Almeera Pov
Bulan ramadan tinggal beberapa hari lagi, rasanya cepat sekali ramadan kali ini. Ini adalah malam ke 25 ramadan. Itu artinya tinggal 5 hari lagi ramadan akan pergi, entah bertemu atau tidak dengan ramadan tahun depan.
"Melamun?" Mba Arumi datang menghampiri.
Kebetulan hari ini kami sekeluarga besar Mas Alfandy berkumpul di rumah mama lagi untuk buka bersama dan sekalian doa selamat untuk anak kedua Anisa.
Alhamdulillah anak kedua Anisa sudah keluar dari rumah sakit. Anaknya sangat sehat dan tampan. Alhamdulillah nya juga Anisa mendapatkan anak laki-laki.
"Gak melamun mba, eh udah jam berapa ini mba?" Tanyaku.
Kami tidak masak-masak untuk buka, mama sudah memesan catering. Kata mama biar anak menantunya gak usah repot masak sama beberes.
"Terus ngapain disini diem aja?" Bukan menjawab pertanyaan ku tapi malah nanya lagi.
"Mba ku sayang i love you, cintaku, diriku bertanya jam berapa?" Tanyaku lagi.
"Jam 5 Bu Ara Ara kimochi" Jawabnya.
Perasaanku semuanya manggil aku Ara Ara kimochi semua. Pada kenapa sih manggil gitu.
"Kenapa sih manggil aku gitu? Mba orang ke sekian yang manggil aku gitu" Rajuk ku.
"Haha santai Ra, yoklah masuk" Ajaknya.
Aku dan Mba Arumi masuk menuju ruang tengah. Karena semua berkumpul disini untuk menunggu waktu berbuka.
Saat kami sudah tiba di ruang tengah semua orang ada disini. Anisa dan bayinya pun juga ada. Bayinya diletakkan di dalam box bayi.
"Dari mana ma?" Tanya Mas Alfandy mendekat ke tempatku duduk.
"Duduk diluar aja" Jawabku.
"Haus ma" Arfan menduselkan kepalanya ke pahaku.
"Kan udah papa bilang tadi jangan main lari-larian, sekarang haus kan" Mas Alfandy mengomelinya.
"Udah ah mas" Ku senggol lengannya agar tak berhenti mengomeli Arfan.
"Sabar ya bentar lagi buka" Aku mengusap keringat yang ada di dahinya.
"Besok potong rambut ya ditemenin papa" Aku menyingkap poni Arfan ke atas.
Poninya sudah menutupi mata dan bagian samping menutupi telinga, bagian belakang juga udah menutupi pundaknya.
"Gak mau" Jawabnya.
"Kalau gak mau gak usah tiduran sini" Aku pura-pura akan menarik pahaku.
"Mama" Rajuknya.
"Potong ya" Pujuk ku.
Arfan diam tanda memang benar-benar sepertinya tidak mau potong rambut.
"Besok abang aja potong rambut ma" Arhan yang datang dan muncul darimana.
"Nah itu baru anak pinter" Pujiku.
"Nenek" Arfan malah lari menghampiri mama untuk mengadu.
"Lah kenapa ini kok nangis?" Tanya mama.
"Kenapa nangis bang?" Tambah papa.
"Mau ngadu apa?" Mas Alfandy mendekati nya.
Orang di dalam ruangan ini tengah sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga tidak ada yang memperhatikan tingkah Arfan.
"Mama gak sayang abang" Adunya ke mama.
"Mama tuh bukan gak sayang, abang kan mama suruh potong rambut. Tuh liat nek rambutnya udah kayak cewek gini" Mas Alfandy mengusap rambut Arfan kebelakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Ficção GeralMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.