Part 66

3K 151 3
                                        

Alfandy Pov

Aku dalam perjalanan menuju kota Bandung. Aku menyadari kalau diriku mencintai Almeera dan ingin bersama kembali. Aku merasa telah membohongi diriku sendiri selama ini karena berpura-pura tidak menyukai Almeera.

"Assalamualaikum iya kenapa?" Adikku yang menelpon.

"Waalaikumussalam, kakak di mana? Ini Erin mau lahiran dia kritis" Ucap Nisa.

"Hah! Kritis? Erin tuh masih 3 bulan lagi lahirannya Nis, jangan sembarang dah" Ucapku.

Mama mungkin Erin melahirkan dalam waktu dekat karena katanya masih 7 bulan itu kandungan.

"Astaghfirullah gak percaya, ini aku, Mas Nanda sama Sisi adik Erin di sini. Orangtua Erin kabur mereka kena kasus penggelapan, adik Erin yang Siska ikut orangtuanya kabur karena ikut membantu orangtuanya berbuat kejahatan. Buruan ke rumah sakit tempat kakak tugas. Ini butuh tandatangan kakak buat tindakan" Ucapnya.

"Kasih ke dokternya hp kamu, aku gak yakin gak bisa datang cepat. Aku lagi di luar kota dan butuh waktu sampai sana. Atau gak tolong Nanda wakilkan tandatangani surat tindakannya" Aku memang benar tidak bisa cepat tiba di sana.

"Bentar aku kasih ke dokternya" Terdengar suara langkah kaki.

"Ini dokter suaminya" Suara Nisa.

"Halo Pak Alfandy, saya dokter yang akan mengoperasi istri anda. Kami butuh tandatangan persetujuan anda. Ini menyangkut nyawa istri dan anak anda. Anda harus membuat keputusan memilih antara keduanya" Ucap si dokter.

Tanpa pikir panjang aku langsung memilih bayiku. Aku seperti tidak punya rasa kasian lagi ke Erin.

"Selamatkan anak saya" Ucapku.

"Ba bapak yakin?" Tanya nya ragu.

"Yakin, sudah selamatkan saja anakku" Ucapku.

"Baik pak, kami akan sebisa mungkin menyelamatkan keduanya" Ucapnya.

"Udah ya kak aku matiin. Assalamualaikum, hati-hati nyetirnya" Dia mematikan telepon.

Aku langsung putar balik di tol selanjutnya menuju ke rumah sakit. Walaupun aku sudah benci Erin tapi dia berjuang menyelamatkan anak kami.

Author Pov

Dilain tempat Sisi terus menangis meratapi nasibnya. Dia sudah ditinggal orangtua dan kakak keduanya kabur entah kemana dan sekarang kakak pertamanya sedang berjuang antara hidup dan mati.

"Udah sabar dulu ya, kita doakan keselamatan kakak kamu" Nisa merangkulnya.

Keluarga Alfandy semua baik padanya, tapi Sisi masih tak habis pikir kenapa mama, papa, Erin dan Siska jahat pada mereka.

"Minum dulu ini" Nanda memberikan Sisi air minum.

"Terima kasih kak" Sisi menerimanya.

Nisa merenggangkan pelukannya pada Sisi dan Sisi mulai minum. sisi berusaha istighfar agar tak terlalu terbawa emosi lagi. sisi harus mendoakan keselamatan Erin dan bayinya daripada menangis.

"Udah lebih tenang?" Tanya Nisa.

"Udah mba. Terima kasih ya Mba Nisa dan Kak Nanda masih mau mengurusi Kak Erin. Padahal Kak Erin jahat ke kalian" Ucapnya.

"Erin tu sebenernya gak jahat, cuma dia salah dalam menilai seseorang. Kita doakan saja ya semoga setelah ini Erin sadar dan bertaubat" Ucap Nisa.

Sisi kembali memeluknya dan merasa nyaman saat dipelukan Nisa. Sisi jarang dipeluk siapapun, jadi siapapun yang tulus memeluknya akan terasa hangat baginya.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang