Part 169

697 48 5
                                        

Alfandy Pov

Sekitar sejauh 3 km masuk ke dalam hutan aku, Rio dan beberapa rekanku menyusuri. Kami mendapatkan titik posisi Siska di dalam hutan ini. Rio dari tadi nampak gelisah karena terpikir bagaimana keadaan Asyfa.

"Tunggu sini aja pak, medannya curam dan berbahaya. Biar kita yang bawa alat turun ke bawah" Ucap salah seorang rekanku.

Sekarang memang kami berada disebuah jurang yang agak terjal. Titik lokasi yang dilacak mengarah ke bawah jurang ini. Kenapa kami bisa tau titik lokasi Siska? Itu karena pihak kami sudah berhasil masuk ke akun hpnya Siska.

"Aku ikut turun" Rio memaksa.

"Maaf pak, bapak dan Pak Tama lebih baik tunggu di sini. Kami akan mencari dan menemukan anak bapak" Cegah seorang rekanku.

Aku juga menarik tangan Rio dan mengisyaratkan ke dia untuk tidak membantah ucapan rekanku. Bagaimanapun juga kami harus memikirkan keselamatan diri kami juga. Aku dan Rio tidak dilengkapi alat perlindungan untuk mendaki atau menuruni bukit serta jurang. Akan sangat berbahaya dan beresiko tinggi kalau kami memaksa.

"Aku gak bisa cuma diam di sini kak, aku takut Siska sudah mencelakai Asyfa" Rio gelisah.

Hpku dan hp Rio sama-sama tidak mendapatkan sinyal. Karena ini agak ke tengah hutan jadi rasanya sinyal susah karena tertutup pohon rindang.

"Aduh bagaimana mau ngabarin Almeera dan anak-anak ini" Gumamku sendiri.

Sedari pagi tadi aku harusnya sudah mengabari Almeera, tapi karena pencarian dipercepat pagi-pagi sekali, jadinya aku tidak sempat lagi. Sekarang mau menghubungi malah tidak dapat sinyal.

Almeera Pov

Khawatir yang aku dan Ria rasakan sekarang. Kedua suami kami sedari pagi belum juga ada kabar. Entah mereka berhasil atau tidak menemukan Siska yang menculik Asyfa.

"Aku benar-benar bodoh ya Ra. Aku selama ini mengabaikan Asyfa dan juga jahat ke dia. Aku sadar sekarang betapa aku sangat menyayangi dia. Dia anak yang baik dan penurut, tapi memang dasar aku yang tidak sabaran dan selalu menyalahkan dia" Ucap Ria padaku.

Aku mengusap pundaknya untuk sedikit menenangkan dia. Aku pun sama khawatir dengan dia. Bagaimanapun Asyfa juga ku anggap seperti anakku juga.

"Maaf mba ini Nana mau nen kayaknya" Anggun datang membawa Najwa yang sudah terlihat cemberut.

"Kasih asi yang saya pompa itu dulu aja ya Gun. Saya masih mau nemenin Ria di sini" Ucapku ke Anggun.

Bukan maksudku mengabaikan Najwa, hanya saja aku tadi pagi sudah pumping karena akhir-akhir ini Najwa sudah mau minum susu dari botol susunya, ya jadi aku hanya membiasakan saja. Maksudku nantinya kalau aku sedang sibuk dia bisa minum dari botol susu.

Anggun kembali membawa Najwa masuk ke kamarnya. Aku juga kembali menenangkan Ria.

"Maaf Bu ini Fisqy mau nyusu" Gantian pengasuh anak Ria yang datang.

"Maaf Bu ini Fisqy mau nyusu" Gantian pengasuh anak Ria yang datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang