jadi asisten rumah tangga" Ucapnya.

Aku mengingat-ingat kalau aku tidak pernah memesan art lagi selain si mba.

"Maaf Bu tapi saya gak ada pesan art lagi mungkin ibu salah rumah" Jawabku.

"Rumah Bu Almeera kan ya?" Tanya nya.

"Iya benar" Jawabku.

Makin bingung aku dengan keadaan ini, bagaimana bisa ibu ini nyasar ke sini.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang