Author Pov
Beberapa bulan setelahnya kehidupan kembali normal. Almeera dengan kesibukannya mengurus anak-anak dan usahanya. Begitupun dengan Alfandy disibukkan dengan dinas dan usaha toko buahnya.
Hari ini Alfandy akan berangkat dinas ke salah satu kota yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya. Dia ditugaskan untuk membantu tenaga media di rumah sakit TNI di sana. Alfandy berangkat bersama beberapa rekan dokter dan juga rekan sesama TNI. Mereka kira-kira akan berada di kota tersebut selama kurang lebih 2 bulan lamanya.
Sebelum pergi meninggalkan istrinya Erin dan anak-anaknya Arfan Arhan. Alfandy terlebih dahulu menyempatkan memilih untuk quality time bersama kedua anaknya. Karena hal inilah yang membuat kemarahan Erin bertambah memuncak.
Saat itu Erin pernah kabur dari rumah mereka dan kembali ke rumah orangtuanya. Akan tetapi Alfandy sama sekali tidak membujuknya untuk pulang. Erin pulang ke rumahnya lagi dengan membawa rasa malu.
"Kamu besok udah berangkat tapi kamu gak ada waktu buat aku hari ini? Kamu pikir anak-anak itu aja yang butuh quality time sama kamu? Aku gak butuh gitu? Aku istri sah kamu ya. Kamu ke sana alasan nemui anak-anak kamu tapi sebenarnya kamu ingin bertemu perempuan pelakor itu kan?! Ngaku kamu!" Erin mencecar Alfandy dengan omelan serta beberapa pertanyaan.
Alfandy tidak menggubrisnya dan justru asik membereskan pakaian yang akan dia bawa dinas. Erin seperti orang gila sekarang, dia mengumpat dan mengomel tanpa didengarkan Alfandy.
"Alfandy!" Teriak Erin saat Alfandy melencong pergi keluar rumah tanpa menanggapinya.
"Ih dasar kamu Al awas aja kamu tiba-tiba balikan sama perempuan gatel itu. Udah tau kamu beristri mau aja berduaan dengan suami orang. Dasar perempuan murahan, pelakor!" Umpat Erin saat Alfandy sudah pergi.
Padahal kita semua disini pada tau kalau yang menjadi pelakor itu sebenarnya adalah Erin. Walaupun dia dan Alfandy dulunya menjalin hubungan tapi bukan berarti Almeera yang menikah menjadi pelakor. Justru kalau Erin bijak, ketika dia tau Alfandy telah menikahi Almeera dia harus memantapkan 2 pilihan untuk dirinya sendiri. Dia harus mengikhlaskan atau justru menunggu Alfandy kembali padanya.
"Halo assalamualaikum, kenapa Si?" Alfandy menerima telepon dari adiknya Erin.
"Waalaikumussalam, kakak di rumah gak?" Tanya nya.
"Oh gak Si, ini kakak mau ke rumah Almeera jemput anak-anak mau ajak main. Kenapa Si?" Tanya Alfandy penasaran, tidak biasanya Sisi menelpon tanpa chat dahulu izin.
"Mama, papa sama Mba Siska ke rumah kakak. Ini maaf ya kak bukan aku membuka aib keluarga dan juga mau menjelekkan keluargaku. Kakak harus hati-hati ya sama mama, papa dan Mba Erin. Mereka ada niat jahat ke kakak. Aku kurang tau apa itu, yang pasti mereka udah merencanakan ini dengan matang" Jelas Sisi ke Alfandy.
Alfandy tidak langsung percaya, tapi dia akan tetap waspada dengan keluarga istrinya itu. Diantara mereka memang Sisi lah yang paling bisa dipercayai. Sisi ini tidak pernah bertingkah laku aneh atau meminta-minta uang padanya. Justru Siska yang hampir setiap hari ada saja yang dia harus mengeluarkan uang. Bayar ini, bayar itu, beli ini dan beli itu. Kadang Alfandy tidak mau ngasih tapi lagi-lagi karena rasa cintanya ke Erin maka dia menurut saja.
"Oh oke terima kasih Sisi atas informasinya. Nanti kakak transfer uang jajan" Ucap Alfandy.
"Gak usah kak yang kemaren masih banyak belum habis. Aku ngasih tau bukan karena minta jajan. Aku ngasih tau karena menurutku tingkah keluargaku ini gak benar" Jawabnya.
Benar kata Alfandy kalau Sisi bukan tipe yang suka memoroti Alfandy. Begini saja kadang ditawari dia sendiri yang nolak.
"Oh oke baiklah. Terima kasih ya Sisi" Ucap Alfandy terakhir.
"Sama-sama kak" Jawabnya.
Mereka mengakhiri panggilan telepon dan Alfandy juga sudah tiba di perumahan Almeera. Sebelum masuk dia menyapa satpam komplek dan memberikan makanan yang dia beli di jalan tadi. Sudah menjadi kebiasaan Alfandy membelikan makanan untuk satpam komplek kalau ke rumah Almeera.
Belum masuk ke pekarangan rumah Almeera mobil Alfandy sudah dicegat kedua anaknya. Mereka yang sedang ikut mamanya berbelanja dengan mamang sayur menjadi kegirangan papanya datang nyamperin.
"Mama itu papa" Antusias mereka sambil menunjuk Alfandy yang baru turun dari mobil.
"Assalamualaikum" Ucap Alfandy.
Sontak membuat semua ibu-ibu yang lagi belanja dan mamang sayur menoleh ke arahnya.
"Waalaikumussalam" Jawab mereka semua.
"Ini papa abang tante, kemaren kan tante bilang abang gak boleh main sama Aji karena gak punya papa. Nah ini papa abang sama Abang Arfan. Tante jangan larang Aji main sama abang lagi ya. Abang udah ada papa" Tiba-tiba Arhan memecah suasana.
"Maksudnya bang?" Tanya Almeera.
Sepertinya Almeera baru mengetahui hal ini, sebelumnya anak-anaknya tidak pernah bercerita apapun tentang teman sepermainan mereka.
"Mama Aji gak bolehin Aji main sama kita, katanya kita anak gak jelas papanya. Jadi gak boleh main sama Aji dan disuruh jauhin Aji. Kita punya papa kan bang ya, kita udah bilang papa kita lagi kerja gak sering datang ke rumah. Eh mamanya Aji bilang kita bohong. Kata mama kita gak boleh bohong kan ya walaupun berbohong kecil" Jelas Arhan.
Arfan sedari tadi hanya diam dan sudah gelendotan ditangan kiri Alfandy.
"Hm eh itu itu gak ada saya gak. Eh ini mang sayur saya diitung berapa?" Ucap ibu-ibu yang dikatakan Arhan tadi.
Dia langsung gelagapan saat Arhan mengadukan ucapan dan tingkahnya ke orang tua mereka.
"Mau kemana Bu? Buru-buru amat" Ucap Alfandy tiba-tiba saat ibu itu hendak pergi.
Semua ibu-ibu yang lagi belanja dan mang sayur terdiam mendengar ucapan Alfandy yang menegur dengan terkesan mengintimidasi.
"Saya masih hidup loh papanya anak-anak. Anak-anak saya bukan anak gak jelas asal usulnya. Tidak mungkin seorang anak lahir ke dunia tanpa adanya seorang ayah kecuali wallahualam ayahnya meninggal dunia. Tapi mereka ayahnya masih hidup dan itu saya. Jujur saya tersinggung dan tidak terima dengan ibu mengatakan anak-anak saya adalah anak-anak tidak jelas asal usulnya. Justru anak-anak saya jelas asal usulnya dan berasal dari keturunan terhormat disini. Mereka ini adalah cucu dari Hartowi Syarif, pemilik klinik tht terkenal di sini. Mereka juga cucu dari Rahimah Susanti pemilik toko dan buket nomor satu di sini. Justru asal usul anak-anak saya sangat jelas. Saya jadi meragukan asal usul anak anda" Ucap Alfandy diakhir kata-katanya.
Almeera yang mendengar itu menjadi tidak enakan dengan ibu tadi. Dia sebelumnya tidak punya masalah apapun dengan si ibu. Masalah ibu itu melarang anaknya bermain dengan anak-anaknyapun barusan dia tau.
"Udah mas sabar" Almeera mendekati Alfandy yang sudah emosi.
"Saya minta sekarang ibu minta maaf ke anak-anak saya. Kalau ibu tidak mau saya akan bikin laporan pencemaran nama baik di kepolisian" Ancam Alfandy agar si ibu mau meminta maaf.
Alih-alih meminta maaf malah si ibu dengan cepat bergegas meninggalkan tempat mereka. Alfandy ingin mengejar tapi dihentikan Almeera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Fiksi UmumMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.