Alfandy Pov
Tadi aku mendapat telpon dari Almeera, dia meminta aku langsung pulang ke rumah secepat mungkin setelah selesai bertugas. Tiba-tiba saja Almeera seperti itu, padahal kemaren masih ngambekan ke aku.
"Assalamualaikum!" Rumah sepertinya sepi dan tak ada tanda-tanda Almeera serta anak-anak.
Aku mencari ke ruang main anak-anak dan mereka juga tidak ada. Aku kemudian ke garasi untuk mengecek mobil Almeera.
"Kan bener ini dianya gak di rumah, ngapain coba nyuruh suaminya pulang cepet-cepet ke rumah tapi dianya gak di rumah" Omelku sendiri.
Ku cari nomor Almeera dan menghubunginya.
"Assalamualaikum ma, di mana sayang? Tadi suruh papa cepet pulang, ini papa udah di rumah tapi mama gak ada. Ke mana mama sama anak-anak?" Saat telepon diangkat aku langsung mengajukan pertanyaan padanya.
"Waalaikumussalam, maaf lancang pak ini saya Rini karyawan Bu Ara. Bu Ara di florist pak, Bu Ara barusan banget ini pingsan di kamar mandi. Kita mau bawa ke rumah sakit pak soalnya Bu Ara pendarahan" Langsung ku matikan saja telepon itu dan ku kirim pesan untuk bawa ke rumah sakit tempatku kerja.
Rumah sakit itulah yang memang satu-satunya paling dekat dengan florist Almeera.
"Mang tolong ambil mobil Ara di florist ya saya mau ke rumah sakit. Makasih" Aku meminta tolong Mang Kardi mengambil mobil Almeera.
UGD
Ku lihat ada 3 orang karyawan Almeera yang berdiri di depan ruang tunggu. Di sana juga ada Arfan, Arhan, Nayla, Naysa dan Najwa.
"Kenapa anak-anak saya dibawa ke sini semua?" Tanyaku agak emosi.
Ini karyawan Almeera kayak gak ngerti keadaan, udah tau rumah sakit gak baik buat anak-anak apalagi ibu mereka sedang di dalam. Takutnya anak-anak akan terbawa suasana.
"Abang yang minta ikut pa" Arfan menghampiriku.
"Mama gimana bisa pingsan di kamar mandi?" Tanyaku.
"Tadi mama bilang pusing terus mau muntah, mama ke kamar mandi udah itu mama teriak. Abang sama Abang Arhan datang mama udah jatuh terus mama berdarah" Jelasnya.
Aku langsung nyerobot masuk ke ruang UGD karena khawatir dengan kondisi Almeera.
"Maaf Pak Tama bisa tunggu di luar tirai saja pak, Bu Almeera sedang ditangani dokter" Ucap seorang perawat.
"Panggil dokter Mira saja" Suruhku.
Perawat itu mengikuti dan pergi untuk menelepon poli tempat Mira tugas.
Aku kembali keluar untuk menemui anak-anakku dan menenangkan mereka. Pastinya mereka sedih melihat mamanya sakit.
"Sini sama papa" Ku panggil mereka berempat sedangkan Najwa masih tertidur di dalam stroller nya.
"Mama kenapa pa?" Tanya Naysa.
"Mama gak papa, udah kalian jangan sedih. Kalian pulang aja ya papa minta tolong Om Asep atau Om Arif jemput" Ucapku ke anak-anak.
"Mama berdarah pa" Ucap Nayla.
"Iya kak tapi mama gak papa percaya papa ya. Ini kalian udah pada makan siang belum?" Tanyaku ke mereka.
Mereka berempat menggeleng serentak.
"Rini minta tolong bawa anak-anak makan ya, sekalian kalian juga kan ini sudah jam makan siang. Beli apa aja asal jangan yang pedas untuk Nayla sama Naysa" Ucapku sambil memberikan beberapa lembar uang.
Rini dan ketiga temannya membawa anak-anak untuk pergi makan, sedangkan Najwa yang tertidur aku ambil alih.
Tak lama setelah itu aku dipanggil untuk masuk lagi ke UGD. Sepertinya Almeera sudah sadar atau akan dipindahkan ke ruang rawat.
"Gimana Almeera Mir?" Langsung ku tanya ke Mira.
"Ara hamil Al" Jawab Mira.
Aku kaget karena baru mengetahui hal itu, pantas saja kemaren Almeera marah-marah padaku. Dia memang mewanti-wanti agar tak hamil.
"Hamil beneran Mir?" Tanyaku ke Mira memastikan.
"Iya Al, tapi Ara hamil di luar rahim. Itu membahayakan kesehatan dia. Aku mau minta persetujuan kamu untuk melakukan kuret" Mira menyerahkan sebuah surat persetujuan.
Aku langsung membubuhkan tandatanganku sebagai tanda setuju. Bagiamana pun keselamatan dan kesehatan Almeera nomor satu.
"Oke baik aku dan tim akan melakukan tindakan kuret. Setelah ini Ara harus bedrest beberapa hari ya" Ucap Mira sebelum masuk ke bilik Almeera lagi.
Almeera juga dipindahkan ke ruang operasi untuk melakukan kuret. Aku tau proses kuret itu tidaklah mudah dan pasti Almeera kesakitan. Semoga setelah ini dia akan sehat seperti sedia kala.
Author Pov
Bu Rahimah, Pak Hartowi, Arumi, Bagas, Anisa dan Nanda sudah dihubungi oleh Alfandy. Mereka juga sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Bu Rahimahlah orang yang paling khawatir dengan kondisi Almeera. Dia sangat menyayangi Almeera seperti anak kandungnya sendiri.
"Ara sakit apa lagi ya pa?" Tanya Bu Rahimah ke suaminya saat mereka sudah berjalan masuk ke rumah sakit.
"Papa juga gak tau ma, semoga aja Ara baik-baik saja. Kasihan anak-anak mereka kalah Ara sakit-sakitan begini" Jawab Pak Hartowi.
"Ara tuh lagi hamil pa, ma. Mungkin ini ada hubungannya dengan itu" Arumi tiba-tiba menyambung.
Sontak mereka memberhentikan langkahnya mendengar penuturan Arumi.
"Hamil? Kamu beneran Rum?" Tanya Bu Rahimah.
"Sebenarnya tadi pagi Ara ke tempat aku praktek dan periksa ma, dia hamil tapi hamil di luar rahim dan harus dilakukan tindakan kuret. Ara bilang dia mau diskusi dulu sama Al. Aku diminta merahasiakan hal ini dari kalian semua" Jelas Arumi.
Mendengar hal itu hati Bu Rahimah terasa perih, Almeera menyembunyikan hal ini agar mereka tak sedih.
Makin cepat langkah Bu Rahimah menuju ke UGD. Dari kejauhan juga sudah keliatan Alfandy yang tengah menggendong Najwa.
"Assalamualaikum" Ucap mereka semua.
Alfandy menyalami kedua orang tuanya dan kakaknya.
"Gimana Ara?" Tanya Bu Rahimah.
"Udah dibawa ke ruang operasi ma, lagi dilakukan tindakan kuret" Jawab Alfandy.
"Ya Allah" Ucap Bu Rahimah.
"Ini kenapa kamu masih di sini? Kenapa gak ke ruang operasi?" Tanya Pak Hartowi.
"Nunggu anak-anak yang lain pa lagi pergi makan sama karyawan Almeera" Jawabnya.
"Kenapa bisa karyawan Ara sampe sini?" Arumi.
"Almeera pingsan di floristnya mba, karyawannya yang ngasih tau Al" Jawab Alfandy.
Mereka bersama-sama mendoakan keselamatan dan kesembuhan untuk Almeera. Anisa dan Nanda menyuruh mereka untuk ke ruang operasi dan biar mereka berdua menunggu anak-anak Alfandy yang lain.
"Biar Nisa sama Mas Nanda aja yang nunggu mereka kak, kakak sama yang lain langsung aja ke ruang operasi" Ucap Anisa.
"Iya biar kita di sini nungguin nanti juga biar karyawan Ara kita suruh pulang saja" Sambung Nanda.
Semua menyetujui dan mereka menuju ruang operasi. Najwa yang sudah bangun langsung mencari Almeera. Dia sedikit merengek tapi akhirnya ditenangkan Arumi.
"Mama lagi bobok adek jangan rewel ya" Ucap Arumi.
Untungnya Najwa tipe anak yang mudah sekali dibujuk. Dia langsung diam dan tersenyum melihat Arumi dan Bagas yang mengajaknya bercanda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Ficción GeneralMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.