Part 124

1.1K 81 3
                                        

Alfandy Pov

Aku benar-benar bersalah dalam hal ini. Pasti Almeera kepikiran masalah kami dan dia juga pasti tertekan.

"Bagaimana kondisi Almeera?" Tanyaku ke dokter yang menangani.

"Saya panggilkan dokter Nabila saja ya pak. Untuk fisik keseluruhan Bu Almeera kecapekan dan stres tapi untuk mendiagnosa kandungannya kita harus bertanya ke dokter Nabila" Ucapnya.

Aku langsung masuk ke dalam melihat kondisi Almeera. Dia terbaring dengan infus di tangan kirinya. Ini pertama kalinya setelah kami bersama lagi aku melihat Almeera terbaring dengan infus. Tubuhnya mengurus, hanya perutnya saja yang membuncit.

"Dokter Nabila tolong periksa istri dan anak saya" Ucapku ketika dokter Nabila tiba.

"Pak Al tunggu di depan sebentar ya" Dia menutup tirai dan mulai memeriksa Almeera.

Sekitar 5 menit tirai dibuka lagi.

"Bagaimana?" Tanyaku cemas.

"Kondisi janin lemah dan kondisi Bu Almeera juga lemah. Dia seperti tidak ada hasrat untuk mempertahankan bayinya. Hanya bayinya yang kuat sehingga bisa bertahan. Mohon maaf saya tidak tau masalah keluarga Pak Al, tapi saya minta tolong jangan bikin Bu Almeera menjadi stres begini. Ini berisiko untuk dia dan juga bayinya. Saya sudah suntikkan cairan untuk perkuat janin dan ibunya. Sebentar lagi saya akan memberikan hasil labnya" Jelas dokter Nabila.

Setelah menjelaskan itu, dokter Nabila pergi dari ruang UGD. Aku kembali mendekat ke Almeera yang terbaring.

"Maaf bapak kita pindahkan ke ruang rawat ya" Ucap seorang perawat.

"VVIP saja" Jawabku cepat.

Aku ingin Almeera di ruangan yang tenang sehingga bisa membuat dia bisa istirahat banyak.

"Sudah membayar administrasinya pak?" Perawat itu bertanya.

"Sudah" Jawabku.

Kemudian ranjang Almeera didorong menuju lantai 4 rumah sakit. Rumah sakit ini hanya memiliki 5 lantai. Lantai 1 lobby dan poli-poli. Lantai 2 ruang laboratorium dan kamar rawat pasien. Lantai 3 ruang operasi, kamar jenazah dan ruang cs. Lantai 4 ruang rawat VIP dan VVIP. Dan lantai 5 ruang dokter dan TNI yang bertugas di rumah sakit ini.

"Saya tinggal dulu ya pak, nanti sekitar 1 jam lagi ibu akan bangun. Jangan langsung diberi makan ya pak, kasih si ibu minum air putih dulu" Pesan dokter yang membantu membawa Almeera ke kamar rawat.

Almeera ditangani 2 dokter. Satu dokter umu dan satu lagi dokter kandungan.

Ku lirik jam di kamar ini, ternyata sudah hampir masuk waktu berbuka puasa. Ku tinggal Almeera sebentar untuk keluar membeli minum dan makanan. Almeera juga butuh minum dan makan nantinya.

Almeera Pov

Jahat gak sih aku membiarkan badanku sakit dan bayiku sakit? Sebenarnya aku tidak mau melakukannya tapi entah kenapa tetap tubuh ini melakukannya sendiri.

"Astaghfirullah! Di mana ini" Aku terbangun dan melihat nuansa biru laut yang menyegarkan.

Seingatku cat kamarku bukan warna biru tapi berwarna krim.

"Mama" Suara Arfan.

Ku lirik ke samping dan ternyata benar itu Arfan. Dia duduk di kursi samping ranjang ini sambil menatapku.

"Abang" Ku arahkan tanganku hendak mengusapnya.

"Aduh!" Rintihku.

Tangan kiriku terasa pegal ketika akan digerakkan.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang